Sukses

Pekan Komsos Nasional, Gereja Katolik Menolak Hoaks

Selama sepekan Konferensi Walligereja Indonesia mengadakan kegiatan Pekan Komunikasi Sosial Nasional di Palangka Raya

 

Liputan6.com, Jakarta Untuk kelima kalinya sejak diselenggarakan pada 2014, Konferensi Waligereja Indonesia melalui Komisi Komsos (komunikasi sosial) menyelenggarakan kembali hajatan besar yang berlangsung sepekan, dikenal dengan Pekan Komunikasi Sosial Nasional Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI). Kali ini Keuskupan Palangka Raya (Regio Kalimantan) menjadi tuan rumah kegiatan yang bakal berlangsung dari 7 hingga 13 Mei 2018.

"Terpilihnya Keuskupan Palangka Raya lahir dari diskusi bersama Ketua Komisi Komsos Rm. Gatot saat Komisi Komsos KWI mengadakan Workshop Public Speaking di Palangka Raya 25-26 Agustus 2017. Diskusi terbatas ini membahas lebih mendalam tentang gambaran umum PKSN–KWI di hadapan bapa uskup, para imam, biarawan-biarawati dan tokoh awam dalam Rapat Kerja Keuskupan Palangka Raya 19 Oktober 2017. Dalam kesempatan itu Yang Mulia Bapa Uskup Palangka Raya Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF bersedia menerima tawaran Komisi Komsos KWI menjadi tuan rumah PKSN KWI 2018,"ujar Sekretaris Eksekutif Komsisi Komsos KWI RD Kamilus Pantus, di Jakarta.

Tema yang bakal diusung kali ini seperti biasa diambil dari pesan Sri Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sedunia ke-52. "Kebenaran akan Memerdekakanmu : Jurnalisme Perdamaian" merupakan pesan pokok yang ingin digaungkan dalam PKSN-KWI ini. Lewat tema ini, Sri Paus mengajak kita menangkal berita palsu (fake news), bohong (hoaks) dan ujaran kebencian (hate speech) dengan komitmen yang total pada kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan Paus adalah kebenaran alkitabiah. Tempat manusia merasa aman, bisa bersandar agar tidak jatuh dalam godaan.

"Dia yang bisa diandalkan, tempat manusia bersandar adalah Tuhan sendiri. “Akulah Kebenaran” (Yoh 14:6). Di dalam Tuhan kita menemukan kebebasan sebagai anak Allah dalam menyikapi godaan apa pun dalam hidup kita termasuk dari media sosial sekalipun. Inilah satu-satunya yang dapat membebaskan kita. Kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32),"ujar Paus dalam pesannya.

Konteks pesan Paus ini terkait dengan media sosial yang digunakan lebih dari 1,76 miliar manusia di seluruh dunia. Namun sayang, penggunaan media sosial menyimpang dari tujuan yang seharusnya menaikkan martabat manusia. Akibatnya, muncullah penyesatan, kepanikan, hingga perpecahan antarindividu maupun kelompok masyarakat.

"Penangkal terbaik melawan kebohongan bukanlah strategi, melainkan masyarakat. Masyarakat yang tidak serakah tetapi bersedia mendengarkan, berikhtiar melakukan dialog tulus agar kebenaran dapat tersingkap. Masyarakat yang tertarik oleh kebaikan dan bertanggung jawab dalam berkomunikasi. Jika tanggung jawab adalah jawaban terhadap penyebaran berita bohong, maka tanggung jawab berat itu berada di pundak orang-orang yang tugasnya memberikan informasi, yaitu para wartawan, pengawal berita,"ujar Kamilus mengutip pesan Paus Fransiskus.

Maka, Paus ingin mengajak semua orang untuk memajukan  jurnalisme perdamaian. Jurnalisme perdamaian tidak dimaksudkan sebagai jurnalisme “pemanis rasa” yang menolak mengakui masalah-masalah serius atau jurnalisme yang bernada sentimentalisme.

Sebaliknya, jurnalisme perdamaian (damai) adalah jurnalisme yang jujur ​​dan menentang kepalsuan, slogan-slogan retoris, dan pokok berita yang sensasional. Sebuah jurnalisme yang diciptakan oleh masyarakat untuk masyarakat, yang melayani semua orang, terutama mereka yang tidak bersuara.

