Sukses

WNI di Pakistan Diminta Waspada Pasca-Bom di Lahore

Bom di Pakistan turut menjadi perhatian besar Pemerintah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kota di Pakistan, Lahore diguncang ledakan besar. Bom tersebut menyebabkan 69 orang menjadi korban jiwa.

Kejadian ini turut menjadi perhatian besar Pemerintah Indonesia. Melalui KBRI Islamabad, Pemerintah meminta WNI meningkatkan kewaspadaan.

"KBRI telah menghimbau WNI di Pakistan, khususnya kota Lahore untuk tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan situasi," ucap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanantha Nasir kepada Liputan6.com, Senin (28/3/2016).

Selain itu, WNI di sana juga diminta menghindari pusat-pusat keramaian yang rawan menjadi sasaran serangan.

Kekhawatiran pemerintah, menurut pria yang akrab disapa Tata, hal itu sangat beralasan. Sebab, di Pakistan terdapat ratusan lebih WNI.

"Saat ini, jumlah WNI yang berada di Pakistan berjumlah 920 orang, 752 di Islamabad dan 168 di Karachi," jelasnya.

Kejadian nahas tersebut diketahui terjadi di sebuah taman di Kota Lahore. Saat bom Pakistan terjadi, banyak keluarga yang tengah merayakan Paskah.

Itu sebabnya, banyak korban perempuan dan anak-anak. Para korban bom dirujuk ke sejumlah rumah sakit setempat.

Kelompok pecahan Taliban  mendeklarasikan dirinya Jamaat-ul-Ahrar mengklaim sebagai dalang pengemboman itu. Mereka sengaja menargetkan warga kristen Pakistan yang saat itu tengah merayakan Paskah.

Seorang saksi mata mengatakan sempat terjadi keributan, dan banyak anak-anak terpisah dari orangtua sebelum ledakan terjadi di pintu utama taman Gulshan-e-Iqbal.

Seorang saksi lain mengatakan kepada stasiun TV Geo Pakistan, dia tengah dalam perjalanan ke pasar malam dengan istri dan 2 anaknya ketika mendengar ledakan besar. Mereka juga mengaku sempat terlempar ke lantai.

"Ketika ledakan terjadi, api begitu tinggi mencapai atas pohon dan aku melihat tubuh manusia terbang di udara," kata Hasan Imran, (30), warga setempat yang pergi ke taman untuk jalan-jalan kepada Reuters.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.