Sukses

Unik, Baju Ini Bisa Berubah Saat Terpapar Polusi Udara

Serangkaian pakaian ini memiliki kemampuan berganti-ganti pola, sesuai dengan kadar polusi di lingkungan sekitarnya. Unik!

Liputan6.com, New York - Polusi udara menjadi masalah yang semakin memberatkan di seluruh dunia. Biasanya, pemantauan dilakukan dengan alat pengukur kadar partikel-partikel berbahaya, semisal kandungan karbon monoksida dan gas lainnya.

Baru-baru ini, seorang perancang dari New York menggelontorkan pakaian jenis baru yang amat unik. Sebab kostum tersebut sekaligus dapat memberi peringatan terhadap kualitas udara di sekitar pemakainya.

Dilansir dari Aerochromics, pada Kamis (28/7/2016), pakaian besutan Nikolas Bentel ini dikerjakan bersama dengan Autodesk Applied Research Lab, suatu lembaga penelitian dan pengembangan di bawah sayap perusahaan Autodesk yang terkenal dengan perangkat lunak perancangan 3 dimensi.

Bersama-sama dengan lab tersebut, pria yang menyebut dirinya "seniman, perancang, dan seniman panggung" itu mengembangkan 3 jenis pakaian.

Satu pakaian peka terhadap keberadaan gas karbon monoksida, lainnya sensitif terhadap polusi partikel (misalnya debu), dan yang terakhir responsif terhadap paparan radioaktif.

Pakaian pengindra karbon monoksida disisipi garam-garam kimiawi yang bereaksi dengan karbon monoksida. Ketika bertemu dengan kandungan tersebut, maka garam-garam pada pola berwarna putih akan melepas molekul oksigen, sehingga keseluruhan berwarna hitam.

Pakaian pengindra polusi partikel memiliki dua sensor, satu di depan dan satu di belakang pakaian. Ketika sensor itu merasakan kehadiran debu atau asap, alat-alat itu memberitahu alat pengendali mikro di kerah pakaian. Pengendali itu mengirim isyarat penghangatan bintik-bintik pakaian. Zat warna yang dihangatkan mengubah warna putih menjadi hitam.

Pakaian pengindra radioaktif masih dalam penggodokan akhir, namun disebut menggunakan "zat warna indikator proses kimia yang berubah warna dari putih menjadi hitam saat terpapar radiasi gamma ataupun elektron."

Tampilan pakaian ini sepertinya lebih sebagai peringatan terhadap polusi.

Harganya lumayan menguras kantong. Di laman Aerochromics, harganya berkisar dari US$ 500 hingga US$ 650 atau sekitar Rp 6,6 juta hingga Rp 8,5 juta.

Berikut cuplikan perubahan pola pakaian yang peka terhadap polusi tersebut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.