Sukses

Jadi Trending di Twitter, Ketahui Apa Itu Arti FOMO Lengkap dengan Tips Menghindarinya

Baru-baru ini istilah FOMO menjadi perbincangan khalayak ramai khususnya di media sosial. Istilah FOMO bahkan menjadi trending topic usai digelarnya konser Blackpink. Tak sedikit penonton konser tersebut yang dianggap hanya FOMO semata dan bukanlah penggemar Blackpink sungguhan. Lantas apa sebenarnya arti FOMO?

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini istilah FOMO menjadi perbincangan khalayak ramai, khususnya di media sosial. Istilah FOMO bahkan menjadi trending topic usai digelarnya konser Blackpink di Stadion Gelora Utama Bung Karno (SUGBK), Jakarta, pada Sabtu dan Minggu (11-12/3/2023).

Tak sedikit penonton konser tersebut yang dianggap hanya FOMO semata dan bukanlah penggemar Blackpink sungguhan atau yang disebut Blink. Lantas apa sebenarnya arti FOMO?

Dilansir dari Techtarget, Selasa (14/3/2023), FOMO sendiri berarti fear of missing out atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah rasa takut ketinggalan. FOMO adalah respons emosional terhadap keyakinan bahwa orang lain hidup lebih baik, kehidupan yang lebih memuaskan atau bahwa peluang penting terlewatkan. FOMO sering menyebabkan perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan, depresi dan stres. 

Maraknya media sosial telah meningkatkan prevalensi FOMO selama beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan itu paling tersebar luas di seluruh komunitas milenial.

Media sosial dan Penyebab FOMO Lainnya

FOMO disebabkan oleh perasaan cemas seputar gagasan bahwa pengalaman menarik atau peluang penting akan terlewatkan atau diambil oleh orang lain. 

Perasaan tersebut rupanya diambil oleh bagian otak yang mendeteksi apakah sesuatu merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup atau tidak. Bagian otak ini merasakan kesan ditinggalkan sebagai ancaman, menciptakan stres dan kecemasan. 

Seseorang akan lebih mungkin mengalami FOMO jika sudah sangat sensitif terhadap ancaman lingkungan. Ini termasuk orang-orang yang bergumul dengan kecemasan sosial, perilaku obsesif atau kompulsif termasuk gangguan obsesif-kompulsif yang didiagnosis atau memiliki bentuk trauma emosional di masa lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Media Sosial Meningkatkan Terjadinya Fenomena FOMO

Smartphone dan media sosial telah meningkatkan terjadinya FOMO dengan menciptakan situasi di mana pengguna terus-menerus membandingkan kehidupan mereka dengan pengalaman ideal yang mereka lihat diunggah secara online.

Aplikasi dan situs web seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan Snapchat memudahkan untuk melihat apa yang dilakukan orang lain.

Kehidupan mereka yang glamor disiarkan di fitur-fitur seperti Instagram Stories atau unggahan Facebook sehingga mengubah perasaan orang tentang apa yang normal dan membuat mereka berpikir bahwa mereka melakukan lebih buruk daripada rekan-rekan mereka. 

Hal ini membuat banyak orang melihat pengalaman orang lain daripada ke dalam pada hal-hal besar dalam hidup mereka. Namun, kecemasan dan ketidakpuasan yang diciptakan oleh fenomena FOMO juga dapat membuat orang menginginkan koneksi dan interaksi atau meningkatkan upaya mereka untuk tidak ketinggalan dengan lebih sering memeriksa situs jejaring sosial yang berbeda. Oleh karena itu, media sosial merupakan sebab dan akibat dari FOMO.

3 dari 4 halaman

Efek FOMO dalam Kehidupan Seseorang

Beberapa efek FOMO yang terlihat termasuk takut ketinggalan acara-acara besar, menyiarkan semua yang dilakukan ke media sosial, dan panik membayangkan jika tak bisa turut serta dalam hal yang sedang ramai dibicarakan. 

Semua efek yang terlihat ini mencerminkan dampak FOMO terhadap kesehatan mental. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perasaan depresi, takut, cemas, dan stres dapat muncul sebagai respons terhadap FOMO serta ketidakpuasan terhadap kehidupan. 

Seseorang yang mengalami FOMO mungkin juga mendapati diri mereka terus-menerus menderita atas apa yang dilakukan orang lain, menyebabkan mereka kehilangan nyawanya sendiri. Namun, FOMO bukanlah kondisi kesehatan mental, melainkan emosi yang digerakkan oleh pikiran. Pikiran menciptakan ketakutan yang dapat mengarah pada diagnosis. Oleh karena itu, FOMO bisa menjadi gejala dari masalah yang lebih besar.

4 dari 4 halaman

Tips Menghindari FOMO

Langkah pertama untuk mengalahkan FOMO dan meningkatkan kepuasan hidup adalah memahami apa itu dan dari mana asalnya. Setelah FOMO dikenali, tindakan dapat diambil untuk menghapusnya dari kehidupan seseorang. 

Sebagian besar saran untuk orang yang ingin mengatasi FOMO termasuk istirahat dari media sosial dan lebih memperhatikan momen dan orang serta lingkungan sekitar. Menjadi lebih pada saat ini menghilangkan ancaman yang dirasakan oleh pikiran dan mengurangi stres dan ketakutan.

Tindakan lain yang dapat membantu meringankan FOMO meliputi:

Mengubah fokus pada apa yang ada dalam hidup, bukan pada apa yang kurang. Ini bisa termasuk memodifikasi situs media sosial sehingga lebih banyak orang positif muncul di umpan daripada negatif atau hanya lebih banyak unggahan yang menghasilkan kebahagiaan.

Menyimpan jurnal kenangan dan pengalaman menyenangkan alih-alih mengunggah semuanya di media sosial. Jurnal mengalihkan fokus dari validasi publik ke kekaguman pribadi tentang apa yang membuat hidup hebat.

Membuat jurnal rasa syukur juga dapat membantu mengalihkan fokus ke hal-hal baik dalam hidup. Ini juga akan mempersulit perasaan tidak puas dan tidak mampu karena memaksa kesadaran bahwa hidup sudah penuh dengan hal-hal hebat.

Mencari hubungan nyata dengan orang-orang secara langsung atau tatap muka. Membuat rencana bersama teman dan keluar rumah dapat menanamkan rasa memiliki dan mengurangi rasa kehilangan.

Mengirim pesan langsung ke teman alih-alih kiriman publik juga dapat menciptakan interaksi yang positif dan intim yang akan meningkatkan perasaan terhubung dan mengurangi FOMO.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.