Sukses

Media Sosial Darurat Hoaks, Terapkan 3 Cara Ini Agar Tidak Terpapar

Pegiat Literasi Digital Klinik, Devie Rahmawati menyebut platform digital seperti media sosial menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat masih rentan termakan isu hoaks. Maka, perlu diciptakan ruang digital yang positif melalui rumus 3J.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial menjadi salah satu pemicu maraknya hoaks yang beredar di masyarakat. Itu sebabnya beragam antisipasi dilakukan salah satunya dengan menerapkan cara 3 J.

Masifnya penyebaran disinformasi dan misinformasi masih menjadi PR bagi pemerintah di berbagai belahan dunia. Usaha yang dilakukan platform media sosial dan aplikasi percakapan juga belum cukup untuk menciptakan ruang digital positif bagi masyarakat.

Terlebih data menunjukkan bahwa saat ini jumlah alat digital saat ini lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk. Sehingga informasi yang beredar tidak bisa dibendung dan harus disaring sendiri agar tidak terjebak hoaks.

"Penelitian-penelitian menunjukkan, dalam satu menit saja kita ini diserbu dengan berbagai informasi. Dalam satu menit ada 1,4 juta scrolling yang dilakukan di Facebook, ada 21,1 juta pesan yang terkirim di aplikasi percakapan," ujar Pegiat Literasi Digital Klinik, Devie Rahmawati dalam acara Virtual Class Liputan6.com, Rabu (28/2/2024).

"Kecepatan informasi yang mengungguli ketepatan informasi menjadi pemicu maraknya hoaks di ruang digital. Apalagi jika isu hoaks itu berperan memainkan perasaan dan emosi masyarakat," katanya menambahkan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Disiplinkan 3J: Jumlah, Jam, dan Jarak

Sebagai bentuk upaya meminimalisir penyebaran konten hoaks di media sosial, Devie mendorong untuk menciptakan ruang digital yang positif melalui rumus 3 J, yakni jumlah tayang, jam tayang, dan jarak tayang saat beraktivitas di media sosial.

"Jumlah konten yang bermanfaat harus lebih banyak dibandingkan dengan konten yang nggak bermanfaat. ‘Tetep dong butuh info-info gosip’, ya oke, tapi jumlahnya maksimal 10 persen aja dari keseluruhan gizi mental yang mau kita makan, untuk mental kita, untuk jiwa kita," ujar Devie.

Sedangkan yang kedua adalah jumlah waktu yang dihabiskan dalam bermedia sosial juga perlu diperhatikan. Menurut Devie, meskipun jumlah konten atau informasi negatif hanya sedikit, jangan sampai jam tayangnya malah menghabiskan waktu produktif.

Terakhir adalah jarak antara aktivitas positif dan negatif yang harus dibuat ideal. Jika konten dan aktivitas negatif dilakukan atau diakses dalam rentang waktu berdekatan, maka ruang digital yang positif akan sulit diciptakan.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.