Sukses

Kominfo Terapkan Inklusivitas di Program Literasi Digital

Pada pewujudan ruang digital yang inklusif, Indonesia telah menyediakan program literasi digital dan pengembangan keterampilan digital.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam upaya mengurangi kesenjangan digital, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, Johnny G. Plate, berupaya melibatkan semua golongan masyarakat dalam pengembangan talenta digital melalui program-program lierasi digital.

Di era disrupsi digital ini, pemerintah melalui Kominfo memastikan tidak ada kesenjangan digital dan berupaya membangun ruang digital yang inklusif, terutama bagi kelompok rentan. Ruang digital yang inklusif ini menjadi perhatian pemerintah berbagai negara.

Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk senantiasa mengoptimalkan teknologi digital dan ekonomi digital, serta membuka peluang bagi kelompok rentan. Hal ni sesuai dengan agenda yang diusulkan dalam Deklarasi Menteri Digital dalam Presidensi G20 Italia pada 2021 lalu.

"Termasuk menyediakan ruang digital yang aman bagi kelompok rentan," jelas Menkominfo dalam Asia Tech x Summit Singapore 2022: Technology, Society and The Role of Policy yang berlangsung di Singapura, Selasa (31/05/2022).

Pada pewujudan ruang digital yang inklusif, Indonesia telah menyediakan program literasi digital dan pengembangan keterampilan digital. Pelaksanaan program ini akan melibatkan partisipasi dari kelompok minoritas dan rentan di seluruh Indonesia.

"Dengan menggunakan pembangunan infrastruktur digital besar-besaran di seluruh Indonesia, kami melakukan upaya terbaik kami untuk menghadirkan akses teknologi digital kepada setiap komunitas dan individu, termasuk yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) untuk memastikan mereka tidak tertinggal dalam agenda literasi digital dan keterampilan digital," tegas Menteri Johnny.

Berkaitan dengan pengembangan talenta digital, pemerintah telah berupaya inklusif dalam penyesuaian program talenta digital. Salah satunya adalah dengan mengakomodasi pembelajaran yang ramah kelompok disabilitas.

"Melalui program literasi digital kami seperti Digital Talent Scholarship (DTS), kami merancang kurikulum dan metode pembelajaran untuk mengakomodasi penyandang disabilitas dan memastikan pengalaman belajar akan efektif dan efisien untuk semua," tegasnya.

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Program DEA

Selain pembelajaran yang ramah kelompok disabilitas, Kominfo juga pertimbangkan campuran proporsional gender pada program literasi digitalnya. Misalnya, melalui program kewirausahaan digital nasional, Digital Entrepreneur Academy (DEA).

Pada program DEA, proporsi peserta perempuan pemilik bisnis menunjukkan persentase yang signifikan.

"Bukti menunjukkan bahwa sebanyak 63% dari peserta DEA kami tahun ini adalah wanita bisnis," ungkap Menteri Johnny.

Tidak lupa, Kominfo melihat adanya inisiatif yang melibatkan kelompok lansia untuk mengatasi adanya kesenjangan digital antar masyarakat dari kelompok tersebut. Mengingat, kelompok lansia juga mulai memasuki era digital.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa regulator di seluruh dunia sedang gencar mengembangkan tata kelola dan kolaborasi dalam rangka mewujudkan ruang digital yang inklusif dan aman bagi kelompok rentan.

"Kami terus menegaskan komitmen kami dalam menjembatani digital divide di seluruh Indonesia dan dunia. Indonesia meyakini sinergi dalam dan antarnegara sebagai aspek kunci dalam mengatasi isu inklusivitas dalam agenda transformasi digital serta mendorong upaya kolaborasi di masa depan," tegas Menteri Johnny.

Penulis: Viona Pricilla/Universitass Multimedia Nusantara

Sumber: https://www.kominfo.go.id/content/detail/42246/siaran-pers-no-226hmkominfo052022-tentang-kikis-kesenjangan-digital-menteri-johnny-indonesia-terapkan-digitalisasi-inkusif/0/siaran_pers

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.