Sukses

Jawaban Google tentang Rumor Kembali Beroperasi di China

Google akhirnya buka suara tentang rumor akan kembali beroperasi di China, yang ditinggalkan sejak 2010.

Liputan6.com, Washington DC - Kepala eksekutif Google, Sundar Pichai, menegaskan di hadapan komite kehakiman DPR Amerika Serikat (AS) pada Selasa 11 Desember 2018, bahwa pihaknya tidak akan meluncurkan mesin pencari bersensor di China, sebuah rencana kontroversial yang menuai kritik signifikan dari pemerhati HAM.

"Saat ini tidak ada rencana untuk meluncurkan pencarian di China," kata Pichai berkali-kali, mengulangi bantahan Google sejak berita proyek terkait bocor pada bulan Agustus.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (12/12/2018), Pichai mendeskripsikan produk mesin pencari untuk China sebagai "upaya internal", dan mengatakan perusahaan akan "transparan" untuk setiap hasil konsultasi dengan pembuat kebijakan di Negeri Tirai Bambu.

Meski begitu, Pinchai justru terlihat mengupayakan kemungkinan Google kembali ke pasar China yang ditinggalkannya pada 2010 lalu.

"Kami pikir itu adalah tugas kami untuk menjajaki kemungkinan memberikan akses kepada pengguna. Akses informasi," jelasnya.

"Kami telah mengeksplorasi pencarian apa yang bisa terlihat jika diluncurkan di negara seperti China," lanjut Pinchai akhirnya mengakui, meskipun ia menghindari pertanyaan tentang spesifikasinya.

Pinchai juga mengungkapkan bahwa "pada satu titik" Google memiliki lebih dari 100 orang yang mengerjakan proyek tersebut, dan tetap menilai China sebagai sebuah pasar potensial.

Kesaksian eksekutif Google di hadapan DPR AS merupakan buntut dari peningkatan tinjauan signifikan terhadap operasional perusahaan teknologi, setelah pada awal 2018, Facebook tersandung skandal penyalahgunaan data publik.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tuduhan Bias Politik

Dalam rapat dengar pendapat di DPR AS, Pinchai juga menghadapi pertanyaan tentang masalah data dan privasi, serta dugaan bias politik partisan, yang menjadi subyek fiksasi besar-besaran bagi anggota parlemen Republik yang berkuasa. 

Bob Goodlatte, ketua komite Partai Republik, melontarkan banyak pertanyaan ketika membahas "tuduhan Google memanipulasi algoritmanya untuk mendukung partai atau ide politik yang disukai".

Pinchai membalas: "Saya memimpin perusahaan ini tanpa bias politik dan bekerja untuk memastikan bahwa produk kami terus beroperasi seperti itu."

"Untuk melakukan yang sebaliknya, akan bertentangan dengan prinsip-prinsip inti dan kepentingan bisnis Google. Kami adalah perusahaan yang menyediakan platform untuk beragam perspektif dan opini," lanjutnya menegaskan.

Pichai juga menekankan ke-Amerika-an perusahaan yang dipimpinnya.

"Bukan suatu kebetulan bahwa sebuah perusahaan yang didedikasikan untuk sirkulasi informasi yang bebas didirikan di sini, di AS," katanya.

"Sebagai perusahaan Amerika, kami menghargai nilai dan kebebasan yang telah memungkinkan kami untuk tumbuh dan melayani begitu banyak pengguna," pungkas Pinchai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Amerika Serikat adalah salah satu negara republik konstitusional federal di Benua Amerika
    Amerika Serikat adalah salah satu negara republik konstitusional federal di Benua Amerika

    Amerika Serikat

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Google adalah salah satu perusahaan Amerika Serikat yang berkhususkan pada jasa dan produk internet.

    Google