Sukses

Asah Kemampuan Literasi Digital Lewat News Game Nitijana 

Salah satu cara meningkatkan kewaspadaan terhadap disinformasi adalah dengan mengasah kemampuan literasi digital kita

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian Digital 2021: Latest Insights Into The State of Digital 2021 mengungkap rata-rata masyarakat Indonesia dapat menghabiskan waktu selama 8 jam 52 menit untuk mengakses informasi yang berasal dari internet. Informasi yang diterima melalui internet pun beragam.

Salah satu jenis informasi yang membahayakan dan kini menjadi masalah global adalah informasi palsu dan disinformasi. Tersebarnya informasi palsu juga dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat.  

Melalui tingginya intensitas menggunakan media sosial kita juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan memberikan pemahaman bagi orang terdekat kita agar tidak terlena hoaks yang tersebar luas. Serta mengedukasi mereka untuk berhenti menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya.

Salah satu cara meningkatkan kewaspadaan tersebut dengan mengasah kemampuan literasi digital kita. Adi Syafitrah, salah satu Fact Checker MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) menjelaskan “tingkat literasi digital kita itu sangat rendah, bahkan ada penelitian yang membandingkan dengan negara lain. Indonesia itu ada di peringkat yang sangat rendah,” saat diwawancara secara daring, pada Senin (27/09/2021).

Menurut Adi, bukan hanya membaca, tetapi juga tentang bagaimana ketika masyarakat itu menerima informasi. Kemudian bagaimana sikapnya, kemudian apa yang Ia lakukan saat menerima informasi itu. "Itu juga menjadi faktor yang sangat menentukan bagaimana akhirnya penyebaran hoaks ini sangat tinggi di Indonesia sampai saat ini,” dia menambahkan.

Sebaran Hoaks Selama Pandemi

KBBI mengartikan hoaks sebagai berita bohong atau informasi palsu yang tidak bersumber. Maksudnya, informasi ini dibuat seolah-olah menyerupai informasi yang valid. MAFINDO Mapping Hoaks Covid 2020-2021 menjelaskan bahwa hoaks paling banyak disebarkan melalui media sosial Facebook.

Melansir MAFINDO, awal mula terbentuknya hoaks berasal dari kata “Hocus Pocus” yang kemudian disingkat menjadi hocus yang memiliki arti mengelabui, terakhir berubah menjadi hoax. Akibat kehadiran pandemi Covid-19 menjadikan hoaks dengan tema Covid-19 dan vaksin banyak diedarkan di media sosial. 

Kira-kira sejauh mana tingkatan hoaks seputar Covid-19 dan Vaksin Covid-19 yang telah beredar di Indonesia? Simak penjelasannya dalam infografis berikut. 

Gen Z Jadi Pioneer Penangkal Hoaks

Komposisi masyarakat Indonesia terdiri dari enam pembagian umur, salah satunya Gen Z. Gen Z atau generasi yang kini berusia 8 hingga 23 tahun merupakan generasi yang menonjol di antara kategori lainnya. 

Menurut Artikel Liputan6.com berjudul “Infografis Gen Z Dominasi Penduduk Indonesia” yang tayang pada (26/01/2021) menuliskan bahwa jumlah Gen Z di Indonesia telah mencapai 75,49 juta jiwa dari keseluruhan warga Indonesia 270,20 juta jiwa.

Gen Z memiliki kaitan yang kuat dengan media digital pasalnya hampir seluruh informasi dan update berita kini disebarkan melalui via online. Kehadiran pandemi makin menjadikan Gen Z memiliki ikatan yang kuat dengan media sosial karena mereka terpaksa harus melakukan komunikasi dan pencarian informasi menggunakan internet. 

“Kalau kita jauh dari media sosial atau dari hp gitu udah ketinggalan berita-berita terbaru,” ujar Yehezki (22), mahasiswa Gen Z, saat diwawancarai pada Minggu (19/9/2021).

“Karena kita saat ini kondisi pandemi mengharuskan kita tatap muka melalui media online jadi mau gak mau harus cek hp terus juga,” tambah Nadya, mahasiswa Gen Z yang juga menjadi informan lain yang hadir dalam wawancara tersebut.

