Sukses

Belajar dari Abdullah Bin Ummi Maktum, Sahabat Disabilitas Netra yang Giat Kejar Pendidikan hingga Temui Rasulullah SAW

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat Rasulullah SAW yang menyandang disabilitas netra.

Liputan6.com, Jakarta Akademisi Universitas Trunojoyo Madura, Bima Kurniawan menyarankan kepada rekan-rekan disabilitas untuk mencontoh perilaku Abdullah bin Ummi Maktum dalam mengejar pendidikan.

“Saya menyarankan kepada sesama rekan disabilitas untuk mencontoh perilaku Abdullah bin Ummi Maktum dalam mengejar pendidikan,” kata pria yang juga menyandang disabilitas netra kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Selasa (26/3/2024).

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat Rasulullah SAW yang menyandang disabilitas netra. Ia menemui Rasulullah SAW saat berdakwah dan sempat mendapat ekspresi wajah masam dari Nabi SAW. Seperti tertera dalam Firman Allah, Al-Quran Surat Abasa.

Dalam surat ini, Abdullah bin Ummi Maktum digambarkan memiliki tiga perilaku terpuji dalam mengejar ilmu pengetahuan yakni:

Mencari Guru yang Tepat

Abdullah bin Ummi Maktum datang langsung kepada Nabi shalallahu ‘alaihiwassallam. Dalam proses akuisisi pengetahuan, penting bagi pelajar untuk mencari sosok guru yang tepat.

“Kita membutuhkan seseorang yang bisa menjadi sumber ilmu dan membimbing kita dalam perjalanan pembelajaran. Di negara kita, sistem pendidikan formal mengarahkan kita untuk bersekolah, tempat di mana kita dapat menggali pengetahuan secara terstruktur,” jelas Bima.

Di samping itu, pendidikan non-formal juga memiliki peran penting, seperti belajar di masjid dengan para tokoh agama untuk memperoleh pengetahuan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Giat Berusaha dengan Semangat Tinggi

Sikap kedua yang dapat dicontoh dari Abdullah bin Ummi Maktum adalah berusaha dengan semangat tinggi.

Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW untuk mendapatkan pendidikan. Semangat yang dimiliki oleh Abdullah bin Ummi Maktum untuk mendapat edukasi dinilai baik.

“Mari kita bayangkan kehidupan di zaman itu untuk penyandang tuna netra. Saya saja yang hidup di era saat ini terkadang memiliki banyak hambatan dalam orientasi mobilitas, apalagi di zaman itu yang segala pendukungnya masih terbatas,” ujar Bima.

“Pesan yang dapat diambil dari sikap dan perilaku dari sahabat ini adalah pentingnya menjalankan ibadah dengan disertai semangat yang tinggi. Meskipun waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu untuk beribadah sama, namun semangat dan ketakwaan yang dimiliki akan sangat mempengaruhi hasil akhirnya.”

Demikian juga dalam menuntut ilmu, waktu yang dipersembahkan untuk belajar tidaklah berbeda secara substansial antara satu individu dengan individu lainnya. Namun, semangat dan dedikasi yang diberikan akan mempengaruhi hasil akhir dan pahala yang diperoleh.

3 dari 5 halaman

Takut Kepada Allah

Sikap ketiga yang dapat dicontoh dari Abdullah bin Ummi Maktum adalah takut kepada Allah.

“Abdullah bin Ummi Maktum takut kepada Allah Subhanallahu Wata’ala. Hal ini adalah peringatan kepada para penuntut ilmu agar selalu memerhatikan keikhlasan dalam menuntut ilmu.”

“Sikap ikhlas itu kemudian menjadikan rasa takut bersemayam di hati mereka, rasa takut yang hanya diperuntukan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala,” kata Bima.

Pengetahuan yang diperoleh tidak semata-mata untuk meningkatkan pemahaman, tetapi juga untuk memperdalam ketakutan akan kebesaran Allah SWT.

Oleh karena itu, para ulama terdahulu menegaskan bahwa rasa takut merupakan puncak dari ilmu.

4 dari 5 halaman

Jadi Inspirasi dalam Menuntut Ilmu

Dengan penyatuan ketiga sifat tersebut, seharusnya menjadi inspirasi bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas dalam perjalanan menuntut ilmu.

Sebelumnya, kisah Abdullah bin Ummi Maktum dijelaskan dalam Al-Quran surat Abasa.

Allah subhanAllahu wata’ala berfirman:

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ

 “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling”

Pada ayat pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala menggambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengekspresikan ketidaksenangan dengan mengernyitkan dahinya dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Adapun penyebab mengapa Nabi shalallahu ‘alaihiwassallam berperilaku seperti ini dijelaskan lebih lanjut dalam ayat berikutnya, di mana Allah SWT berfirman:

أَن جَآءَهُ ٱلْأَعْمَىٰ

“Karena seorang tunanetra telah datang (kepadanya)”

Allah SWT menurunkan ayat ini untuk memberikan peringatan kepada Nabi Muhammad SAW terkait sikapnya terhadap Abdullah bin Ummi Maktum yang datang menemuinya.

Pada saat yang bersamaan, Nabi SAW sedang berdakwah kepada para pembesar Quraish. Nabi SAW senantiasa berharap agar para pemimpin Quraisy masuk Islam, karena keyakinannya bahwa jika mereka memeluk agama Islam, para pengikut mereka juga akan mengikuti jejak pemimpinnya.

 

5 dari 5 halaman

Alasan Nabi SAW Tunjukkan Ekspresi Masam

Saat Nabi SAW tengah fokus berdakwah kepada para pemimpin Qurais, tiba-tiba Abdullah bin Ummi Maktum datang dan langsung memotong pembicaraan untuk meminta petunjuk tentang agama Islam.

Hal ini membuat Nabi SAW merasa terganggu karena kehadiran sahabat tersebut terjadi pada saat penting dalam dakwah.

Akibatnya, Nabi menunjukkan ekspresi kekecewaan dengan mengernyitkan dahinya dan memalingkan wajahnya dari Abdullah bin Ummi Maktum, untuk kemudian melanjutkan dakwahnya kepada para pemimpin Quraisy yang memiliki pengaruh sosial dan ekonomi yang besar.

Adapun apa yang menjadi keinginan Abdullah bin Ummi Maktum radhiallahu ‘anhu dijelaskan kemudian dalam firman-Nya:

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰٓ

“Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa)”

Melalui ayat ini, Allah SWT mengingatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihiwassallam yang tidak menghiraukan Abdullah bin Ummi Maktum.

Bima menilai, dari surat ini, islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk senantiasa mempertimbangkan udzur (dispensasi) umat rentan lain. Sahabat tunanetra datang dan juga memotong pembicaraan Nabi karena sahabat itu tidak melihat apa yang sedang Nabi lakukan.

Terlebih, sahabat tunanetra yang datang tersebut memiliki tujuan mulia, yaitu "Barangkali dia datang ingin membersihkan dirinya dari dosa."  Oleh karena itu, para ulama mengatakan:

“Orang yang datang kepadamu untuk mencari ilmu hendaklah dia didahulukan.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.