Sukses

5 Bocah Selamat dari Tragedi Titanic, Ini yang Kemudian Terjadi pada Mereka...

Saat Titanic mulai miring, para awak memutuskan untuk mengevakuasi anak-anak dan perempuan terlebih dahulu. Ini kisah 5 anak yang selamat dari tragedi itu.

Liputan6.com, London - Saat Kapal Titanic mulai miring, para awak memutuskan untuk mengevakuasi anak-anak dan perempuan terlebih dahulu. Mereka diutamakan karena jumlah sekoci yang ada saat itu tak bisa digunakan untuk menyelamatkan semua penumpang.

Akibatnya, banyak perempuan yang terpisah dari suami mereka. Termasuk Madeleine, istri John Jacob Astor -- yang masuk daftar orang terkaya di dunia saat itu.

Sementara Ida dan Isidor Straus memilih tinggal di Titanic. Pasangan tersebut kali terakhir terlihat di dek dalam kondisi saling berpegangan tangan. "Aku tak akan berpisah dari suamiku. Kami akan hidup atau mati bersama," kata perempuan itu.

Juga ada banyak anak-anak yang terpaksa dipisahkan dari orangtuanya.

Banyak dari mereka tak bisa berjumpa dengan ayah dan ibunya, yang ikut tenggelam bersama Kapal Titanic pada Minggu pagi itu, 14 April 1912.

Sejumlah korban yang saat itu masih anak kecil ini harus bertahan di tengah tragedi besar. Kisahnya pun bahkan ada yang dibukukan.

Seperti dikutip dari laman Listverse, Kamis (28/6/2018), berikut 5 kisah anak yang bertahan hidup usai tragedi Titanic:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. William Carter II

William Carter II atau yang akrab disapa Billy adalah seorang remaja laki-laki berusia 11 tahun. Ia adalah salah satu penumpang kelas satu di kapal Titanic dan berasal dari keluarga kaya.

Meskipun berasal dari keluarga kaya, Billy sempat mengalami kendala saat hendak menyelamatkan diri menggunakan sekoci. Penolakan itu terjadi lantaran tubuhnya dianggap terlalu besar dibanding anak-anak yang lain.

Karena tak ingin berpisah dengan anak laki-lakinya, sang ibu yaitu Nyonya Carter berpikir secara cepat untuk menyamarkan Billy menjadi seorang anak perempuan.

Rupanya, cara ini terbukti ampuh dan Billy pun berhasil masuk ke dalam sekoci dan selamat dari tragedi besar itu.

William Carter II, ibu, kakak perempuan, ayah, dan seorang pelayan Augusta Serreplaà selamat dari tragedi Titanic.

Meski demikian, pada 1914 kedua orangtuanya, William Ernest Carter dan Lucile Stewart Polk bercerai.

Punya pengalaman traumatis di Titanic, tak membuat William Carter II kapok berlayar. Namanya tercatat dalam manifes di France, Homeric, Monarch of Bermuda, Aquitania, dan Ile de France.

Sepanjang hidup ia menghindari pembicaraan dan informasi tentang Titanic. Meski tak kehilangan anggota keluarga di kapal tersebut, William Carter II konon masih terluka karena harus meninggalkan anjing kesayangannya di sana.

Ia meninggal dunia pada 28 Januari 1985.

 

3 dari 6 halaman

2. Robert Douglas Spedden

Robert Douglas Spedden berusia enam tahun ketika kapal Titanic menabrak gunung es. Kala itu, ia pergi bersama ayah dan ibunya.

Ia menjadi sosok yang terkenal ketika sang ibu menulis kisahnya dalam sebuah buku berjudul Polar the Titanic Bear.

Buku ini sengaja dipersembahkan untuk Spedden karena bercerita tentang boneka Teddy Bear kesayangan anaknya selama perjalanan menggunakan Titanic.

Karena usianya yang masih sangat kecil, sang ibu berusaha menghibur Spedden agar tetap tenang, meski kapal akan tenggelam.

