Sukses

Kunjungi Kantor Liputan6.com, Mahasiswi UI Ceritakan Soal Kampusnya yang Sudah Ramah Disabilitas

Di antara mahasiswa itu, ada salah satu mahasiswi pengguna kursi roda. Dia adalah Tri Handayani yang menyandang disabilitas fisik.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengunjungi kantor Liputan6.com pada Rabu, 20 September 2023. Dengan mengenakan kain batik dan almamater kuning, mereka antusias melakukan office tour dan menyerap pemaparan materi dari sejumlah jurnalis senior.

Di antara mahasiswa itu, ada salah satu mahasiswi pengguna kursi roda. Dia adalah Tri Handayani yang menyandang disabilitas fisik.  Bagi gadis kelahiran Jakarta, 19 Januari 2005, kunjungan ini begitu menyenangkan dan berkesan.

“Sangat seru dan tentu berkesan untuk saya pribadi. Karena ini adalah kunjungan pertama saya bersama teman-teman keluar kampus,” kata Tri kepada Disabilitas Liputan6.com.

“Saya juga senang karena disambut ramah oleh tuan rumah Liputan6.com. Di sini saya belajar banyak tentang apa itu multimedia dan bagaimana cara suatu perusahaan memproduksi karyanya,” tambahnya.

Perjuangan Masuk UI

Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia itu pun berkisah soal perjuangannya masuk ke universitas impian. Menurutnya, perjuangan untuk masuk UI tidaklah mudah. Tri sempat mencoba berbagai jalur hingga akhirnya diterima di sana.

“Cerita pengalaman saya selama berjuang untuk bisa masuk ke Universitas Indonesia dimulai ketika saya masuk SMA. Saya di SMA mengambil jurusan MIPA. Pada awal kelas 10, sejujurnya saya belum kepikiran ingin masuk ke perguruan tinggi mana,” kenang Tri.

“Tetapi kedua orangtua saya sangat mengharapkan saya bisa masuk universitas negeri yang terdekat yaitu UI,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terpacu Harapan Orangtua

Harapan kedua orangtua Tri menyulut semangatnya untuk berusaha masuk ke perguruan tinggi tersebut.

“Nah dari harapan kedua orangtua saya itu lah saya rajin belajar, mengerjakan tugas, pokoknya saya bertekad, saya harus bisa menaikkan nilai saya.”

Menginjak kelas 12, Tri berhasil mendapatkan kuota siswa eligible. Artinya, Tri dinyatakan layak untuk mendaftar perguruan tinggi dengan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

“Saya sangat senang dan bersyukur. Saya pun mengambil kuota itu dan memilih jurusan dan perguruan tinggi yang saya inginkan. Saya memilih jurusan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia.”

Sayangnya, ia tidak berhasil menembus UI dengan jalur ini. Tidak patah arang, Tri mencoba jalur lain yakni Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Namun, ia mendapat penolakan untuk kedua kalinya.

3 dari 4 halaman

Mencoba Jalur Terakhir

Meski Tri dan kedua orangtuanya sudah pasrah, tapi ada satu jalur lagi yang belum dicoba yakni jalur Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB).

“Saya bilang ke orangtua saya kalau saya mau ikut jalur tersebut. Awalnya kedua orangtua saya tidak yakin dan sedikit melarang dengan jurusan yang saya pilih. Namun, melihat semangat saya untuk mencoba jalur lain, akhirnya kedua orangtua saya menyetujuinya.”

Saat itu, Tri dan kedua orangtuanya sudah tak berharap banyak, bahkan ia sedikit trauma saat hendak membuka pengumuman.

“Ketika tiba waktunya pengumuman, saya dan kedua orangtua saya benar-benar berada di titik yang ‘pasrah’ dan saya sedikit trauma membuka pengumuman. Namun, Alhamdulillah kehendak Allah memang tidak terduga, saya lolos di pilihan yang sempat kedua orangtua saya ragukan,” kenang Tri.

4 dari 4 halaman

Kehidupan Kuliah Sejauh Ini

Mengingat perjuangan panjang yang telah dilalui, Tri kini bertekad untuk menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

Sehari-hari, dia diantar jemput oleh sang ibu agar bisa mengenyam pendidikan dengan baik.

“Diantar menggunakan mobil lalu ketika sudah sampai di fakultas, mama saya kembali pulang. Ketika sudah selesai, saya pun dijemput lagi,” katanya.

Gadis yang hobi mendengarkan musik ini mengatakan bahwa kampusnya sudah terbilang ramah disabilitas karena mudah diakses, khususnya bagi pengguna kursi roda seperti dirinya.

Alhamdulillah sudah (ramah disabilitas). Inilah salah satu alasan kedua orangtua saya menginginkan saya agar bisa masuk ke UI,” pungkas gadis yang bercita-cita menjadi penulis novel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.