Sukses

Ini Alasan Kenapa Anggota Kerajaan Tak Bersabuk Pengaman Saat Berkendara?

Mantan perwira perlindungan kerajaan, Simon Morgan telah mengungkap satu alasan mengapa keluarga Kerajaan Windsor kerap mengabaikan aturan mengenakan sabuk pengaman.

Liputan6.com, London - Ada banyak hal dalam daftar 'yang tidak dilakukan' klan Windsor --keluarga yang saat ini menguasai Kerajaan Inggris. Salah satunya mereka tidak memilih atau menyuarakan pendapat politik.

Tak memakai seat belt alias sabuk pengaman sepertinya juga berada dalam daftar tersebut.

Hal itu menjadi sorotan setelah kecelakaan mobil yang melibatkan Pangeran Philip, di mana Range Rover Duke of Edinburgh itu bertabrakan dengan kendaraan jenis Kia berpenumpang dua perempuan serta bayi berusia sembilan bulan.

Hanya 48 jam setelah kecelakaan, pangeran berusia 97 tahun yang jadi berita utama internasional akibat peristiwa itu, terlihat berkendara tanpa sabuk pengaman lagi. Pada hari yang sama, sang Ratu, Elizabeth II, bahkan terpotret mengemudi dengan cara yang sama.

Klan Windsor lainnya yang menghindari tindakan pencegahan keamanan dasar berkendara ini adalah Duke dan Duchess of Cambridge, Pangeran Harry, Putri Anne dan suaminya, Tim Lawrence, Mike, dan Zara Tindall, semuanya terlihat bepergian tanpa sabuk pengaman.

Sementara sang Ratu dapat secara legal melaju di jalan raya mana pun di Inggris dengan Land Rover favoritnya meskipun tak pernah mendapatkan SIM (karena hak prerogatif kerajaan), seluruh keluarga kerajaan umumnya diharuskan untuk mematuhi peraturan dan ketentuan lokal. Tapi, beberapa di antara mereka justru tidak melakukannya.

Hal itu mengingat fakta bahwa sebagian besar dari mereka bepergian dengan pengawal, meski tak ada jaminan para pengawal bisa memberikan keamanan dalam berkendara (saat terlibat kecelakaan) yang menjadi alasan mereka tak harus mengenakan sabuk pengaman.

Jadi mengapa mereka hanya kadang-kadang memakai sabuk pengaman saat berkendara?

Mantan anggota perlindungan kerajaan Simon Morgan mengungkap satu alasan remeh yang membuat aturan itu sering diabaikan klan Windsor: Sabuk pengaman merusak pakaian mereka.

Berbicara kepada media Hello!, Morgan mengatakan bahwa penampilan menjadi pertimbangan apakah seorang anggota kerajaan harus mengenakan sabuk pengaman.

"Apa yang penting dari peristiwa atau situasi ini? Apakah penampilan seseorang penting?" kata Morgan kepada majalah itu.

"Perlindungan adalah bidang yang sangat unik dan ada banyak wilayah abu-abu terkait hal tersebut, tetapi Anda selalu menilai setiap situasi untuk menimbang risiko dan ancaman dengan hasil yang ingin Anda capai," imbuh Morgan.

Dia juga mengatakan bahwa kadang-kadang bangsawan melakukan perjalanan bebas sabuk untuk alasan keamanan, yaitu mereka bisa dikeluarkan dari kendaraan dengan mudah jika ada ancaman keamanan.

Mempertahankan citra tertentu adalah bagian dari aturan kerajaan, tetapi ini adalah alasan yang cukup lemah untuk melewatkan tindakan pencegahan yang sederhana -- seperti mengabaikan sabuk pengaman -- namun efektif.

Perlu dicatat bahwa dalam kecelakaan tragis di Paris 1997 yang merenggut nyawa Lady Diana, Princess of Wales, satu-satunya orang yang selamat adalah sang pengawal, Trevor Rees-Jones. Ia merupakan satu-satunya orang di Mercedes Benz yang mengenakan sabuk pengaman. Putri Diana juga mungkin saja akan selamat jika menerapkan aturan standar saat berkendara itu.

"Intinya, saya rasa sekarang saatnya untuk tak mengabaikan aturan mengenakan sabuk pengaman hanya karena alasan suatu kebanggaan. Tentu, sabuk pengaman nilon bukanlah aksesori yang sempurna untuk gaun pesta Alexander McQueen yang memukau dan berlian senilai 4 juta dollar yang dipinjam dari nenek suami Anda, tetapi ini lebih baik untuk mendapat keselamatan saat kecelakaan," jelas Morgan.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Begini Kondisi Tengkorak Pengemudi yang Tak Pakai Sabuk Pengaman

Ketika kita diminta untuk memasang sabuk pengaman ketika berkendara dalam mobil, hal itu bukan tanpa alasan.

Baru-baru ini, beredar gambar pemindaian CT terhadap seorang wanita Amerika Serikat (AS) yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Ia tidak mengenakan sabuk pengaman dan menanggung akibat yang mengerikan.

Ketika terjadi kecelakaan, wanita itu terlempar ke kaca depan mobil sehingga tengkoraknya remuk.

Hasil-hasil pemindaian tengkorak wanita berusia 25 tahun itu mengungkapkan kondisi tulang kepalanya yang penuh retakan, demikian juga dengan dagu atas dan bawah yang saling merenggang.

Dikutip dari Daily Mail pada Kamis 3 Agustus 2017, selain dagu yang berantakan, pemindaian menunjukkan ada beberapa serpihan tulang yang masih berserakan dalam tengkorak.

Bukan hanya itu, ia juga menderita cedera parah pada matanya. Para dokter bedah mendapati matanya terdesak hingga masuk ke rongga hidung.

Pasien yang juga mengalami cedera traumatis pada otaknya itu pun memerlukan pembedahan berjam-jam lamanya untuk rekonstruksi.

Seorang ahli bedah optalmologi mengunggah sejumlah hasil pemindaian ke situs kedokteran Figure 1 yang memperbolehkan para profesional mengunggah kasus pasien mereka secara anonim.

Ia menjelaskan, "Penanganan trauma mengungkapkan adanya cedera traumatis pada otak dengan pendarahan intracranial (dalam tengkorak), cedera traumatik mata yang memerlukan enukleasi (pencongkelan), dan retak parah pada wajah."

"Pemindaian CT ini menunjukkan rekonstruksi lengkap pada wajahnya. Terima kasih kepada tim multidisiplin yang gigih, pasien itu sekarang dalam perawatan dan pulih dengan baik."

Foto-foto itu sebenarnya diunggah pada 2015, tapi baru disebarkan di Imgur dan Reddit pada minggu ini. Para pengguna menyampaikan kekaguman pada keahlian para dokter.

Seorang pengguna Reddit mengatakan, "Benar-benar spektakuler. Kedokteran paling mumpuni."

Seorang pengguna lain yang bekerja sebagai bidan menuliskan, "Pekerjaan yang hebat. Penghargaan setulusnya kepada para pelaku rekonstruksi."

"Tugas seperti itulah yang membuat pelatihan yang panjang menjadi sepadan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.