Sukses

Misinformasi Kesehatan Masih Banyak Dipercaya, Mengapa?

Beberapa penelitian menemukan tingginya jumlah misinformasi atau informasi yang salah terkait kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial merupakan platform umum dan bebas untuk berbagi pemikiran dan terhubung dengan banyak orang. Saat ini media sosial juga memiliki peran yang besar bagi terjadinya misinformasi.

Beberapa di antaranya merupakan informasi umum tidak terkecuali tentang kesehatan. Dalam situasi pandemi seperti saat ini, mudah ditemukan informasi atau berita yang salah di media sosial.

Beberapa penelitian menemukan tingginya jumlah misinformasi atau informasi yang salah terkait kesehatan, seperti obat-obatan, masalah kesehatan masyarakat, dan vaksin.

Dilansir dari Medical News Today, peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Colorado, Aurora bekerja sama dengan ilmuwan dari Universitas Regina, Kanada, dan Institut Teknologi Massachusetts, Cambridge menyelidiki hal ini.

Informasi yang salah dapat menyebabkan orang untuk tidak mengambil tindakan yang sebetulnya diperlukan untuk perawatan kesehatan. Untuk itu tim peneliti mengidentifikasi kelompok mana yang rentan memercayai informasi yang salah.

Peneliti melakukan survei kepada 1.020 orang dengan usia 40-80 tahun di Amerika Serikat. Survei tersebut menunjukan bahwa peserta menilai keakuratan yang mereka rasakan pada 24 unggahan Facebook dan Twitter terbaru. Unggahan ini berisi perawatan kanker, vaksin HPV, dan obat statin.

Misinformasi atau informasi yang salah termasuk tentang klaim beras merah yang efektif menurunkan kolesterol, ganja dapat menyembuhkan kanker, dan vaksin HPV berbahaya.

 

Saksikan Video Cek Fakta di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terkait Pendidikan

Setelah melihat seluruh unggahan, peserta mengevaluasi informasi tersebut. Kemudian dilakukan tindak lanjut pertanyaan terkait pendidikan, minat pengobatan alternatif, pendapatan, usia, dan pengetahuan kesehatan.

Setelah melakukan pengumpulan data, tim peneliti menemukan bahwa orang dengan tingkat pendidikan lebih rendah dan pengetahuan yang rendah tentang perawatan kesehatan lebih cenderung mempercayai informasi yang salah.

Orang yang menunjukkan ketidakpercayaan pada sistem perawatan kesehatan dan memiliki pandangan yang baik soal pengobatan alternatif juga cenderung memercayai informasi yang salah. Selain itu, orang yang meyakini klaim palsu pada satu topik cenderung meyakini kesalahan informasi yang disajikan pada topik lainnya.

Informasi yang salah akan menjadi penghalang bagi orang untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang lebih layak. Orang akan enggan untuk mengambil tindakan pencegahan dan ragu-ragu mencari perawatan ketika sakit. Oleh karena itu, periksa kembali informasi yang diterima dan pastikan sumber informasi tersebut berasal dari sumber yang kredibel.

Sumber:

https://www.medicalnewstoday.com/articles/why-do-some-people-believe-health-misinformation#Who-is-more-likely-to-believe-false-health-information?

 

(MG/Jihan Fairuz)

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.