Sukses

Ibu Ini Gelar Khitanan Massal untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Memiliki dua anak berkebutuhan khusus (ABK) membuat Yenni Darmawanti kesulitan mencari fasilitas khitan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya.

Liputan6.com, Jakarta Memiliki dua anak berkebutuhan khusus (ABK) membuat Yenni Darmawanti kesulitan mencari fasilitas khitan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya.

Ia mengaku sempat cemas karena banyaknya prosedur yang harus dilewati. Ditambah, khitan bagi anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan dan dokter yang khusus pula.

“Untuk ABK, banyak sekali prosedur yang harus dilewati, mulai dari skrining tesnya harus benar-benar sehat, tidak boleh ada batuk, harus dibius total, sementara saat ini harga sangat mahal kalau harus bius total,” ujar Yenni kepada Liputan6.com, Kamis (19/11/2020).

Dari masalah tersebut, Yenni yang juga sebagai Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) berinisiatif untuk menggelar acara khitan massal bagi ABK di Sidoarjo.

Pembuatan acara tersebut tidak mudah, banyak kendala yang harus dilalui. Mulai dari sulitnya mencari dokter khusus hingga pembiayaan.

Banyak pihak yang meragukan pelaksanaan acara tersebut, bahkan Yenni sendiri panik dan ragu apakah acara akan terlaksana atau tidak. Pasalnya, permintaan kerjasama dengan dokter dari Jakarta tidak ada kepastian hingga H-3.

Namun, dengan kegigihan dan bantuan tim acara tersebut pun berhasil digelar.

“Alhamdulillah Allah benar-benar tuntun kita semua ketemu dengan dokter yang bersedia membantu dengan diskon yang lumayan.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjuangan Saat Acara

Acara pertama digelar pada 29 Desember 2019 dengan jumlah peserta khitan 30 anak. Acara pertama ini cukup spesial bagi Yenni karena anaknya turut menjadi peserta khitan.

Ia menambahkan, pembiayaannya sendiri berasal dari dana patungan.

Saat acara, panitia dan relawan bekerja ekstra dalam mengamankan anak-anak yang tidak kooperatif. Para relawan bertugas memegangi tangan dan kaki anak karena khawatir menendang dokter dan proses khitan pun tidak terlaksana dengan baik.

“Sebetulnya mereka (ABK) itu tidak ada masalah, dalam arti mereka itu digandeng ke ruangan eksekusi sambil dikasih ponsel itu masih anteng.”

“Cuma mereka tidak paham akan diapakan tahu-tahu para relawan memegangi tangan dan kaki mereka nah di situ mulai terjadi pemberontakannya.”

ABK yang dikhitan pun memiliki usia yang beragam. Bahkan ada yang usianya sudah mencapai 23 tahun. ABK tersebut memiliki badan besar dan setidaknya membutuhkan 8 relawan untuk menjamin keamanannya.

Acara khitan massal selanjutnya akan digelar pada 13 Desember 2020 mendatang. Kali ini, acara khitan terbuka untuk 30 pendaftar. Yenni berharap dengan acara ini para ABK dapat terbantu dalam mendapat akses khitan dengan penanganan khusus supaya berhasil dikhitan dan menjadi lebih sehat.

3 dari 3 halaman

Infografis Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.