Sukses

Pertamina Mau Caplok Perusahaan Brasil, Anak Buah Erick Thohir Bongkar Alasannya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap rencana ekspansi bisnis PT Pertamina (Persero). Apakah sudah siap?

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap rencana ekspansi bisnis PT Pertamina (Persero). Yakni, rencana untuk mengakuisisi perusahaan asal Brasil.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai sudah seharusnya Pertamina melakukan ekspansi bisnis. Menurutnya, perusahaan migas nasional itu sudah melakukan ekspansi ke berbagai negara.

"Emang Pertamina harus ekspansi, dan Pertamina lagi proses ekspansi, di beberapa negara dia sudah masuk," kata Arya, ditemui di Kantor Kementerian BUMN, dikutip Kamis (13/6/2024).

Atas langkah ekspansi bisnis itu, Arya tak menutup kemungkinan adanya rencana selanjutnya ke Brasil. Satu hal yang menurut dia perlu dipastikan adalah rasional secara bisnis.

"Jadi kalau diminta ke Brasil, ya bukan sesuatu yang luar biasa, selama itu ekonomis dan bagus, oke, ya oke. Emang harus, negara lain aja ke Indonesia kok, masa kita nggak boleh ke negara lain," ucapnya.

Meski begitu, Arya belum berbicara banyak mengenai jenis ekspansi Pertamina ke Brasil itu. Menurutnya, ada sebagian informasi dalam konteks bisnis yang belum bisa diungkap.

Termasuk apakah Pertamina nantinya akan melakukan penyerapan sumber bioetanol yang berasal dari Brasil, sebagaimana disebut Menko Luhut sebelumnya.

"Tunggu saja, kadang-kadang aksi ekspansi itu ini juga, ada unsur-unsur bisnis yang kadang-kadang nggak bisa kita buka juga kan. Karena misalnya ada sesuatu, kita masuk habis itu, nanti tender nih, orang lihat-lihat punya kita apa semua kan bisa jadi," pungkasnya.

2 dari 3 halaman

Menko Luhut Sebut Rencana Ekspansi Pertamina

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, membocorkan sejumlah rencana akuisisi perusahaan BUMN ke pasar internasional, yakni PT Pertamina (Persero) ke Brazil dan Perum Bulog ke Kamboja.

Luhut menyatakan, pembangunan ke depan wajib mewaspadai tren global yang terjadi saat ini, khususnya menyoal ketahanan pangan dan energi. Keduanya bisa didapat dari komoditas tebu asal Brazil, yang kini tengah diupayakan oleh Pertamina.

"Presiden sudah memutuskan nanti Pertamina akan akuisisi perusahaan, sekarang lagi due diligence di Brazil, untuk mengambil perusahaan yang bisa mensuplai gula dan juga etanol. Sehingga karena cuaca yang jelek ini, air pollution yang sangat tinggi di Jakarta, kita akan ganti bensin itu secara bertahap dengan bioetanol," ujarnya dalam acara HUT BPP HIPMI ke-52 di Fairmont Hotel, Jakarta, Senin (10/6/2024).

"Nah ini saya kira dalam 3 tahun, 2 tahun ke depan kita akan bisa capai. Sehingga nanti Pertamina memiliki sumber energi dan sumber gula di Brazil, itu akan membuat ketahanan energi kita bagus," seru Luhut.

Masih soal ketahanan pangan, Luhut juga menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Perum Bulog untuk mengamankan stok beras dari Kamboja.

"Sementara itu, Bulog akan akuisisi beberapa sumber beras di Kamboja. Presiden tadi sudah memerintahkan saya untuk kita tindak lanjut. Dan sudah memang ditindaklanjutin, sekarang tinggal kita melakukan due diligence," imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Langkah Akuisisi

Langkah-langkah akuisisi itu didorong lantaran Luhut tengah mewaspadai risiko ekonomi global jangka pendek, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional. Dalam hal ini, ia menyoroti konflik geopolitik yang terus panas di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

"Saya kira ini sangat serius masalahnya. Kita lihat Gaza ini penyelesaiannya juga belum jelas, sekarang pemerintah lebih agresif. Tapi ini kan tergantung banyak negara yang berkonflik, ada di sana Hamas, ada di sana juga negara-negara sekitarnya, ada Amerika, ada China, ada Rusia, yang belum pernah terjadi," urainya.

"Jadi kompleksitas masalah di Timur Tengah ini menjadi sangat tinggi. Menurut hemat saya akan berpengaruh terhadap tadi, bisa masalah transportasi, rute angkutan barang, yang akibatnya akan bermuara kepada masalah harga-harga komoditas energi maupun pangan," tekan Luhut Binsar Pandjaitan.