Sukses

Rupiah Ditutup Loyo Lawan Dolar AS, Bertengger di 15.897

Rupiah lanjut ditutup melemah 2 point dalam perdagangan Selasa sore ini (2/4)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah lanjut ditutup melemah 2 point dalam perdagangan Selasa sore ini (2/4), walaupun sebelumnya rupiah sempat melemah 60 point dilevel 15.897 dari penutupan sebelumnya di level 15.895.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.880 - 15.940 per dolar AS,” beber Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam keterangan di Jakarta, dikutip Selasa (2/4/2024).

Pelemahan Rupiah hari ini terjadi ketika pasar terus memantau posisi utang pemerintah. Utang Pemerintah Sentuh Rp 8.319,2 Triliun di Akhir Februari 2024.

Utang pemerintah kini berada di angka Rp 8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini menandai kenaikan hingga Rp. 66,13 triliun dari posisi utang pada akhir Januari senilai Rp 8.253,09 triliun.

Utang pemerintah ini setara dengan 39,06% produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa.

Sementara dalam APBN Kita edisi Maret 2024, tercatat rasio utang pada Februari masih di bawah batas aman rasio utang sesuai dengan Undang-Undang (UU) NO. 17/2023 yang sebesar 60%.

Ibrahim menyoroti, pengelolaan portofolio utang berperan besar dalam menjaga kesinambungan fiskal secara keseluruhan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penguatan Dolar AS

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat pada Selasa, 2 April 2024.

“Data manufaktur yang kuat membuat imbal hasil Treasury AS lebih tinggi, dengan imbal hasil obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua minggu, sehingga meningkatkan dolar,” ungkap Ibrahim Assuaibi.

Alat CME FedWatch menunjukkan, saat ini pasar memperkirakan peluang sebesar 61% untuk pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang, menurun dari 70% pada minggu sebelumnya.

Mereka juga memperkirakan pemotongan sebesar 68 basis poin tahun ini. Namun, data ekonomi yang kuat dibandingkan dengan data indeks harga PCE inti, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, menunjukkan bahwa kejutan kenaikan inflasi AS baru-baru ini mungkin merupakan penyimpangan dari tren deflasi baru-baru ini. Sementara itu, di Asia, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan bahwa pihak berwenang siap mengambil tindakan yang tepat terhadap volatilitas pasar mata uang yang berlebihan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini