Sukses

Studi di 19 Negara: Waspadai Fenomena Anti-Vaksinasi COVID-19

Saat dunia sedang menunggu vaksinisasi COVID-19, muncul kekhawatiran akan ancaman sekelompok masyarakat dunia yang menolak vaksin.

Liputan6.com, Barcelona - Dunia sedang menunggu vaksin COVID-19 yang dianggap dapat menjadi solusi untuk mengakhiri pandemi ini. Situasi ini dipenuhi dengan pertanyaan "kapan kita akan mendapat vaksin? Bagaimana vaksin tersebut didistribusikan? Apakah akan vaksin tersebut nantinya efektif?"

Namun, dibalik pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada pertanyaan penting lainnya yang sering terlupakan yakni "berapa banyak orang yang akan memilih untuk menerima vaksinasi nantinya?"

Dikutip Sciencealert, Sabtu (24/10/2020), fenomena anti-vaksinasi atau keraguan vaksin, secara resmi dianggap sebagai salah satu ancaman kesehatan global yang paling mengerikan dan itu terjadi di dunia pra-pandemi.

Dalam survei global pada bulan Juni yang melibatkan lebih dari 13.000 orang dari 19 negara, mayoritas orang mengindikasikan bahwa mereka akan menggunakan vaksin COVID-19 saat benda itu terbukti aman dan efektif. 

Namun, mayoritas tersebut berjumlah 71,5 persen dari peserta survei dan yang lainnya berbeda pendapat. Dengan kata lain, hampir tiga dari setiap 10 orang mengatakan mereka tidak akan menerima vaksin, menolak atau menunjukkan keraguan.

Hal yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 19 negara yang disurvei oleh para peneliti, dipilih karena mereka termasuk di antara negara-negara yang paling terpukul kasus COVID-19.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tingkat Respons Positif Terhadap Vaksin COVID-19

Secara keseluruhan, penerimaan vaksin sangat bervariasi antar negara yang berbeda, masyarakat China menunjukkan penerimaan tertinggi (88,6 persen), sementara Rusia menunjukkan penerimaan terendah (54,9 persen) dan Polandia menunjukkan proporsi tanggapan negatif tertinggi (27,3 persen).

Secara umum, orang dengan pendapatan tinggi dan pendidikan tinggi lebih mungkin untuk menanggapi vaksin secara positif, seperti halnya wanita dibandingkan dengan pria dan orang yang lebih tua dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Kepercayaan vaksin lebih tinggi berlaku di negara-negara dengan masyarakat yang percaya pada pemerintah mereka. 

"Semua responden, terlepas dari kebangsaannya, melaporkan bahwa mereka cenderung tidak akan menerima vaksin COVID-19 jika diamanatkan oleh pemangku kuasa," tulis Jeffrey Lazarus, peneliti penyakit menular dari Universitas Barcelona.

Secara keseluruhan, para peneliti mengatakan bahwa pemerintah dan otoritas kesehatan perlu bersiap untuk mengatasi keraguan vaksin dan membangun literasi vaksin di kalangan masyarakat, sehingga orang akan memilih untuk menerima vaksininasi COVID-19 saat tersedia nanti.

Komunikasi yang jelas dan konsisten dari berbagai sumber tepercaya akan sangat penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap program vaksin, dan waktu sangat penting. 

Keraguan untuk menerima vaksin COVID-19 memang menjadi perhatian. Namun, hal ini bisa diatasi jika vaksin COVID-19 telah dipahami masyarakat dan pemerintah memberi komuniksi yang baik. 

 

 

Reporter: Ruben Irwandi

3 dari 3 halaman

INFOGRAFIS: Urutan Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.