Sukses

Kunjungi Nagasaki, Paus Fransiskus Serukan Penghapusan Senjata Nuklir

Paus Fransiskus menyerukan penghapusan senjata nuklir yang dinilainya jahat dan tak bisa dipertahankan.

Liputan6.com, Nagasaki - Paus Fransiskus megunjungi Nagasaki, Jepang. Di salah satu kota yang pernah dihantam bom atom itu, Paus menyerukan penghapusan senjata nuklir yang dinilainya jahat dan tak bisa dipertahankan.

Ia kembali menyampaikan dukungannya atas kesepakatan pada 2017 terkait larangan senjata nuklir. Kesepakatan itu sudah didukung hampir dua-pertiga anggota PBB, tapi ditentang negara besar pemilik nuklir yang menyatakan itu "bisa merusak kemampuan pencegahan." 

"Kepemilikan senjata nuklir dan senjata lain pemusnah massal bukan jawaban (atas perdamaian yang didambakan)," kata Paus Fransiskus, seperti dikutip dari Antara, Minggu (24/11/2019).

Di lokasi itu, Paus sempat menutup matanya dalam doa dan menyalakan lilin untuk mengenang korban bom atom Nagasaki.

"Dunia kita ditandai oleh dikotomi jahat untuk mempertahankan dan menjamin kestabilan dan perdamaian melalui pemahaman palsu keamanan berkelanjutan oleh mentalitas ketakutan dan ketakpercayaan," katanya dengan suara getir di tengah hujan dan angin kencang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lanjut ke Hiroshima

"Perdamaian dan kestabilan internasional berlawanan dengan upaya untuk membangun di atas ketakutan dan penghancuran timbal-balik atau ancaman pemusnahan total," kata Paus.

Paus Fransiskus, yang berbicara di Atomic Bomb Hypocenter Park di Nagasaki, "ground zero" bom yang dijatuhkan Amerika Serikat pada 9 Agustus 1945 menewaskan 27.000 orang, juga mencela apa yang ia sebut perlucutan kesepakatan anti-penyebaran.

Nagasaki adalah kota kedua yang dihantam bom atom selama Perang Dunia II. Pada Minggu malam, Paus dijadwalkan mengunjungi Hiroshima, tempat ledakan pertama, yang menewaskan sebanyak 78.000 orang. 

Sebanyak 400.000 orang lebih akhirnya meninggal akibat radiasi dan cedera yang diakibatkan bom yang dijatuhkan Amerika Serikat dalam upaya mengakhiri perang.

Sebaliknya, sumber daya yang dihabiskan dalam "perlombaan senjata" mestinya digunakan buat pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.