Sukses

Cerebral Palsy Bukan Halangan, Wanita Ini Bisa Lulus Kuliah dan Jadi Pegawai Sipil

Seorang warga India penyandang disabilitas, Surya Lakshmi Chellapilla dari Vikshakhapatnam berhasil lolos ujian pegawai sipil.

Liputan6.com, Jakarta Seorang warga India penyandang disabilitas, Surya Lakshmi Chellapilla dari Vikshakhapatnam berhasil lolos ujian pegawai sipil.

Surya yang lahir dengan cerebral palsy (CP), kondisi neurologis yang mengakibatkan keterampilan motorik yang buruk, otot kaku atau lemah, dan tremor, yang dapat membuat gerakan sederhana menjadi menyakitkan dan tugas-tugas kecil yang memakan waktu.

Sebelum diterima menjadi pegawai sipil, ia merupakan seorang guru. Ia juga telah mendaftar gelar PhD di bidang Sejarah dari Andhra University. Ia mendapat beasiswa pasca-doktoral di luar negeri dan pekerjaan paruh paruh waktu.

“Setelah menyerahkan tesis saya, saya tidak melakukan apa-apa selama satu tahun. Saya sedang mencari sesuatu untuk merangsang kecerdasan saya, dan ketika itu ayah saya menyarankan untuk mencoba menjadi pegawai negeri. Saat itu usia saya 28 tahun, jadi saya hanya memiliki satu kesempatan. Rasa haus saya akan pengetahuan sehingga saya tidak menilai apa yang orang katakan tentang penyandang disabilitas terkait menjadi petugas sipil," kata Surya yang jabatannya kini sebagai Additional Divisional Railway Manager (Operasi) di Visakhapatnam, seperti dilansir dari The Better India.

Sejak usianya masih 4 tahun, ia diberitahu bahwa dirinya memiliki Hemiplegia, sejenis CP yang disebabkan oleh kerusakan otak atau cedera sumsum tulang belakang, yang menyebabkan kelumpuhan di satu sisi tubuh. Ini juga menyebabkan kelemahan, masalah dengan kontrol otot, dan kekakuan otot. Namun dalam kasusnya, ia masih bisa jalan tanpa alat bantu meski hanya untuk jarak pendek, dan bukan jalanan menanjak seperti tangga. Karena menurutnya itu sangat menyiksanya.

“Saya sadar bahwa sisi kiri tubuh saya berbeda dengan kanan. Benda-benda yang saya pegang dengan tangan kiri berjatuhan sepanjang waktu, dan memanjat satu lantai pun menyakitkan. Saya tidak pernah duduk di kursi roda, tapi itu tidak menghentikan tatapan orang-orang pada saya,” kenangnya.

Orang-orang mungkin penasaran dengan kondisinya, namun itu tidak dibarengi dengan empati. Tak jarang ia menerima lontaran pertanyaan-pertanyaan brutal, seperti "dia kenapa, sih?" atau "kok, kaki kirinya lebih pendek dari yang kanan?" yang membuatnya kesal. Ia kembali mengingat satu kejadian saat usianya sekitar 10 tahun. Saat itu ia sedang belanja bersama sepupunya. Lalu penjual bertanya, "apa ia cacat?" sementara sepepunya hanya menjawab dengan mengangguk, bukan menjelaskan untuknya. Orang-orang mungkin tidak menyadari betapa menyakitkannya bahkan dari sebuah bisikan maupun keheniingan.

“Saat tumbuh dewasa, saya memiliki keraguan, dan selalu bertanya-tanya mengapa Tuhan memberi saya CP. Tetapi orang tua saya akan dengan sabar menjawab semua pertanyaan saya. Memberi tahu saya betapa diberkatinya mereka memiliki saya dan tidak pernah menghentikan saya melakuakn apapun yang ingin saya raih,” katanya.

Ia menambahkan bahwa ia beruntung tidak menerima perlakuan berbeda selama sekolah dan kuliah. Ia selalu menerima pujian karena kinerjanya yang baik dan ia juga memiliki ingatan yang sangat tajam.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kunci kelulusan

Ayahnya, seorang profesor Sejarah, dan bibinya memainkan peran yang berpengaruh dalam meningkatkan minatnya pada bidang akademik. “Cerita sebelum tidur saya adalah cerita tentang gerakan kemerdekaan, dan tentang reformis sosial seperti Raja Ram Mohan dan Ishwar Chandra Vidyasagar. Sejak awal hidup saya, saya haus akan pengetahuan, yang merupakan sesuatu yang membantu saya menyelesaikan UPSC tanpa pelatihan apa pun. ”

“Saya tidak belajar 24 × 7,” kata Surya.

Menurutnya, mempersiapkan poin-poin penting dan fokus pada masalah terkini adalah kunci untuk mencetak nilai tinggi. Misalnya semalam sebelum wawancara pegawai negeri di Delhi, ia bersama saudaranya duduk santai sambil membahas metode konservasi udara, dan kebetulan keesokan harinya, ia ditanyai tentang pendapatnya terkait masalah tersebut selama wawancara.

Ia mengatakan tidak pernah membuat tabel waktu. Ia hanya akan membaca ketika ia menginginkannya. Ia juga memberi saran untuk berhati-hati saat menuliskan formulir karena penguji akan menanyai Anda terkait yang Anda tuliskan.

Sebagai petugas Indian Railway Accounts Service (IRAS), ia memperkenalkan beberapa inisiatif dan telah banyak hilang selama bertahun-tahun. Bahkan di daerah yang menuntutnya untuk berada di lapangan, ia tidak pernah menghindar dari tugasnya. Ia mengakui bahwa beberapa kali mengalami pasang surut, terutama kemunduran karena kondisinya. Namun ia juga telah menetapkan fokus yang kuat pada tujuannya. Atas bantuan dan dukungan dari anggota timnya, ia dapat memasukkan digitalisasi di berbagai arena. “Bahkan selama lockdown, tim saya dan saya bekerja sepanjang waktu untuk memenuhi target. Antusiasme mereka membuat saya terus maju,” katanya.

Seorang stenografernya, Ananta Lakshmi mengatakan, “Di bawah kepemimpinannya, saya belajar banyak tentang profesi saya. Ia adalah guru luar biasa yang membimbing saya ke setiap jalan yang saya ambil. Ia mendorong saya untuk berbuat lebih baik, dan membantu saya dalam segala hal, termasuk meningkatkan bahasa Inggris saya.”

Dr. Surya bersyukur kini para penyandang disabilitas memiliki undang-undang yang lebih konkret yang berpihak pada mereka. Meskipun sudah sejak dulu pemerintah memiliki skema dan beasiswa untuk penyandang disabilitas, namun tidak bisa dimanfaatkan karena kurangnya kesadaran.

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.