Liputan6.com, Jakarta Arus masuk ke 10 ETF Bitcoin Spot turun ke level terendah dalam dua minggu pada Rabu, 21 Februari 2024 dengan grup tersebut hanya menarik sekitar 500 bitcoin bersih, sekitar USD 25,5 juta atau setara Rp 397,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.584 per dolar AS), berdasarkan data yang dikumpulkan dari situs web penerbit.
Dilansir dari CoinDesk, Jumat (23/2/2024), jumlah tersebut merupakan yang terendah sejak 6 Februari, ketika dana tersebut mengalami arus keluar sebesar USD 100 juta, dan penurunan tajam dari arus masuk pada saat itu.Â
Baca Juga
Dalam lima hari yang berakhir pada 16 Februari, arus masuk bersih rata-rata sekitar 7.000 bitcoin per hari, senilai sekitar USD 350 juta atau setara Rp 5,4 triliun.
Advertisement
Volume transaksi pada Rabu didominasi oleh aliran besar keluar dari Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), yang telah menghapus sekitar 2.652 bitcoin dari dananya.Â
Sementara itu, iShares Bitcoin Fund (IBIT) milik BlackRock dan Fidelity's Wise Origin (FBTC), yang terus menjadi penerbit dominan, menambahkan hanya sedikit dari gabungan 3.000 bitcoin.
Lima dana, termasuk Bitcoin ETF (BITB) Bitwise dan Bitcoin Trust (HODL) VanEck, tidak mengalami pergerakan bersih. Arus masuk naik turun dalam beberapa minggu terakhir, mulai dari arus keluar sebanyak 6.900 bitcoin pada 24 Januari hingga 13 Februari, ketika arus masuk mencapai 12.400 bitcoin.
Â
Diklaim Lebih Baik dari Emas, Bos MicroStrategy Pede Simpan 190 Ribu Bitcoin
Ketua eksekutif MicroStrategy, Michael Saylor mengungkapkan ia tidak berencana untuk menjual Bitcoin, bahkan ketika kepemilikan perusahaannya, MicroStrategy membengkak hingga mencapai keuntungan yang belum direalisasi sebesar USD 4 miliar.
"Saya akan membeli yang teratas selamanya. Bitcoin adalah strateginya," kata Saylor ketika ditanya apakah perusahaannya akan menjual 190.000 bitcoinnya, dikutip dari News.Bitcoin, Jumat (23/2/2024).
Saat menanggapi nilai bitcoin yang turun ke USD 51,500, Saylor menyebut mata uang kripto itu secara teknis lebih unggul dibandingkan emas, S&P 500, dan real estat, meskipun setiap kelas aset memiliki kapitalisasi pasar yang jauh lebih besar daripada Bitcoin yang bernilai USD 1 triliun.
"Kami yakin modal akan terus mengalir dari kelas aset tersebut ke Bitcoin," katanya.
"Bitcoin secara teknis lebih unggul dari kelas aset tersebut. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menjual perusahaan yang menang untuk membeli yang kalah," ujar dia.
Dijelaskannya, bahwa permintaan Bitcoin yang dihasilkan oleh meningkatnya minat terhadap produk bursa bitcoin ETF, jauh melebihi pasokan dari para penambang, terkadang hingga 10 kali lipat.
Dia pun menepis kekhawatiran bahwa ETF akan mempersulit MicroStrategy untuk membeli bitcoin, mengatakan bahwa mereka menggunakan strategi operasi leverage untuk investasi dalam aset digital.
"ETF spot telah membuka pintu gerbang bagi modal institusional untuk mengalir ke ekosistem Bitcoin," jelad Saylor.
Â
Advertisement
Raup Bitcoin
"Mereka memfasilitasi transformasi modal digital, dan setiap hari, modal ratusan juta dolar mengalir dari ekosistem analog tradisional ke ekonomi digital," bebernya.
Sebagai informasi, MicroStrategy menjadi perusahaan publik pertama yang mulai meraup Bitcoin pada tahun 2020.
190,000 BTC yang dimilikinya pada kuartal keempat tahun 2023 rata-rata senilai USD 31,224 per unit, menjadikan total biaya investasi MicroStrategy menjadi USD 5,93 miliar.
Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot yang berbasis di Amerika Serikat, tidak termasuk Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), memiliki sekitar 270,000 BTC pada hari Jumat, 16 Februari, menurut data HODL15Capital.
Â
Disclaimer:Â Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.