Sukses

Langkah Facebook dan Twitter Tekan Penyebaran Hoaks Pemilu Amerika Menuai Kritik

Facebook dan Twitter sempat memberikan peringatan ke beberapa konten menyesatkan dari Presiden Donald Trump.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook dan Twitter terus berupaya mencegah penyebaran hoaks seputar Pemilu Amerika Serikat. Namun, langkah dua platform media sosial itu masih mendapat kritik dari sejumlah pihak.

Salah satunya datang dari direktur kebijakan internasional dari Pusat Kebijakan Cyber ​​Universitas Stanford, Marietje Schaake.  Ia menilai langkah yang dilakukan Facebook tidak efektif.

"Kegagalan Facebook untuk mengaburkan informasi yang salah tetapi sebaliknya menggunakan 'label' tidak membatasi dampak pesan," kata Marietje Schaake dilansir dari ft.com, Kamis (11/5/2020).

Beberapa hari lalu, Twitter sempat menambahkan label peringatan ke beberapa tweet dari Presiden Donald Trump, termasuk satu yang menuduh lawannya "mencoba mencuri Pemilu". Twitter juga menutup tombol berbagi di unggahan tersebut.

Beberapa pakar konservatif mengeluhkan langkah Twitter ini. Mereka menilai, Partai Republik ditekan secara tidak adil oleh Twitter.

"Twitter dan sensor teknologi besar akan meledak dengan cara yang tidak dapat kita bayangkan," kata Dave Rubin, tokoh YouTube konservatif yang menjadi pembawa acara bincang-bincang politik di Twitter.

Facebook dan Twitter masih berjuang memenuhi janji mereka untuk mencegah penyebaran disinformasi terkait Pemilu Amerika Serikat. Beberapa kali, dua platform media itu telah memberikan peringatan beberapa konten menyesatkan dari Presiden Donald Trump.

Kelompok media sosial di Silicon Valley telah berjanji untuk menekan kandidat politik mana pun yang menyebarkan informasi salah seputar proses dan hasil pemilu, meski ada tuduhan dari Partai Republik bahwa mereka menyensor suara sayap kanan.

"Untuk semua perhatian tentang disinformasi dari presiden, saya pikir ada kegagalan dalam menangani secara memadai, baik para pembantu dan sekutunya. Mereka begitu banyak berpengaruh di ekosistem media sayap kanan," kata kepala kelompok nirlaba media sosial Jesse Lehrich, seperti dilansir dari ft.com, Kamis (5/11/2020).

"Sekarang, ada ribuan pendukung Trump yang tanpa dasar percaya bahwa negara telah dicuri dari mereka. Dan ini merupakan dinamika yang berbahaya," tambah dia.

Dalam menangani kasus ini. Facebook memilih menambahkan label informasi ke semua unggahan dari presiden dan saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden mulai Selasa malam.

"Begitu Presiden Trump mulai membuat klaim kemenangan yang prematur, kami mulai menjalankan pemberitahuan pada Facebook dan Instagram yang pemilihnya masih dihitung dan pemenangnya tidak diproyeksikan," demikian pernyataan Facebook.

 

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.