Meski suasana sedang kisruh, sang ibu masih bersikap tenang dan menceritakan tentang niatan mereka untuk melihat binatang-binatang.

Mereka sempat kesulitan untuk mendapat sekoci dan menyelamatkan diri. Namun, mereka beruntung karena naik di sekoci terakhir. Spedden pun tertidur dengan nyenyak saat mereka sudah diselamatkan.

Namun, usianya tak panjang. Pada 6 Agustus 1915, Douglas yang kala itu berusia 9 tahun tertabrak mobil di Grindstone Neck, Winter Harbor, dekat lokasi peristirahatan di musim panas milik keluarganya.

Ia meninggal dunia dua hari kemudian dan dimakamkan di New York.

 

4 dari 6 halaman

3. Jean Hippach

Jean Hippach adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang bepergian dengan Titanic bersama ibunya. Pada malam kejadian, Hippach sempat tidur namun ia terbangun saat mendengar suara uap menderu dari kapal.

Keduanya sempat kesulitan pada saat keluar dari lorong-lorong kapal karena banyak orang yang berusaha untuk menyelamatkan diri.

Meski demikian, Hippach dan ibunya berhasil mencapai dek atas untuk naik sekoci. Mereka tidak berhasil naik ke perahu. . Namun, setelah berusaha sekuat tenaga mereka bisa masuk ke dalam sekoci.

Tak lama setelah sekoci menjauh mereka melihat ada ledakan besar. Kapal itu pun terlihat mulai retak dan banyak korban yang berjatuhan ke dalam air.

Jika Hippach dan ibunya tidak ada di sekoci itu dan masih berada di Titanic. Mereka mungkin akan mati.

Jean Hippach diketahui berumur panjang. Ia meninggal dunia pada 14 November 1974 di usia 80 tahun.

 

5 dari 6 halaman

4. Putra Keluarga Navratil

Cerita yang satu ini mengisahkan bagaimana kebaikan seorang yang tak dikenal karena telah mengubah kehidupan seorang anak. Pada saat malam kejadian tenggelamnya kapal Titanic, Tuan Navratil dan dua orang putranya masih berada di atas kapal.

Sang ayah hendak membawa dua anaknya ke New York lantaran telah berpisah dengan sang istri dan memperoleh hak anak.

Sebelum menempatkan anak-anaknya ke sekoci, Tuan Navratil membungkus tubuh anak-anaknya dengan selimut sembari mengucapkan selamat tinggal perpisahan.

Setelah anak-anak diselamatkan, kru dan penumpang lainnya menyadari bahwa dua anak itu hanya berbicara bahasa Prancis dan tidak dapat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.

Lalu, seorang penumpang wanita yang masih dalam satu sekoci dengan sukarela membawa dua anak-anak itu ke tempatnya yang ada di New York.

Kisah ini pun muncul di surat kabar Prancis. Tak lama, ibu dari bocah itu tahu bahwa anaknya selamat dan mereka bertemu.

 

6 dari 6 halaman

5. Millvina Dean

Ketika Titanic melakukan pelayaran ke New York, Millvina Dean baru berusia dua bulan. Ini membuatnya menjadi penumpang termuda di kapal.

Ia dan keluarganya adalah penumpang kelas tiga dan berada di Titanic karena mereka ingin pindah ke Amerika Serikat.

Pada malam kecelakaan itu, Millvina, ibunya, dan saudara laki-lakinya semua naik sekoci dan berhasil selamat ke New York.

Meskipun Millvina tidak ingat peristiwa tenggelamnya kapal Titanic, namanya tercatat dalam sejarah sebagai penyintas Titanic terakhir yang meninggal dunia. Ia mengembuskan napas penghabisan pada 2009 di usia 97 tahun.

Ia berusia cukup panjang, yang memungkinkannya membagikan ceritanya soal Titanic dan tragedi yang melanda di Atlantik Lautan malam itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.