Sukses

Investor Kripto Indonesia Terbesar Ketujuh di Dunia

Jumlah investor aset kripto di Indonesia mencapai 19,75 juta investor per Maret 2024. Jumlah ini meningkat 570.000 investor jika dibandingkan data pada Februari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah investor aset kripto di Indonesia terus bertambah setiap bulan. Bahkan saat ini jumlah investor kripto Indonesia menduduki peringkat terbesar ketujuh di dunia. Capaian ini berdasarkan data yang terkumpul hingga Maret 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi mengatakan, jumlah investor aset kripto di Indonesia mencapai 19,75 juta investor per Maret 2024. Jumlah ini meningkat 570.000 investor jika dibandingkan data pada Februari 2024.

"Indonesia berada di peringkat ketujuh sebagai negara dengan jumlah investor aset kripto terbesar di dunia," kata Hasan saat Rapat Dewan Komisioner (RDK) di Jakarta, Senin (13/5).

Adapun, nilai transaksi aset kripto pada periode Maret 2024 tercatat sebesar Rp103,58 triliun. Nilai transaksi ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp33,69 triliun.

 

"Jumlah investor dan transaksi aset kripto domestik dalam tren meningkat," ujarnya.

 

Dengan demikian, total akumulasi nilai transaksi aset kripto senilai Rp158,84 triliun sampai dengan Maret 2024.

Literasi dan Inklusi

Ke depan, OJK terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan digital, termasuk aset kripto. Ini sejalan dengan Peraturan OJK Nomor 3 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK).

Peraturan OJK Nomor 3 Tahun 2024 ini merupakan penyempurnaan terhadap mekanisme Regulatory Sandbox, yang merupakan fasilitas OJK untuk menguji dan mengembangkan teknologi keuangan yang inovatif.

Peraturan ini menjadi langkah penting dalam memberikan kepastian hukum bagi pengaturan dan pengawasan terhadap inovasi teknologi di sektor keuangan.

"OJK terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan digital, penguatan ekosistem keuangan digital yang berkelanjutan, serta praktik

bisnis yang etis dan bertanggung jawab, khususnya terkait dengan penerapan Artificial Intelligence di sektor ITSK," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menakar Peluang Investor Kripto di Tengah Prediksi Harga Bitcoin Pasca Halving

Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan sudah halving pada 20 April 2024 lalu. Sementara itu, biaya untuk menambang Bitcoin justru mengalami kenaikan signifikan.

Data macromicro.me mencatat biaya rata-rata untuk menambang satu Bitcoin dalam beberapa hari pasca halving 20 April berada di kisaran angka USD 90 ribu atau sekitar Rp 1,5 miliar. Selanjutnya melansir data Asic Miner Value menunjukkan tren yang sama meskipun dengan tingkat biaya operasional yang lebih rendah.

“Biaya menambang yang lebih tinggi dari harga pasar Bitcoin tersebut menunjukkan tingginya optimisme para miner yang terus menambang Bitcoin terlepas dari berkurangnya reward pasca halving," ujar Crypto Researcher Reku, Fahmi Almuttaqin, dalam keterangannya, Minggu (12/5/2024).

Sementara itu, data Asic Miner Value menunjukkan bahwa alat hardware untuk menambang Bitcoin keluaran terbaru, dengan biaya listrik USD 0,12/KWh- kompak menunjukkan profitabilitas yang negatif. Fahmi menilai, masih relatif terjaganya hash rate atau kekuatan komputer yang menambang Bitcoin di situasi yang seperti ini turut menggambarkan resiliensi para miner. Ini disebut dapat berimbas pada optimisme pasar terhadap kekuatan keamanan blockchain Bitcoin.

“Dengan harga Bitcoin yang secara historis selalu mengikuti pola pergerakan average mining cost dalam jangka waktu yang sedikit lebih lama, maka data-data ini tentu dapat memberikan optimisme terhadap arah harga Bitcoin ke depan," tuturnya.

Dia mengatakan, apabila tren yang ada berlanjut dan average mining cost akan bertahan di level USDZ 100 ribu pada hari-hari setelah ini, artinya terbuka kemungkinan harga pasar Bitcoin untuk melampaui angka tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

Situasi tersebut tentu menjadi sebuah momentum menarik khususnya bagi investor pemula yang baru ingin mulai mengeksplorasi aset kripto.

“Tren positif yang ditunjukkan oleh Bitcoin dalam jangka menengah ke panjang dengan optimisme para miner tersebut dapat turut mendukung rally pasar kripto secara umum, mengingat saat ini Bitcoin adalah aset kripto terbesar yang pergerakan harganya seringkali dijadikan acuan para investor untuk menilai aset kripto lain,” ujarnya.

3 dari 3 halaman

Momentum Bitcoin

Fahmi melanjutkan, investor dapat memanfaatkan momentum Bitcoin yang ada saat ini di mana optimisme para penambang terhadap nilai Bitcoin ke depan relatif cukup tinggi.

“Investor dapat memahami perkembangan dan nature dari data tersebut untuk memetakan momentum, bukan hanya dari narasi atau review positif. Misalnya seperti situasi saat ini dengan mining cost yang lebih tinggi dari harga Bitcoin di pasar, mengindikasikan tren bullish.

Meskipun harga Bitcoin baru akan berpotensi terapresiasi signifikan dalam 6 bulan ke depan, setidaknya mempersiapkan investasi di periode tersebut akan jauh lebih mudah dibandingkan ketika periode pasar bearish,” ujar Fahmi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.