Sukses

Pasca-Diinspeksi Presiden Kenya, Jembatan Buatan China Ambruk

Setelah dua pekan dikunjungi Presiden Kenya, jembatan buatan China di negara itu ambruk. Ada apa gerangan?

Liputan6.com, Nairobi - Hanya dua pekan setelah inspeksi dilakukan oleh Presiden Uhuru Kenyatta, jembatan Sigiri buatan China senilai US$ 12 juta (sekitar Rp 158 triliun) di Kenya Barat ambruk sebelum selesai dibangun. Ada apa gerangan?

Beruntung peristiwa jembatan ambruk itu tak menelan korban jiwa. Kini penyebab runtuhnya jembatan tersebut tengah diselidiki.

Seperti dikutip dari CNN, Selasa (4/7/2017), jembatan yang dibangun oleh perusahaan Teknik dan Konstruksi Luar Negeri China di Busia County tersebut menghubungkan kawasan yang secara historis tidak memiliki investasi dan pengembangan pemerintah. Kendati demikian, sekitar selusin orang meninggal di sungai setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam saat menyeberang wilayah itu pada 2014.

Koalisi partai yang mendukung Presiden Kenyatta, membuat pembangunan infrastruktur sebagai pilar utama strategi pemilihan kembali, menjelang pemilihan presiden yang akan datang.

Pada 14 Juni, Presiden Kenyatta yang tengah kampanye berhenti di lokasi pembangunan jembatan Sigiri. Ia berbicara kepada orang banyak yang berkumpul di sepanjang sungai.

Dia berjanji bahwa jembatan tersebut akan membawa perkembangan bagi wilayah tersebut.

"Ada perbedaan besar antara mereka yang akan menjual propaganda kepada Anda dan orang-orang yang akan menjual agenda perubahan nyata kepada Anda," kata Presiden Uhuru Kenyatta dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situs web Kepresidenan saat itu.

Janji infrastruktur

Pemilu nasional Kenya dijadwalkan berlangsung pada 8 Agustus, dan rival utama Presiden Kenyatta adalah pemimpin oposisi veteran Raila Odinga.

Pemerintah Kenya sangat bergantung pada proyek-proyek yang didanai dan dibiayai China, untuk mencapai janji kampanye infrastruktur presiden. Juni lalu, Presiden meluncurkan Madaraka Express -- investasi terbesar sejak kemerdekaan.

Kereta senilai US$ 3,8 miliar yang dibiayai oleh China's Eximbank dikirim dari kota pelabuhan Mombasa ke Nairobi, dan rencananya akan menyeberangi Kenya dan menghubungkannya dengan beberapa negara Afrika Timur lainnya.

Kendati demikian, banderol rel kereta api yang tinggi menjadi pertimbangan. Harganya lebih dari dua kali lipat per kilometer dari rel kereta api buatan China yang menghubungkan Addis Ababa ke Djibouti.

Pembangunan rel kereta Api Kenya membutuhkan banyak biaya tambahan terkait geografi di sana yang lebih rumit.

Dalam masa kampanye, Odinga menyalahkan kecelakaan baru-baru ini terhadap pemerintah yang membanjiri proyek Sigiri untuk tujuan politik. Dia menyebut hal itu "tenderpreneurs", di mana para pejabat pemerintah yang menugaskan proyek untuk keuntungan finansial.

"Di masa lalu, kami memiliki pekerjaan di bawah standar pada proyek publik, biasanya jalan dan jembatan, yang membahayakan masa proyek dan menolak kami untuk mendapatkan uang," kata Odinga.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.