Sukses

Selamatkan Indofarma Dkk, Erick Thohir Bentuk Tim Khusus

Holding BUMN Farmasi yang didalamnya ada Indofarma akan melakukan reorientasi bisnis dalam rangka pembenahan jalur operasional di berbagai lini bisnis. Ini mencakup pada melakukan perbaikan dari aspek bisnis untuk dapat mengatasi operational performance.

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja BUMN klaster farmasi tengah menjadi sorotan, termasuk adanya dugaan kecurangan atau fraud dalam PT Indofarma Tbk (INAF). Guna mengatasi hal ini, Menteri BUMN Erick Thohir membentuk tim khusus untuk menyehatkan BUMN Farmasi.

Direktur Utama Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero), Shadiq Akasya mengatakan ada 2 permasalahan di perusahaan dalam ekosisitemnya. Yakni, persoalan finansial dan operasional, utamanya di Indofarma dan Kimia Farma.

"Dalam rangka percepatan terkait dengan fiannsial dan operasional Bio Farma Group, Kementerian BUMN selaku pemegang saham telah membentuk tim task force khusus yang diketuai langsung oleh Menteri BUMN dan Wakil Menteri BUMN," ujar Shadiq dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, dikutip Kamis (20/6/2024).

 

"Pembentukan task force ini sejak bulan Oktober 2023 dan ini masih berlanjut," sambungnya.

 

Dia menjelaskan, satuan tugas (satgas) khusus ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, restrukturisasi keuangan dalam rangka perbaikan finansial. Ini mencakup restrukturisasi kredit jangka pendek dan jangka panjang.

"Tahap pertama restrukturisasi keuangan lebih difokuskan kepada PT Kimia Farma dan anak usahanya," kata Shadiq.

Pada bagian ini, pihaknya turut melakukan reconditioning atau penataan kondisi kredit seperti penataan suku bunga dan sebagainya. Lalu rescheduling atau penjadwalan ulang jatuh tempo angsuran.

Reorientasi Bisnis

Kedua, Holding BUMN Farmasi akan melakukan reorientasi bisnis dalam rangka pembenahan jalur operasional (streamlining operation) di berbagai lini bisnis. Ini mencakup pada melakukan perbaikan dari aspek bisnis untuk dapat mengatasi operational performance.

Diantaranya, Penataan dan pengembangan produk; melakukan streamlining produk dan treatment kepada produk-produk yang overlapping di Bio Farma Group.

Penataan Fasilitas Produksi dan Integrated Supply Chain; melakukan identifikasi dan eksekusi penataan fasilitas produksi Kimia Farma Group dan Penambahan fasilitas baru PT Bio Farma.

Penyertaan Modal Negara; meningkatkan pengembangan kapabilitas dan kapasitas healthcare di Bio Farma Group dengan mengembangkan ekosistem digital healthcare, mengembangkan vaksin mRNA dam Viral Vector dan membangun fasilitas BBO, Alkes dan Herbal.

 

2 dari 3 halaman

Fraud Indofarma, Ada Utang Pinjol

Direktur Utama Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya buka-bukaan sederet potensi fraud yang terjadi di PT Indofarma Tbk (INAF). Dia mencatat, ada utang pinjaman online (pinjol) sebesar Rp 1,26 miliar.

Shadiq mengatakan potensi fraud ini seperti tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas investigasi yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ini terjadi pada Indofarma dan anak usahanya, Indofarma Global Medika (IGM).

"Kami sampaikan juga supaya ada keterbukaan dari kami, temuan BPK sudah ada, ini rinciannya," ujar Shadiq dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Dalam laporannya, tercatat ada 10 temuan yang terindikasi fraud. Sementara, LHP BPK mengumpulkan ada 18 temuan.

Pertama, indikasi kerugian IGM Rp 157,33 miliar atas transaksi business unit FMCG. Kedua, indikasi kerugian IGM atas Penempatan dan Pencairan Deposito Beserta Bunga senilai Rp 35,07 miliar atas nama pribadi pada Kopnus.

Ketiga, indikasi kerugian IGM atas Penggadaian Deposito Beserta Bunga senilai Rp 38,06 miliar pada Bank Oke. Keempat, Indikasi Kerugian IGM senilai Rp 18 miliar atas pengembalian uang muka dari MMU tidak masuk ke rekening IGM.

Kelima, Pengeluaran dana dan pembebanan biaya tanpa didasari transaksi berindikasi kerugian IGM senolai Rp 24,35 miliar. Keenam, kerja sama distribusi TeleCGT dengan PT ZTI tanpa perencanaan memadai berindikasi merugikan IGM swnilai Rp 4,5 miliar atas lembayaran yang melebihi nilai invoice dan berpotensi merugikan IGM senilai Rp 10,43 miliar atas stok TeleCGT yang tidak dapat terjual.

"Ketujuh adalah pinjaman melalui fintech Rp 1,26 miliar," ucap Shadiq.

 

3 dari 3 halaman

Potensi Fraud Lainnya

Kedelapan, kegiatan usaha masker tanpa perencanaan yang memadai berindikasi fraud sebesar Rp 2,6 miliar atas penurunan nilai persediaan masker berpotensi kerugian Rp 60,24 miliar atas piutang macet PT Promedik dan senilai Rp 13,11 miliar atas sisa persediaan masker.

Kesembilan, pembelian dan penjualan rapid test panbio PT IGM tanpa perencanaan memadai berindikasi fraud dan berpotensi kerugian senilai Rp 56,70 miliar atas piutang macet PT Promedik.

Kesepuluh, INAF melaksanakan pembelian dan penjualan PCR Kit Covid-19 tahun 2020/2021 tanpa perencanaan yang memadai berindikasi fraud serta berpotensi kerugian senilai Rp 5,98 miliar atas piutang macet PT Promedik dan senilai Rp 9,17 miliar atas tidak terjualnya PCR Kit Covid-19 yang kedaluarsa.