Sukses

Kisah Ardito Widjono, Dokter Indonesia di Inggris yang Sudah Suntik Vaksin COVID-19

Ini cerita pribadi Dokter Ardito Widjono setelah mendapatkan vaksin COVID-19 di Inggris. Soal efek samping dan sebagainya.

Liputan6.com, London - Presiden Jokowi akan mendapatkan suntikan dosis pertama vaksin Sinovac pada Rabu 13 Januari 2021. Ia berada dalam daftar orang pertama, untuk memastikan bahwa vaksin COVID-19 tersebut aman bagi masyarakat.

Sebab menurut Irma Hidayana, salah satu pendiri Lapor COVID-19, berdasarkan penelitiannya, masyarakat masih ragu-ragu untuk melakukan vaksinasi sebagai upaya pencegahan COVID-19.

Berkaca dari penelitian Irma Hidayana, berikut ini pengalaman seorang anggota NHS atau National Health Service, dokter asal Indonesia Ardito Widjono (26), setelah mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech di Inggris.

Dokter Ardito berkerja di RS Barnet, sebuah rumah sakit di London Utara, daerah yang terkenal dengan populasi lansia terbanyak di London.

Meski Inggris dan Indonesia menggunakan jenis vaksin COVID-19 yang berbeda, Dokter Ardito mengatakan prinsip pengunaannya tetap sama. Ia menjelaskan bahwa setelah mendapatkan vaksin, selang beberapa jam bisa kembali melanjutkan pekerjaannya.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan juga video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Efek Samping Kecil dari Vaksin COVID-19

Bagaimana dengan efek samping dari vaksin COVID-19 sering dipertanyakan oleh masyarakat?

Dokter Ardito menceritakan bahwa efek samping yang ia rasakan hanyalah pegal-pegal selama beberapa jam.

"Untuk saya, merasa beruntung sekali bisa dapat vaksin secepat itu," katanya seperti disampaikan dalam Diskusi Publik Dewan Pers dan BBC Media Action kerja sama dengan Kedutaan Inggris di Jakarta pada Jumat 8 Januari 2021.

Dokter Ardito juga merasa bangga, menjadi salah satu orang Indonesia yang pertama yang mendapatkan vaksin untuk COVID-19.

Efek samping dari vaksin Pfizer/BioNTech 85% hanya pegal-pegal di tangan dan 30% - 50% demam, pegal-pegal, dan juga sakit tenggorokan selama satu sampai dua hari. "Namun, dibanding efek COVID, ini jauh lebih preferable." jelasnya. Maka itu, Dokter Ardito menrekomendasi agar masyarakat menerima vaksinasi COVID-19 yang disediakan.

Ardito juga menjelaskan, walau ia mendapatkan vaksinasi Pfizer/BioNTech dan bukan vaksin Sinovac, namun yakin akan keefektivitasan. Sebab menurutnya, apabila pemerintah sudah memesan vaksin Sinovac dalam jumlah yang banyak, pasti pemerintah sudah melakukan kalkulasi risk dan benefit-nya.

"Bukan untuk saya. Namun, untuk pasien saya agar resiko berkurang," jelasnya ketika menjelaskan pentingnya melakukan vaksinasi untuk COVID-19.

Tidak hanya di Indonesia, Dokter Ardito juga memaparkan data bahwa walaupun Inggris adalah salah satu negara yang paling maju dalam bidang edukasi, hanya 67% yang yakin terhadap vaksin COVID-19. Jika masyarakat ingin mencapai herd immunity, harus ada minimal 70% dari masyarakat yang sudah tervaksinasi.

Bagi Dokter Ardito, cara untuk meyakinkan pasiennya adalah untuk langsung bertanya kepada pasiennya kenapa mereka tidak ingin divaksin dan melakukan perbincangan lebih lanjut. Walau memang situasi ini adalah "case by case situation”, sudah banyak pasien yang mulai bertanya tentang pengalaman Dokter Ardito setelah suntik vaksin COVID-19.

Dengan berbagi pengalamannya, ia berharap cara tersebut semakin banyak membuat pasiennya percaya dengan vaksin COVID-19.

3 dari 4 halaman

This is the Only Way

Selain menceritakan pengalamannya setelah suntik vaksin COVID-19, Dokter Ardito juga menceritakan situasi dalam rumah sakit yang ia alami hampir setiap hari. Ia menjelaskan bahwa banyak pasien yang masuk ke UGD bukan karena COVID-19 melainkan diare, sakit kepala, bahkan patah tulang.

Karena penemuan insidental ini, banyak sekali pasien yang ternyata positif COVID-19.

"Sekitar 90% pasien yang masuk UGD saya sekarang sudah terinfeksi COVID-19," katanya.

Dokter Ardito juga menceritakan bahwa setiap malam banyak ambulans yang mengantre di depan UGD membawa pasien-pasien baru. Karena UGD penuh, Dokter Ardito juga harus memerika pasien-pasien tersebut di dalam ambulans.

Adanya vaksin untuk COVID-19 membuat Dokter Ardito dan para kolega mempunyai harapan baru dan semangat. Untuk mendapatkan imunitas penuh, vaksin harus dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak setidaknya dua minggu. 

"Kalau Anda benar-benar mau memastikan keluarga dan teman-teman Anda aman, this is the only way," tegasnya. 

 

Reporter : Paquita Gadin 

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.