Karmin Winarta, Koordinator Pegiat Cek Fakta Liputan6.com mengungkapkan bahwa Gen Z merupakan salah satu pihak utama yang diharapkan dapat menjadi pioneer penangkal hoaks bagi Indonesia, saat menghadiri diskusi virtual melawan hoaks “Gen Z Bebas Hoaks”, pada Selasa (12/10/2021).

Melalui tingginya intensitas menggunakan media sosial kita juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan memberikan pemahaman bagi orang terdekat kita agar tidak terlena hoaks yang tersebar luas. Serta mengedukasi mereka untuk berhenti menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya.

Salah satu cara meningkatkan kewaspadaan tersebut dengan mengasah kemampuan literasi digital kita. Adi Syafitrah, salah satu Fact Checker MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) menjelaskan “tingkat literasi digital kita itu sangat rendah, bahkan ada penelitian yang membandingkan dengan negara lain. Indonesia itu ada di peringkat yang sangat rendah,” saat diwawancara secara daring, pada Senin (27/09/2021).

“Bukan hanya membaca, tetapi juga tentang bagaimana ketika masyarakat itu menerima informasi. Kemudian bagaimana sikapnya, kemudian apa yang Ia lakukan saat menerima informasi itu. Itu juga menjadi faktor yang sangat menentukan bagaimana akhirnya penyebaran hoaks ini sangat tinggi di Indonesia sampai saat ini,” tambahnya.

Presiden RI, Joko Widodo, juga sempat memaparkan melalui pidatonya di YouTube Sekretariat Kabinet RI, Kamis (20/5/2021) “tantangan di ruang digital semakin besar, konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat. Menjadi kewajiban kita bersama untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat melalui literasi digital.” 

Nitijana News Game Website

Sejalan dengan perkataan Jokowi, dihadirkan inovasi baru berupa news game website. News game ini bernama Nitijana dengan tema besar “Tangkal Hoaks dengan Cek Fakta” yang telah dikemas secara menarik. Penghadiran karya ini diharapkan dapat membantu meningkatkan literasi terutama Gen Z dan pengguna lainnya terhadap hoaks dan cek fakta. 

Dihadirkan pula pemaparan ringkas seputar hoaks, aplikasi yang dapat diakses pengguna saat melakukan penelusuran cek fakta mandiri, game yang memuat studi kasus hoaks Covid-19 yang sempat beredar di media sosial, dan teknik penanganannya. 

Website Nitijana akan menghadirkan studi kasus seputar Covid-19 dan vaksin. Penghadiran studi kasus tersebut didasari hasil olah data Mapping Hoaks 2020-2021 MAFINDO yang menuliskan pada tahun 2020-2021 hoaks yang paling banyak beredar yakni seputar Covid-19, sedangkan dari Januari 2021 hingga saat ini, hoaks yang paling banyak beredar seputar Vaksin Covid.19. 

Tokoh bernama Rajit yang memiliki sikap berani dan tak mudah percaya informasi yang akan mengajak pembaca menelusuri Nitijana Website. Jalan cerita karakter Rajit akan diilustrasikan senyata mungkin dan disertai studi kasus yang relevan dengan kehidupan. 

Akan ada ensiklopedia yang berisi penjelasan seputar hoaks dan jenisnya yang diringkas semenarik mungkin. Dalam bagian permainan news game, pembaca dapat ikut bermain dan langsung akan diberikan jawaban setelah selesai mengisi pertanyaan yang disajikan. 

Melalui penghadiran Nitijana news game website diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan dijadikan menjadi salah satu platform edukasi bentuk implementasi pemahaman literasi digital Generasi Z dan pembaca lain dengan fokus mengenal hoaks dan teknik penanganannya. 

Untuk mulai menjelajahi website Nitijana silakan kunjungi link di Nitijanahoaks.com (http://nitijanahoaks.com) 

Penulis: Azarine Jovita Halim/Universitas Multimedia Nusantara

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.