Sukses

Harga Minyak Melonjak 2%, Pekan Ini Bisa Tembus Berapa?

Permintaan China yang merupakan importir minyak mentah terbesar dunia dan permintaan bensin dari musim mengemudi musim panas perlu ditingkatkan secara dramatis agar fundamental ekonomi dapat mendukung kenaikan harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) bergerak menguat 2% pada perdagangan di Senin. Dengan kenaikan ini, harga minyak dunia kembali sentuh level USD 80 per barel.

Harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) melonjak hampir 4% pada minggu lalu, menghentikan penurunan tiga minggu dan mencetak kinerja mingguan terbaiknya sejak awal April.

Harga minyak naik karena ekspektasi permintaan bahan bakar di musim panas akan mengurangi persediaan dan memperketat pasar pada kuartal III 2024.

Namun, direktur eksekutif energi berjangka Mizuho Securities Bob Yawger mengatakan, reli harga minyak mentah ini sebagian besar disebabkan oleh spekulator yang menutup posisi short dan dapat menguap kapan saja.

Yawger mengatakan data dari China yang merupakan importir minyak mentah terbesar dunia, dan permintaan bensin dari musim mengemudi di musim panas perlu ditingkatkan secara dramatis agar fundamental ekonomi dapat mendukung pergerakan yang lebih tinggi.

Mengutip CNBC, Selasa (18/6/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI), untuk kontrak Juli ditutup USD 80,33 per barel, naik USD 1,88 atau 2,4%. Jika dihitung dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak WTI AS telah naik 12,1%.

Untuk harga minyak Brent kontrak Agustus ditutup USD 84,25 per barel, naik USD 1,63 atau 1,97%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga acuan minyak global ini telah naik 9,3%.

Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,78 per seribu kaki kubik, turun 3,23%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas telah naik 10,9%

 

2 dari 3 halaman

Kinerja China

China membukukan data ekonomi beragam pada hari Senin, dengan penjualan ritel di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut melampaui ekspektasi, namun output industri dan investasi aset tetap meleset dari perkiraan.

Ketidakpastian perekonomian China dan pertumbuhan permintaan minyak telah lama membayangi pasar minyak mentah. OPEC memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 4,8% tahun ini, yang akan menjadi pendorong utama konsumsi minyak mentah di negara-negara berkembang.

Namun Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris, merevisi perkiraan permintaan minyak global menjadi lebih rendah, dengan alasan melemahnya permintaan di China.

Menurut IEA, pertumbuhan permintaan di China melambat dari 800.000 barel per hari pada kuartal I menjadi 95.000 barel per hari pada bulan April.

Akibatnya, pertumbuhan permintaan minyak global akan mencapai 960.000 barel per hari tahun ini, sekitar 100.000 barel per hari lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, menurut badan tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Kata Analis

Analis di pialang minyak PVM Tamas Varga mengatakan, reli pekan lalu tidak terlalu meyakinkan. Namun perkembangan selama lima sesi perdagangan terakhir juga tidak menunjukkan adanya memburuknya sentimen investor.

Helima Croft, kepala analis komoditas RBC Capital Markets menjelaskan bahwa stok minyak akan turun 850.000 barel per hari pada kuartal ketiga.

“Ini lebih merupakan perasaan bahwa pasar ini kemungkinan akan menjadi lebih ketat ketika kita melangkah lebih dalam di musim panas,” kata Croft kepada “Closing Bell: Overtime” CNBC pada hari Jumat.