Sukses

Intip Proses Pembuatan Batik Jumputan Bersama Kawan Down Syndrome dari Bandung

Penyandang down syndrome bisa memiliki keahlian tersendiri jika dibimbing dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh penyandang down syndrome dari Bandung, Rizqi Rabiutsani.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang down syndrome bisa memiliki keahlian tersendiri jika dibimbing dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh penyandang down syndrome dari Bandung, Rizqi Rabiutsani.

Salah satu kegiatan Rizqi yang bisa menjadi inspirasi bagi penyandang down syndrome atau disabilitas lain adalah belajar membuat batik jumputan.

Kain atau batik jumputan adalah corak yang dibuat tanpa canting. Pembuatannya cenderung lebih sederhana dengan cara dicubit atau di-jumput dalam bahasa Jawa kemudian diikat dan diwarnai.

Batik yang juga biasa disebut dengan batik ikat celup ini merupakan salah satu batik yang sering dijumpai di pasaran. Biasanya, jenis batik satu ini memiliki gradasi tiga warna, motif bunga, dan beragam motif lainnya.

Melansir Merdeka, batik jenis ini pertama kali muncul di negeri Tiongkok. Setelah itu, teknik ini menyebar ke India dan oleh para saudagar dari India membawanya ke Indonesia saat melakukan misi perdagangan. Meski begitu, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa teknik jumputan sebenarnya berasal dari kebudayaan bandhu.

Terlepas dari sejarahnya, teknik batik jumputan saat ini tengah diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini karena batik jumputan memiliki beragam variasi motif yang unik dan menarik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Mengikat Kain

Ibu Rizqi, R.S. Shabariyah menjelaskan bagaimana buah hatinya menjalani kegiatan tersebut.

“Belajar membuat kain jumputan ini dilakukan bersama pelatihnya Bu Mona. Dari awal kain putih, yang harus diikat-ikat sesuai keinginan,” kata ibu yang karib disapa Shaba kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks belum lama ini.

3 dari 7 halaman

Mewarnai Kain

Setelah kainnya diikat menggunakan karet, kain itu dicelup ke dalam air berpewarna lalu dimasak hingga airnya mendidih.

“Memasak kain untuk pewarnaan masih dilakukan oleh pelatihnya karena takut anak-anak celaka oleh air panasnya," kata Shaba.

4 dari 7 halaman

Menjemur Kain

Setelah pewarna menyerap ke dalam serat kain, maka kain dapat ditiriskan, diperas, lalu dijemur dengan cara diangin-anginkan.

“Setelah dimasak setengah jam, didinginkan lalu dijemur dengan diangin-anginkan,” kata Shaba.

5 dari 7 halaman

Membuka Ikatan Kain

Setelah kain kering, maka ikatan boleh dibuka. Saat dibuka, barulah terlihat motif batik jumputan yang khas dengan lingkaran-lingkaran dan garis sederhana. Kain-kain ini dapat dibuat untuk berbagai macam produk. Seperti baju, dompet, celana, dan lain-lain.

6 dari 7 halaman

Produk Kain

Hasil karya Rizqi sudah sempat digunakan untuk membuat seragam tari tradisional. Penyandang down syndrome yang kini menginjak usia 20 tersebut menggunakan karyanya untuk menari di Balai Kota Bandung dalam rangka perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2022.

7 dari 7 halaman

Dapat Sertifikat

Pelatihan membuat kain batik jumputan sendiri dilakukan oleh Rizqi bersama Persatuan Orangtua dengan Anak-anak Down Syndrome (Potads) tanpa dipungut biaya alias gratis. Setelah tiga bulan latihan membuat kain jumputan, maka Rizqi berhak mendapatkan sertifikat. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.