Sukses

Aminah Cendrakasih, Sosok yang Tampil di Google Doodle Hari Ini Sempat Alami Glaukoma Sebelum Meninggal Dunia

Google Doodle pada Senin, 29 Januari 2024 menampilkan gambar aktris senior Aminah Cendrakasih yang sempat mengalami glaukoma sebelum meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta Mesin pencarian Google hari ini dihiasi dengan doodle gambar aktris senior Indonesia Aminah Cendrakasih.

Google Doodle pada Senin, 29 Januari 2024 menampilkan gambar bintang “Si Doel Anak Sekolahan” untuk memperingati hari ulang tahunnya yang ke-86.

Dalam doodle ini, Aminah digambarkan sebagai Mak Nyak, tokoh ibu Doel dalam serial "Si Doel Anak Sekolahan" lengkap dengan kerudung khasnya. Gambar ini dipercantik dengan bingkai televisi jadul (jaman dulu).

Aminah Cendrakasih meninggal dunia pada 21 Desember 2022. Sebelum meninggal, ia sempat mengalami kelumpuhan sehingga hanya bisa berbaring dalam beberapa tahun terakhir.

Selain tak bisa berjalan seperti sedia kala, Aminah juga mengalami glaukoma hingga kehilangan penglihatan.

Glaukoma adalah salah satu gangguan kesehatan mata yang disebut sebagai penyebab tertinggi kedua kehilangan penglihatan setelah katarak.

Menurut Peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Djadja Rahardja, glaukoma juga merupakan penyebab umum kebutaan di negara-negara barat. Hal ini terjadi karena usia harapan hidup mereka lebih panjang dari generasi sebelumnya. Usia berhubungan dengan penurunan daya penglihatan.

Djadja menambahkan, disabilitas netra sangat berkaitan dengan kesehatan kornea mata. Cahaya masuk melalui kornea, bagian ini jernih dan transparan menutupi bagian depan dari mata. Kornea berbentuk cembung dan memberikan perlindungan terhadap bola mata bagian dalam.

Salah satu fungsi kornea adalah membantu memfokuskan gambar yang disampaikan ke otak. Apabila kornea rusak baik karena kecelakaan atau penyakit, dan tidak segera ditangani sehingga bagian dalam mata terinfeksi, maka hal tersebut akan menyebabkan disabilitas netra.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hampir Tak Memiliki Tanda atau Gejala Awal

Glaukoma juga dikenal sebagai kondisi ketika saraf optik mata rusak sehingga mata tak mampu berfungsi dengan baik. Kerusakan ini sering disebabkan oleh tekanan tinggi yang tidak normal di dalam mata.

“Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan bagi orang di atas usia 60 tahun. Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua,” seperti dilansir dari Mayoclinic.

Dalam banyak kasus, glaukoma hampir tidak memiliki tanda-tanda atau gejala awal. Efeknya tidak terasa, penglihatan dapat terasa normal tidak ada perubahan dan tiba-tiba sampai pada kondisi stadium lanjut.

3 dari 4 halaman

Perlu Pemeriksaan Teratur

Mengingat gejalanya sulit terlihat, maka perlu dilakukan pemeriksaan mata secara teratur yang mencakup pengukuran tekanan mata.

Ini menjadi penting mengingat kehilangan penglihatan akibat glaukoma tidak dapat dipulihkan.

Dengan pemeriksaan teratur, potensi glaukoma dapat didiagnosis sejak awal dan ditangani dengan tepat sebelum menghilangnya penglihatan.

“Jika glaukoma dikenali sejak dini, kehilangan penglihatan dapat diperlambat atau dicegah. Jika Anda memiliki kondisi tersebut, umumnya Anda akan memerlukan perawatan selama sisa hidup Anda,” mengutip Mayoclinic.

4 dari 4 halaman

Glaukoma di Indonesia

Di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi menunjukkan prevalensi glaukoma sebesar 0,46 persen atau setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk.

Data JEC Eye Hospitals and Clinics hingga 2020 menunjukkan, RS mata tersebut telah menangani lebih dari 51.810 pasien glaukoma selama sebelas tahun terakhir.

Khusus pada 2020, ketika pandemi COVID-19 mulai berlangsung, JEC mengalami penurunan jumlah kunjungan pasien glaukoma sebesar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut dokter spesialis mata, Iwan Soebijantoro, alasan penurunan jumlah pasien glaukoma yang memeriksakan diri ke rumah sakit sangat bisa dipahami.

“Berkurangnya kuantitas dan frekuensi kunjungan pasien sepanjang 2020 sangatlah bisa dipahami. Sebab, keselamatan diri dan keluarga dari paparan wabah COVID-19 tentunya menjadi prioritas seluruh masyarakat,” ujar Iwan dalam keterangan pers pada 18 Maret 2021.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.