Sukses

Diprotes Orangtua, SD di China Berhenti Pakai Alat Deteksi Gelombang Otak Murid

Sekolah dasar di China memberhentikan penggunaan alat pendeteksi gelombang otak pada murid karena diprotes para orang tua.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah uji coba yang mengharuskan para siswa sekolah dasar (SD) di China mengenakan perangkat yang dipasang di kepala guna memantau rentang perhatian mereka telah dihentikan karena kekhawatiran orangtua akan privasi. Atau yang lebih parah lagi, alat tersebut dapat mengendalikan anak-anak mereka.

Menurut surat kabar pemerintah, Beijing News, perangkat yang dapat memonitor gelombang otak dan mengirim data ke sistem komputer di sekolah dasar Xiaoshun, di Kota Jinhua, provinsi Zhejiang. Beberapa data tersebut kemudian dibagikan kepada orangtua murid.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (1/11/2019), seorang guru mengatakan percobaan tersebut telah berlangsung selama satu tahun kemudian data ditransfer ke server perusahaan. Walaupun para orang tua tidak diberikan data lengkapnya, namun siswa melaporkan tidak ada efek samping dari penggunaan perangkat tersebut.

"Semua yang kami lakukan adalah memberikan bantuan kepada siswa untuk melihat seberapa banyak mereka memperhatikan. Karena data ditransfer ke guru, para siswa akan berkonsentrasi lebih dari biasanya, dan kami memang melihat beberapa peningkatan," ujar Zhang, salah seorang guru di sekolah dasar setempat.

Perangkat berbentuk 'U", yang diletakkan di dahi, diketahui dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di AS bernama BrainCo dan bekerjasama dengan perusahaan mitra lokal China, Zhejiang BrainCo Technology Co Ltd, yang didirikan bersama oleh Kong Xiaoxian, mantan mahasiswa PhD di pusat Harvard untuk ilmu otak.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Niat Buruk

Seorang perwakilan dari mitra China BrainCo, yang juga bermarga Zhang, mengatakan kepada Beijing News bahwa para siswa mengenakan perangkat dua kali seminggu selama 30 menit pada suatu waktu dan menggunakannya untuk kursus pelatihan konsentrasi.

Dengan banyak anak di seluruh China menggunakan jam tangan pintar, ponsel dan perangkat lain yang melacak lokasi dan informasi pribadi, orang tua menjadi semakin khawatir tentang bagaimana data itu digunakan, dan siapa yang dapat mengaksesnya.

Sebuah peraturan tentang perlindungan informasi online anak-anak, yang dikeluarkan oleh Cyberspace Administration China mulai berlaku pada 1 Oktober dan menyerukan agar informasi dienkripsi, pengumpulan izin dari orang tua, mentransfer atau menggunakan informasi itu, dan membuat perjanjian antara pengguna.

Yang Zhangpeng, Direktur Public Relations Zhejiang BrainCo Technology, mengatakan bahwa: "Saya tidak yakin mengapa pemerintah telah melarang penggunaan perangkat tetapi mungkin sebagian karena tekanan media."

“Saat ini, sekolah ini adalah satu-satunya sekolah di China yang menggunakannya. Produk-produknya lebih banyak digunakan di AS tetapi karena Kong pernah menjadi murid sekolah itu, ia memutuskan untuk menyumbangkan beberapa alat ini sebagai tanda terima kasih untuk almamaternya, tanpa niat buruk. ”

"Data yang dikumpulkan hanya akan disimpan di database sekolah, bahkan tidak untuk perusahaan; kami juga tidak membagikan data ini dengan orang tua; bahkan guru hanya dapat melihat angka rata-rata daripada angka individu tertentu," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.