Sukses

Dikepung Era Serba Otomatis, Ini Solusi Tantangan Pendidikan Generasi 4.0

Era pendidikan yang tidak lagi menjadikan pengajat sebagai sumber ilmu pengetahuan tunggal.

Liputan6.com, Jakarta - Pesatnya perkembangan zaman menuntut manusia lebih kreatif dalam menjalani hidup, termasuk memanfaatkan peluang pendidikan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

Inilah yang menurut ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Prof Djoko Wintoro, MBA, merupakan salah satu bentuk tantangan pendidikan di era generasi 4.0.

Dijelaskan di sela-sela konferensi pers agenda World Post Graduate Expo 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (7/5/2018), generasi 4.0 adalah era ketika manusia dituntut mandiri dalam mengembangkan eksistensinya, melalui pembelajaran progresif yang berlatar prinsip trial and error.

"Ketika dikaitkan dengan pendidikan, maka peran pengajar tidak lagi mendominasi di depan kelas, menjadi source of knowledge yang umum berlaku saat ini. Pengajar, dalam hal ini dosen, akan menjadi fasilitator yang membantu mahasiswa mengembangkan potensi dirinya dalam memahami solusi untuk setiap problematika," jelas Prof Djoko.

Menurutnya, pendidikan tetap akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perubahan zaman yang serba otomatis saat ini.

Ia mengibaratkan jika mesin benar-benar mengambil alih sebagian besar lahan pekerjaan manusia, tetap saja tidak mampu memberikan kearifan (wisdom) dalam membimbing manusia mengembangkan akal dan pikirannya.

"Saat ini, mesin sudah ada yang bisa saling mengobrol satu sama lain, tapi mereka tidak memiliki wisdom yang membantu manusia menggali potensi dirinya, mendorong daya pikir dalam mencari solusi berbagai problematika, dan tentu saja sulit menjadi teman diskusi yang baik," jelas Prof. Djoko.

"Di sinilah tantangan para pengajar, memahami dinamika generasi 4.0, dengan cara tidak lagi mendominasi kelas perkuliahan, dan menggantinya dengan diskusi, katakanlah, lingkaran, sehingga pelajar dan gurunya bisa saling tatap muka tanpa canggung dalam membahas berbagai hal ilmiah," lanjutnya.

Konsep awal tentang pendidikan berbasis generasi 4.0, menurut Prof Djoko, masih sangat jarang diterapkan di dunia pendidikan tanah air.

Untuk itu, ia pun memanfaatkan ajang World Post Graduate Expo 2018 untuk memulai diskusi lebih lanjut dengan berbagi pihak lintas kepentingan, terutama bagi mereka yang berniat melanjutkan pendidikan pascasarjana, baik S2 maupun S3.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dihadiri 50 Institusi Pendidikan Bergengsi

Sementara itu, ajang World Post Graduate Expo 2018 akan digelar untuk kedua kalinya di Indonesia, yang kali ini mengambil tempat di Jakarta Convention Center pada 12-13 Mei 2018.

Acara berbentuk pameran dan diskusi publik ini dibuka untuk umum, alias gratis, dengan mendatangkan lebih dari 50 perwakilan institusi pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia dan internasional.

Pengunjung diberi kebebasan untuk berkonsultasi, dan mencari informasi lebih lengkap, tentang kesempatan melanjutkan studi pascasarjana di dalam dan luar negeri. Beberapa institusi pendidikan juga ada yang menawarkan peluang beragam jenis beasiswa, dengan keistimewaan khusus yang tidak bisa ditemukan di kesempatan lain.

Selain pameran pendidikan, agenda ini juga turut menghadirkan sederet seminar yang berkaitan dengan isu pendidiikan generasi 4.0, seperti tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk meraih beasiswa, manfaat riset untuk keberhasilan program pascasarjana, hingga sesi uji coba IELTS yang komprehensif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.