Sukses

Holocaust: Vladimir Putin Mengakui 6 Juta Orang Yahudi Dibantai

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui adanya Holocaust terhadap umat Yahudi.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa pembantaian umat Yahudi sungguh terjadi pada Perang Dunia II. Presiden Vladimir Putin menyorot hal itu ketika berbicara dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett usai kontroversi ucapan Adolf Hitler berdarah Yahudi. 

Ucapan itu dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Pihak Israel berkata sudah Presiden Putin minta maaf pada Kamis (5/5). 

Pada dialog permintaan maaf itu, Presiden Putin juga mengungkit tentang pembantaian enam juta orang Yahudi ketika Holocaust terjadi.

"Presiden Rusia mengingat bahwa enam juta umat Yahudi di siksa di ghetto dan kamp kematian dan dibunuh Nazi dalam operasi-operasi siksaan, 40 persennya adalah warga Soviet," tulis pernyataan resmi Kremlin, dikutip Sabtu (7/5/2022).

Presiden Putin meminta agar Rusia dan Israel bisa bersama-sama mengingat kebenaran sejarah terkait tahun-tahun tersebut dan menghormati kenangan orang-orang yang gugur seama Holocaust. 

PM Israel Naftali Bennett disebut mengucapkan apresiasi peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi. Ketika Perang Dunia II, Tentara Merah adalah yang pertama menerobos masuk ke Berlin untuk menyerang Adolf Hitler.

Konfirmasi Presiden Vladimir Putin terkait Holocaust cukup menarik disorot karena banyak teori konspirasi bahwa Holocaust tidak pernah terjadi dalam sejarah. 

Menurut situs United States Holocaust Memorial Museum, korban-korban dari Holocaust termasuk kelompok etnis Roma dan Sinti (gipsi), penyandang disabilitas, serta para homoseksual. 

Para politisi dan seniman yang dianggap melawan rezim Nazi juga kena hukuman.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vladimir Putin Pilih Damai

Sebelumya dilaporkan, Presiden Rusia Vladimir Putin minta maaf ke Israel karena ucapan salah satu menterinya yang menyinggung umat Yahudi, notabene yang terdampak Holocaust di Perang Dunia II. Komentar itu dibuat oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. 

Awalnya, masalah dimulai karena komentar Lavrov menyebut Adolf Hilter adalah keturunan Yahudi. Sontak hal itu memicu kecaman dari para pejabat tinggi di Israel. Presiden Putin lantas hadir sebagai sosok penengah. 

Menurut laporan The Times of Israel, Sabtu (7/5), Presiden Vladimir Putin minta maaf langsung ke Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Pemimpin Israel itu menyambut positif permintaan maaf dari pemimpin Rusia. 

"Perdana menteri menerima permintaan maaf dari Presiden Putin atas komentar-komentar oleh Lavrov dan berterima kasih padanya karena mengklarifikasi pandangan presiden terkait rakyat Yahudi dan memori Holocaust," ujar pernyataan dari kantor PM Naftali Bennett. 

Pernyataan dari Rusia tidak mendetail permintaan maaf Presiden Putin, namun Kremlin menjelaskan bahwa Presiden Putin menyorot persahabatan antara Rusia dan Israel. Putin turut meminta agar hubungan saling menguntungkan antar kedua negara tetap terjaga. 

"Vladimir Putin dan Naftali Bennett mengungkapkan kepetingan bersama untuk mengembangkan lebih jauh hubungan-hubungan bersahabat Rusia-Israel dan mengutamakan kontak-kontak benefisial antara pemimpin kedua negara," tulis pernyataan resmi Kremlin pada 5 Mei 2022.

3 dari 4 halaman

Komentar Hitler Keturunan Yahudi

Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina adalah untuk "denazifikasi" di negara tersebut. Rusia menuduh pemerintah Ukraina sebagai simpatisan Nazi yang notabene anti-Yahudi.

Sebelumnya dilaporkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut pemimpin Nazi, Adolf Hitler, memiliki darah Yahudi. Ucapan itu dilontarkan Lavrov ketika menjelaskan program denazifikasi, meski Ukraina punya populasi Yahudi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga orang Yahudi.

"Jadi ketika mereka bilang, 'Bagaimana Nazifikasi ada kalau kami orang Yahudi,' dalam opini saya, Hitler juga punya keturunan Yahudi, jadi itu tak berarti apa-apa. Selama ini kita telah mendengar dari orang-orang Yahudi bahwa anti-semit terbesar adalah orang Yahudi," ujar Lavrov, dikutip The Times of Israel, Selasa (3/5).

Selama invasi Rusia, Israel masih berusaha ada di posisi tengah-tengah, namun ucapan Lavrov memicu reaksi keras dari Israel.

"Tujuan dari kebohongan tersebut adalah untuk menyalahkan orang-orang Yahudi untuk kejahatan terburuk dalam sejarah terhadap diri mereka (orang Yahudi), sehingga membebaskan tanggung jawab para penindas Israel," ujar Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

4 dari 4 halaman

Hitler

Pejabat tinggi pemerintah Israel turut berbondong-bondong mengecam Rusia. Presiden Israel Yair Lapid berkata Israel berusaha memiliki hubungan baik dengan Rusia, namun ada batasnya. Komentar Lavrov disebut "tak termaafkan".

"Kami membuat setiap usaha untuk menjaga relasi-relasi yang baik dengan Rusia, tetapi ada batasnya, dan kali ini batasnya telah dilewati. Pemerintah Rusia harus minta maaf kepada kami dan masyarakat Yahudi," ujarnya.

Pihak Kedutaan Besar Rusia di Israel telah dipanggil untuk memberikan klarifikasi, namun pihak kedubes enggan memberikan komentar. 

Hitler yang mempunyai darah Yahudi disebut sebagai teori konspirasi yang dibantah para sejarawan. Teori ini berkembang sebab ayah Hitler merupakan anak di luar hubungan nikah.

Ayah Hitler bernama Alois Hitler yang merupakan pegawai negeri di Austria. Ia lahir tahun 1837 dan nama ibunya adalah Maria Anna Schicklgruber.

Namun, situs Jewish Virtual Library menyebut Alois lahir tanpa mengetahui nama ayahnya. 

Pada 1842, pria bernama Johann Georg Hiedler menikahi ibu dari Alois, namun Alois dibesarkan di rumah adik dari Johann Georg, yakni Johann Nepomuk Hiedler.

Berdasarkan dokumen resmi pemerintah, Alois menuliskan Johann Georg sebagai ayahnya, kemudian ia mengambil nama keluarga Hitler.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.