Sukses

Mahasiswa UNESA Isi Momen Ramadhan dengan Belajar Baca Al-Quran Menggunakan Bahasa Isyarat

Intip kegiatan mahasiswa UNESA isi momen Ramadhan dengan mengaji Al-Quran menggunakan bahasa isyarat.

Liputan6.com, Surabaya Ramadhan menjadi momen memperbanyak amal salah satunya dengan baca Al-Quran. Seperti diketahui, Al-Quran adalah mukjizat yang dapat dibaca dengan berbagai cara termasuk dengan bahasa isyarat.

Hal ini melatarbelakangi digelarnya acara “Ngaji Bahasa Isyarat” yang diselenggarakan Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas (PUID) bersama Komunitas Tuli Universitas Negeri Surabaya (UNESA) atau Kotunesa.

Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Ramadan PUID UNESA berlangsung di Gedung Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) Kampus 2 Lidah Wetan. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap pekan selama Ramadan. Dimulai pada Jumat, 8 Maret hingga Kamis 28 Maret 2024. Pengajar program ini didatangkan dari Rumah Qur’an Sahabat Tuli (RQST).

Ketua Kotunesa, Moch. Fadillah Akbar mengatakan bahwa kegiatan ini difasilitasi Direktorat Disabilitas UNESA dan dihadiri para mahasiswa Tuli dan sejumlah relawan.

Bagi Fadillah, kegiatan ini sebagai bagian dari upaya bersama untuk mempelajari dan memahami Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia.

“Tujuan kami untuk memberikan pengalaman dan pemahaman membaca Al-Quran menggunakan bahasa isyarat bersama teman-teman tuli UNESA, serta sebagai media mencari keberkahan di bulan suci Ramadhan,” ucap Fadillah dalam keterangan pers dikutip Sabtu (30/3/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Edukasi Baca Al-Quran dengan Bahasa Isyarat Sesuai Kaidah

Selain memberi pemahaman soal baca Al-Quran, kegiatan juga dilakukan untuk memperkenalkan media membaca Al-Quran menggunakan Bahasa Isyarat kepada para relawan Direktorat Disabilitas UNESA. Serta mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) agar dapat mengajarkan cara membaca Al-Quran menggunakan bahasa isyarat kepada anak didiknya kelak.

Dengan adanya kegiatan ini, para penyelenggara berharap dapat menambah pemahaman teman Tuli terkait agama dan tata cara membaca Al-Quran menggunakan bahasa isyarat. Termasuk cara membaca yang sesuai dengan tata cara atau kaidahnya.

Kegiatan ini juga sebagai gerakan awal untuk mensosialisasikan kegiatan dan program, sehingga hasil dari pergerakan ini dapat tercipta lingkungan kampus yang ramah disabilitas. Tidak hanya dari aspek infrastruktur, tetapi juga dari berbagai aspek yang lebih komprehensif.

3 dari 4 halaman

Penyandang Disabilitas Harus Giat Kejar Pendidikan

Ngaji dengan bahasa isyarat merupakan salah satu contoh giatnya para penyandang disabilitas dalam mengejar pendidikan.

Ini sejalan dengan apa yang sempat disampaikan Akademisi Universitas Trunojoyo Madura, Bima Kurniawan.

Pria penyandang disabilitas netra ini menyarankan kepada rekan-rekan disabilitas untuk mencontoh perilaku Abdullah bin Ummi Maktum dalam mengejar pendidikan.

“Saya menyarankan kepada sesama rekan disabilitas untuk mencontoh perilaku Abdullah bin Ummi Maktum dalam mengejar pendidikan,” kata Bima kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Selasa (26/3/2024).

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat Rasulullah SAW yang menyandang disabilitas netra. Ia menemui Rasulullah SAW saat berdakwah dan sempat mendapat ekspresi wajah masam dari Nabi SAW. Seperti tertera dalam Firman Allah, Al-Quran Surat Abasa.

4 dari 4 halaman

Mencontoh Abdullah bin Ummi Maktum

Dalam surat Abasa, Abdullah bin Ummi Maktum digambarkan memiliki perilaku terpuji dalam mengejar ilmu pengetahuan salah satunya upaya dia dalam mencari guru yang tepat.

Abdullah bin Ummi Maktum datang langsung kepada Nabi shalallahu ‘alaihiwassallam. Dalam proses akuisisi pengetahuan, penting bagi pelajar untuk mencari sosok guru yang tepat.

“Kita membutuhkan seseorang yang bisa menjadi sumber ilmu dan membimbing kita dalam perjalanan pembelajaran. Di negara kita, sistem pendidikan formal mengarahkan kita untuk bersekolah, tempat di mana kita dapat menggali pengetahuan secara terstruktur,” jelas Bima.

Di samping itu, pendidikan non-formal juga memiliki peran penting, seperti belajar di masjid dengan para tokoh agama untuk memperoleh pengetahuan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.