Sukses

Sosok Gadis Lucu dan Baik, Identitas Korban Kedua Teror Jembatan London Terkuak

Korban kedua dalam teror Jembatan London telah diungkap Polisi Metropolitan, bernama Saskia Jones.

Liputan6.com, London - Teror di Jembatan London menewaskan dua orang. Korban pertama dari aksi penusukan itu adalah Jack Merritt (25), pria lulusan S2 dari Universitas Cambridge pada 2017.

Korban kedua dalam teror itu juga telah diungkap Polisi Metropolitan, yakni Saskia Jones (23) wanita yang juga lulusan Universitas Cambridge dari Stratford-upon-Avon.

Keluarga mengungkap, Jones merupakan orang yang memiliki "pengaruh lucu, baik, positif di pusat kehidupan banyak orang."

"Dia memiliki perasaan menyenangkan yang nakal dan murah hati sampai-sampai selalu ingin melihat yang terbaik pada semua orang. Dia bertekad menjalani kehidupan sepenuhnya dan memiliki kehausan yang luar biasa akan pengetahuan, memungkinkannya untuk menjadi yang terbaik yang dia bisa," ungkap keluarga Jones dalam pernyataannya yang dikutip dari The Guardian, Senin (2/12/2019). 

"Saskia memiliki hasrat besar untuk memberikan dukungan yang tak ternilai bagi para korban ketidakadilan pidana, yang membawanya ke titik baru-baru ini melamar program rekrutmen lulusan polisi, yang ingin berspesialisasi dalam dukungan korban. Ini adalah waktu yang sangat menyakitkan bagi keluarga. Saskia akan meninggalkan kekosongan besar dalam hidup kita dan kita akan meminta privasi kita sepenuhnya dihormati. "

Saskia Jones diungkap polisi sebagai korban teror London Bridge sehari setelah Jack Merritt (25) diidentifikasi ayahnya sebagai orang lain yang dibunuh Usman Khan dalam serangan pisau pada Jumat 29 November.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sosok Jack Merritt

Jack Merritt belajar kriminologi di Cambridge pada 2016-2017. Ia melanjutkan studinya di universitas ternama itu usai mendapat gelar S1 Hukum di Universitas Manchester.

Selain belajar di Cambridge, ia juga merupakan staff universitas. Info dari situs resmi universitas menyatakan Jack Merritt adalah koordinator program Learning Together. Program itu mengajak mahasiswa kriminologi untuk secara langsung mempelajari kehidupan narapidana.

BBC melaporkan ketika insiden penusukan terjadi pada Jumat siang, 29 November 2019 waktu setempat, Merrit dan Jones sedang mengadakan konferensi Learning Together di gedung Fishmonger Hall, dekat Jembatan London. Pelaku juga hadir di acara.

Pelaku bernama Usman Khan diketahui aktif dalam program Learning Together sebagai bagian studi kasus. Ia juga pernah memberikan apresiasi dalam bentuk puisi di brosur Learning Together.

3 dari 3 halaman

Siapa Usman Khan?

Usman Khan telah dibebaskan dengan syarat dari penjara setelah dihukum karena pelanggaran teror, termasuk keterlibatannya merencanakan penyerangan di London Stock Exchange pada 2010.

Khan merupakan salah satu dari sembilan ekstremis dari Stoke-on-Trent, Cardiff dan London yang dijatuhi hukuman pada Februari 2012 di pengadilan mahkota Woolwich.

Dia telah merencanakan untuk mendirikan "fasilitas pelatihan militer teroris" di tanah milik keluarganya di Kashmir, menurut pernyataan hukuman. Demikian dikutip dari The Guardian.

Khan, pada usia 19, merupakan yang termuda dari grup tersebut. Dalam sambutannya, Hakim Kehakiman Wilkie mengatakan Khan dan dua orang lainnya adalah "militan yang lebih serius" daripada yang lain.

Khan pada awalnya digolongkan tidak pernah dibebaskan kecuali dianggap tidak lagi sebagai ancaman, tetapi kondisi ini kemudian dicabut. Dia dibebaskan dengan jaminan pada Desember 2018.

Wilkie mengatakan Khan bersama rekannya Nazam Hussain dan Mohammed Shahjahan, berencana untuk mendanai dan mendirikan sekolah pelatihan teroris. Bahkan Khan dan Hussain berencana meninggalkan Inggris pada Januari 2011 untuk berlatih.

Dalam sebuah laporan bulan Juli 2013, pengulas independen terorisme menulis bahwa Khan adalah satu dari tiga pria dari Stoke yang telah melakukan perjalanan ke wilayah kesukuan yang dikelola pemerintah federal (Fata) dan berencana untuk mendanai, membangun, dan mengambil bagian dalam kamp pelatihan teroris di Kashmir.

Hal itu dimaksudkan untuk melakukan aksi teroris di masa depan. Mereka adalah bagian dari kelompok yang memiliki salinan majalah ekstremis berbahasa Inggris Al-Qaeda, Inspire, dan berencana meletakkan bom surat di pos.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.