Sukses

Bisa Melaju 2.000 Km per Jam, Misil Rusia Ini Pernah Dipakai untuk Lawan ISIS

Liputan6.com, Moskow - Pada awal Agustus 2018, Rusia melakukan uji coba terhadap misil baru untuk sistem misil balistik jarak dekat, Iskander-M. Proyektil baru yang disebut R-500 Kalibr ini adalah versi darat dari misil jelajah terkenal yang pertama digunakan pada akhir 2015 untuk mengeliminasi teroris ISIS di Suriah.

R-500 Kalibr telah dibuat secara khusus untuk diintegrasikan ke sistem Iskander-M dan memiliki jangkauan hingga 500 km. Misil-misil ini diubah untuk menargetkan kapal-kapal perusak kelas sedang dan berat, seperti kapal yang mampu membawa misil Tomahawk dan sistem pertahanan misil balistik Aegis.

Misil antikapal milik Rusia ini dapat terbang menuju target mereka dengan kecepatan 2.000 kilometer per jam, demikian seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Kamis (16/8/2018).

Mereka juga mampu menyusuri air dengan ketinggian hanya 5 sampai 10 meter, yang berarti benda tersebut tak bisa ditangkal dengan sistem pertahanan antimisil berbasis laut.

Muatan misil ini berkisar dari 200 hingga 500 kilogram. Yang lebih ringan biasanya menargetkan kapal perusak, sedangkan yang lebih berat ditujukan untuk kapal penjelajah.

Menurut Viktor Litovkin, analis militer kantor berita TASS, senjata ini akan dikirimkan ke lokasi militer di wilayah Kaliningrad, Krimea, dan Timur Jauh Rusia sebagai pencegah potensi kapal musuh memasuki perairan Rusia.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Uji Coba Misil Antibalistik Hipersonik Terbaru

Sementara itu, pasukan pertahanan udara wilayah Moskow, Rusia sebelumnya menguji coba misil antibalistik hipersonik baru, A-135 'Amur'.

Misil baru ini dirancang untuk menggantikan PRS-1 era Soviet, yang telah beroperasi sejak 1979, demikian dikutip dari laman RBTH Indonesia, Kamis 2 Agustus 2018.

Ini adalah salah satu sistem pertahanan udara paling kuat dan mahal di Rusia yang dirancang untuk melindungi Moskow dari potensi serangan udara dan nuklir.

Ia dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir atau konvensional dan dirancang untuk menghilangkan puluhan target udara yang mungkin telah melewati lapisan pertahanan udara sebelumnya.

Ia memiliki ukuran dan berat yang sama dengan pendahulunya, tetapi kemampuan dan teknologinya sehingga ia bisa terbang dengan kecepatan hipersonik (4 km per detik atau sekitar 14,000 km per jam).

Perangkat baru memungkinkannya untuk mencegat jenis alat serangan udara yang ada saat ini: misil balistik antarbenua, misil jelajah, bomber generasi kelima, dan lain-lain.

Semua informasi lain tentang misil ini masih diklasifikasikan.

Sumber independen mengatakan bahwa 'Amur' dapat mengeliminasi target di jarak lebih dari 800 km dan pada ketinggian antara 4,8 hingga 69 kilometer -- dekat luar angkasa, di batas atmosfer bumi.

Misil generasi baru tersebut membawa muatan nuklir yang sama dengan pendahulu Soviet-nya, 10 kiloton. Dan ini hanyalah bagian dari serangkaian misil antibalistik ABM yang akan memayungi Moskow, Rusia.

Cadangan Misil

Informasi dari stasiun radar di sekitar Rusia diarahkan langsung ke pusat komando di Moskow, memberikan peringatan potensi ancaman udara.

Dikenal sebagai sistem peringatan dini misil balistik, ia memiliki jangkauan 360 derajat hingga 5,954 km.

"Setiap sinyal peringatan dini akan diteruskan ke markas pertahanan misil dan ke stasiun radar Don-2N di Moskow yang memiliki fasilitas misil antibalistik," kata analis militer kantor berita TASS, Viktor Litovkin.

Litovkin mengatakan bahwa stasiun radar Don-2N meneruskan peringatannya ke semua unit pertahanan udara yang terletak di Moskow. Selain sistem 'Amur', ada juga sistem S-400 'Triumph' SAM serta sistem pertahanan darat-ke-udara Pantsir-S1.

"Juga, langit Moskow dijaga oleh pesawat-pesawat tempur Sukhoi Su-30MS, Su-35, MiG-29, dan MiG-31," Litovkin menambahkan. "Ini ditempatkan tidak hanya di luar Moskow tetapi juga di wilayah-wilayah tetangga."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.