Sebuah jurnalisme yang tidak terpusat pada breaking news (berita sela) tetapi menelisik sebab-sebab yang mendasari konflik, guna memajukan pemahaman yang lebih mendalam dan memberi sumbangan bagi jalan keluar dengan memulai suatu proses yang baik. “Sebuah jurnalisme yang berkomitmen untuk menunjukkan beragam alternatif terhadap meningkatnya keributan dan kekerasan verbal,”kata Paus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tiga Bagian Inti

Karena itu PKSN-KWI yang memiliki tiga bagian inti, rohani, ilmiah dan budaya merupakan kesempatan untuk berefleksi, mempelajari, memperkaya, membagikan banyak hal baik berkaitan dengan komunikasi sosial.

Selama sepekan, bakal ada aneka kegiatan yang dilaksanakan seperti pelatihan audio vidual, pelatihan menulis kreatif, literasi media, debat, lomba menggambar dan mewarna, rekoleksi dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi pada Minggu, 13 Mei.

Seluruh rangkaian acara ini memuncak pada Seminar Nasional bertajuk “Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian : Kebenaran itu akan Memerdekakan Kamu” yang menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono, Guru Besar Sejarah Gereja Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Prof. Eddy Kristiyanto OFM dan Pakar Teknologi Informasi Prof. Ricahrdus Eko Indrajit.

Rangkain acara ini disusun bersama Komisi Komsos KWI dengan panitia (local) keuskupan yang bersedia menjadi tuan rumah.

"Kegiatannya hampir sama dari tahun ke tahun. Yang paling nampak berbeda adalah orang yang terlibat dan tema utama yang menginspirasi kegiatan selama sepekan tersebut,"ujar Kamilus.

Sebelumnya, saat Paus mengumumkan tema perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia setiap 29 September (tepat saat Gereja Katolik merayakan Pesta Malaikat Agung Mikhael, Rafael, dan Gabriel) atau sembilan bulan sebelum PKSN-KWI diselenggarakan, Komisi Komsos KWI mempelajari inti pesan Paus.

Bersama tim SAV (Studia Audio Visual) Puskat, Yogyakarta lalu diadakan diskusi terbatas membahas rencana produksi film pendek. Hasil diskusi ini dituangkan dalam draf pertama naskah film. Draf ini didalami bersama pengurus Komisi Komsos KWI dalam rapat perdana Januari 2018. Hasil masukan dari mereka menjadi acuan penyusunan naskah final film pendek.

Film dengan judul "Kebenaran Akan Memerdekakan Kamu" akhirnya jadi dan sudah dibagikan ke semua Keuskupan. Film juga sudah diunggah ke Youtube Komisi Komsos KWI 18 Maret. Hingga 18 April (jam 09.08 WIB) sudah mencapai 10,147 views.

"Selain film pendek, Komisi Komsos KWI juga mencetak 6.000 buku Panduan Perayaan Hari Komunikasi 2018, poster 3.000 eksemplar. Semua bahan ini sudah dikirim ke semua Keuskupan 19 Maret 2018 untuk diteruskan ke paroki, lembaga agama yang ada di wilayah masing-masing,"ujar Kamilus.

Demi mendukung minat para penulis dan produser film, Komisi Komsos KWI juga mengadakan Festival Film Pendek dan Lomba Penulisan Esai. Saat ini sedang dalam proses penilaian Dewan Juri.

 

3 dari 3 halaman

Pesta Rakyat

Selama 5 tahun ini, Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia melaksanakan PKSN-KWI dari regio ke regio. Dimulai dengan Regio Nusra di Keuskupan Weetebula (Sumba) 2014. Tahun berikutnya (2015) di Keuskupan Manokwari Sorong di wilayah Regio Papua. Selanjutnya, Regio Sumatra di Keuskupan Sibolga (2016), Regio Jawa di Keuskupan Purwokerto (2017) dan tahun 2018 di Keuskupan Palangka Raya Regio Kalimantan.

Setiap perayaan, selalu melibatkan bukan hanya kelompok tertentu tetapi seluruh umat, juga masyarakat pemeluk agama lain. "Kami juga mengundang perwakilan dari pemerintah pusat, media nasional sebagai narasumber. Selain itu, melibatkan pengurus Komisi Komsos Keuskupan yang ada di seluruh Indonesia. Semua demi mengartikan pesan-pesan yang bagus dan kontekstual dari Bapa Paus pada saat umat katolik merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia,"papar Kamilus.

Diharapkan, kegiatan seperti ini tidak berhenti di tingkat nasional tetapi dirayakan juga oleh semua Keuskupan di Indonesia. "Perlu ada gerak bersama memperkenalkan dan meningkatkan pastoral Komunikasi Sosial di Keuskupan dan Paroki. Dan saya bersyukur, sudah ada keuskupan yang mulai melaksanakan Pekan Komunikasi Sosial Keuskupan,"tegas Kamilus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.