Sukses

Bola Ganjil: Ayah dan Anak Kiper Berprestasi, Schmeichel Tak Tertandingi

Simak kisah ayah dan anak yang berprestasi sebagai kiper tim sepak bola.

Liputan6.com, Jakarta - Peter dan Kasper Schmeichel mencatat sejarah pada 2015/2016. Mereka menjadi ayah dan anak berposisi kiper pertama yang menjuarai liga domestik sama.

Berkompetisi di Liga Inggris, Schmeichel senior melakukannya beberapa kali bersama Manchester United. Rinciannya musim 1992/1993, 1993/1994, 1995/1996, 1996/1997, dan 1998/1999.

Sedangkan capaian Schmeichel junior tidak kalah fantastis. Membela Leicester City yang baru promosi dua musim sebelumnya dan hampir terdegradasi di edisi selanjutnya, dia memenangkan edisi 2015/2016.

Sebelumnya ada ayah dan anak berprestasi lain, meski bukan di posisi kiper. Ian Wright melakukannya bersama Arsenal (1997/1998), dengan anak angkat Shaun Wright-Phillips meraih medali kala membela Chelsea (2005/2006).

Kesuksesan Peter dan Kasper berbeda dengan dua keluarga kiper lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Reina Senasib

Miguel Reina Santos dan Jose Manuel sama-sama bermain di final Piala Champions, yang kemudian berevolusi menjadi Liga Champions. Namun, keduanya sama-sama hanya membawa pulang medali perak.

Sang ayah tidak kuasa mencegah Bayern Munchen menjebol gawangnya empat kali pada laga puncak ulangan 1974.

Sementara Jose Manuel, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Pepe, bertekuk lutut bersama Liverpool saat menghadapi AC Milan di 2007.

 

3 dari 3 halaman

Ayah Starter, Anak Cadangan

Keluarga Cudicini lain lagi. Fabio membawa AC Milan memenangkan Piala Champions 1969 setelah menaklukkan Ajax Amsterdam.

Sementara Carlo hanya duduk di bangku cadangan dalam dua kesempatan, yang seluruhnya berujung kekalahan. Momen ini dirasakan bersama Milan saat ditaklukkan Olympique Marseille (1993) serta Chelsea dari Manchester United (2008).

Fabio dan Carlo juga memenangkan liga domestik sama. Namun, peran keduanya jauh berbeda. Sang ayah jadi starter di 18 laga saat AC Milan memenangkan Serie A 1967/1968.

Sebaliknya, Carlo hanya tidak pernah bermain saat I Rossoneri merebut Scudetto 1991/1992 dan 1992/1993. Dia tercatat hanya duduk di bangku cadangan dalam 24 partai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.