Sukses

Anak Ditolak Berbagai Sekolah karena Didiagnosis Autisme, Ibu Khawatir

Seorang ibu khawatir gagal menemukan sekolah bagi putranya yang didiagnosis autisme.

Liputan6.com, Jakarta - Jana Hunt, seorang ibu asal Sydney, Australia, khawatir gagal menemukan sekolah bagi putranya yang berusia empat tahun, Harrison.

Ia merasa hal ini sulit karena Harrison didiagnosis dengan autisme neurodiversitas, tetapi juga memiliki kecerdasan yang tinggi.

Neurodiversitas merupakan istilah nonmedis yang menggambarkan orang-orang yang perkembangan atau fungsi otaknya berbeda dengan beberapa alasan.

Hal ini berarti orang tersebut memiliki kekuatan dan tantangan yang berbeda dengan orang-orang yang otaknya berkembang atau bekerja secara lebih umum.

"Saya merasa sangat stres dan terbangun di tengah malam," ujar Hunt, seperti melansir ABC News.

Hunt menjelaskan bahwa ia secara jujur memberitahukan kondisi neurodiversitas Harrison saat melakukan proses pendaftaran di dua sekolah swasta tahun lalu.

Salah satu sekolah tidak memberikan respons. Sementara, sekolah lainnya awalnya menyambut baik, tetapi setelah proses yang panjang pihak sekolah mengaku tidak bisa menerima Harrison.

"Mereka mengatakan bahwa kami harus mencari sekolah ASPECT. Itu merupakan sekolah khusus untuk anak-anak dengan disabilitas," ujar Hunt.

Hunt menambahkan pihak sekolah mengatakan bahwa Harrison harus masuk ke sekolah umum, kemudian bergabung di kelas khusus.

"Ketika saya mengajukan untuk mendaftarkan Harrison sebagai daftar tunggu mereka berkata bahwa hal itu hanya membuat mereka membuang-buang uang secara percuma,” lanjut Hunt.

Menurut Hunt, sekolah umum yang direkomendasikan memiliki tempat terbatas untuk anak-anak seperti Harrison.

Oleh karena itu, dia khawatir bahwa putranya terabaikan dalam sistem pendidikan, seperti banyak anak dengan keunikan neurologis lainnya. Harrison dianggap tidak cocok di sekolah khusus, tetapi juga sulit diterima di sekolah umum.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penghambat Masuk Sekolah Menjadi Hal yang Umum Terjadi

Sekolah swasta yang tidak merespons Hunt mengaku bahwa terdapat ‘kesalahan administrasi’ pada proses pendaftaran tahun lalu.

Mereka meminta maaf kepada keluarga dan berjanji akan memasukkan Harrison dalam daftar tunggu untuk memulai tahun depan.

Sekolah swasta lainnya mengatakan bahwa mereka menyambut dan mendukung anak-anak dengan keunikan neurologis.

Namun, mereka menyarankan agar anak tersebut lebih baik mendapatkan intervensi terapeutik di tempat lain terlebih dahulu, sebelum memulai pembelajaran formal di sekolah.

Profesor Centre for Inclusive Education di Queensland University of Technology, Linda Graham, mengatakan bahwa respons sekolah-sekolah seperti ini merupakan hal yang umum dan seharusnya tidak terjadi.

“Tidak hanya sekolah-sekolah swasta elit, tetapi juga sekolah-sekolah umum," kata Graham.

Ia menyebutnya sebagai penghalang masuk atau gatekeeping, di mana sekolah menolak mendaftarkan seorang anak. Seringkali mereka menggunakan alasan yang sangat halus dan menyarankan agar mereka mencari tempat lain yang lebih sesuai.

3 dari 3 halaman

Seharusnya Tak Ada Pemberian Dana bagi Sekolah yang Memilih-Milih

Graham menekankan bahwa sekolah-sekolah ASPECT tidak selalu menjadi lingkungan yang tepat bagi anak-anak seperti Harrison yang berada dalam spektrum autisme.

Dia menjelaskan bahwa semua sekolah, termasuk yang swasta, mendapatkan dana tambahan dari pemerintah federal untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus atau keunikan neurologis.

"Seharusnya tidak ada dana pemerintah yang diberikan kepada sekolah yang memilih-milih dan menolak untuk mematuhi undang-undang nasional," kata Graham.

Graham mengacu pada undang-undang Diskriminasi Disabilitas. Dia menyebut bahwa banyak keluarga yang telah mencoba mengajukan keluhan terhadap sekolah dengan menggunakan undang-undang tersebut.

"Namun, umumnya mereka akan menarik keluhan mereka karena mereka dihadapkan pada biaya keuangan yang sangat besar," tambah Graham.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.