Sukses

Dianggap Agresif Naikkan BI Rate, Ini Jawaban BI

Dalam empat bulan, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga sebanyak 150 basis poin dari semula 5,75% menjadi 7,25%.

Sejak dipimpin Gubernur Agus Martowardojo, Bank Indonesia dalam 4 bulan (Juni-September 2013) sudah menaikkan suku bunga sebanyak 150 basis poin dari semula 5,75% menjadi 7,25%.

Banyak kalangan menilai aksi yang dilakukan Bank Cenrtral di Indonesia ini terlalu agresif mengingat keputusan tapering off dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) baru akan diumumkan 18 September-19 September mendatang. Namun apa komentar BI terkait penilaiannya ini?

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan mengenai antisipasi apa yang akan dilakukan The Fed itu sebenarnya BI sudah melakukannya jauh-jauh hari karena BI menilai sudah jelas bahwa ke depan The Fed akan menarik stimulusnya secara bertahap.

"Begini ya, kalau melihat tapering off The Fed itu tidak bertumpu pada tanggal 18 dan 19. Yang terjadi itu yang jelas akan ada pengurangan stimulus, berapa besarnya dan mulai timing-nya seperti apa itu yang uncertainty, jadi titik kita bukan hanya 18-19 september, kecenderungan ke depannya itu akan seperti apa, itu yang kita pantau," jelasnya seperti yang ditulis Senin (16/9/2013).

Perry menjelaskan isu pengurangan stimulus itu telah muncul pada bulan Mei, dan semenjak itulah Bank Indonesia mulai melakukan beberapa langkah dan selalu mengkaji mengenai akurasi kebenaran keputusan The Fed itu.

Tidak hanya itu, Perry mengaku Dewan Gubernur BI bahkan dalam setiap penyelenggaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) baik yang mingguan maupun bulanan selalu memperdebatkan mengenai isu eksternal tersebut.

"Assessment-assessment itu yang harus kita lakukan dan setiap minggu dan setiap bulan itu selalu kita debatkan dalam RDG, policy-policy apa yang perlu dilakukan di BI, apa koordinasi pemerintah dengan FKSSK, itu yang sering kita lakukan," jelas Perry.

Jadi Perry menyimpulkan meskipun BI menaikkan suku bunga sebelum pengumuman langkah yang akan dilakukan The Fed, keputusan ini juga bagian dari antisipasi ke depan dari faktor eksternal tersebut.

"Sehingga sasaran utamanya itu jelas stabilitas sistem ekonomi terjaga dan aspek penyesuaian dalam negeri, slowing growth-nya tidak turun drastis, tetap menciptakan lapangan kerja, UMKM dan yang lainnya, itu yang kita lakukan terus koordinasi," kata dia.

Sekedar informasi, keputusan Bank Indonesia menaikkan BI rate dinilai kalangan ekonom luar negeri sebagai suatu hal yang mengejutkan mengingat beberapa bank di kawasan lebih cenderung menunggu keputusan Bank Central Amerika. (Yas/Ndw/*)