Sukses

Anak Muda Paling Berisiko Terpapar Terorisme Selama Pandemi Corona COVID-19

Selama pandemi Virus Corona COVID-19, anak-anak muda berisiko terpapar terorisme dan radikalisme.

Liputan6.com, Jakarta Hampir seluruh negara di dunia menerapkan pembatasan sosial dan warganya memilih untuk berada di rumah saja selama pandemi Virus Corona COVID-19. Dalam kondisi itu, anak-anak muda berisiko terpapar terorisme dan radikalisme.

Para petugas dari Counter Terrorism Policing, kolaborasi kepolisian Inggris yang bertujuan mencegah aktivitas terorisme, khawatir kebijakan isolasi dapat meningkatkan risiko radikalisasi terhadap orang-orang yang rentan di saat pandemi. Karena kondisi itu membuat mereka menghabiskan lebih banyak waktu menjelajahi internet dan membatasi akses terhadap layanan bantuan.

Dengan ditutupnya sekolah dan lembaga pendidikan tinggi, anak-anak muda menjadi salah satu kelompok masyarakat yang kehilangan bagian signifikan dari jaringan pendukung mereka selama pandemi. Sebagian dari mereka bisa saja mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan aturan pembatasan yang diberlakukan dan kondisi terpisah dari teman-teman mereka, sebut laporan resmi tersebut.

Laporan itu juga mengatakan, ditambah dengan ketidakpastian akibat pandemi, anak-anak muda ini berpotensi menjadi semakin rentan terhadap pengaruh negatif dan eksploitasi saat mereka mencari informasi tentang kekhawatiran mereka di dunia maya, atau mencari kegiatan dan berinteraksi dengan orang lain.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Memanfaatkan Ketidakpastian

Koordinator Pencegahan Regional di Counter Terrorism Policing North East, Detektif Inspektur Matthew Davison mengatakan, "Ini masa yang penuh ketidakpastian bagi kita semua, dan ketika virus itu mengurangi interaksi kita dengan dunia luar, tidak mengejutkan jika kita beralih ke dunia maya untuk mencari informasi tentang kekhawatiran kita dan terhubung dengan orang lain."

"Kami tahu kelompok-kelompok ekstremis dengan beragam ideologi juga aktif di platform yang sama dan berupaya memanfaatkan ketidakpastian akibat pandemi ini untuk menyebarkan hoaks, ketakutan, dan kebencian," imbuh Davison, seperti dilansir Xinhua, Kamis (14/5/2020).

Dia mendesak siapa pun yang mencemaskan seseorang yang dikenalnya untuk mengunjungi situs web "Let's Talk About It" guna memperoleh lebih banyak informasi, atau mengungkapkan kekhawatiran mereka kepada polisi.

"Penting bagi kita untuk bertindak cepat guna mencegah orang-orang terlibat terlalu jauh dalam ekstremisme kekerasan atau terorisme," ia memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.