Sukses

Tiru Vietnam, Kemendag Bidik Untung Jumbo dari Perdagangan Indonesia-Uni Eropa

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa bisa rampung tahun ini. Dengan begitu, ditaksir ada keuntungan yang lebih besar pada sisi ekspor Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa bisa rampung tahun ini. Dengan begitu, ditaksir ada keuntungan yang lebih besar pada sisi ekspor Indonesia.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Kasan mengatakan salah satu yang jadi studi perbandingan adalah kerja sama ekonomi Vietnam dan Uni Eropa.

"Vietnam sudah mengimplementasikan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa. Kita Indonesia target tahun ini akan juga merampungkan atau menyelesaikan. Nah oleh karena itu, kita berharap dari para narasumber bisa memberikan gambaran," ujar Kasan dalam Gambir Trade Talk ke-13, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Dia mengatakan, atas hitungan awal, Indonesia bisa lebih meraup untung jika dibandingkan dengan kerja sama Vietnam-Uni Eropa. Menurut hitungannya, porsi perdagangan Indonesia lebih besar dari Vietnam.

"Tentu dengan pertimbangan bahwa akses pasar kita ke Eropa manakala ini bisa diselesaikan dan bisa diimplementasikan kita akan mendapat manfaat lebih besar daripada Vietnam," tegasnya.

Diketahui, Kemendag tengah mendorong proses penyelesaian Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Tujuannya, memperluas dan memperkuat akses perdagangan produk-produk kedua negara.

Sama halnya dengan CEPA lainnya, Kemendag membidik keuntungan bagi produk-produk Indonesia bisa mengakses pasar negara-negara Eropa. Alhasil, bisa meningkatkan ekspor dan pendapatan.

Ekonomi Lebih Besar dari Vietnam

Lebih lanjut, Kasan mengaku optimistis Indonesia-EU CEPA bisa membawa manfaat lebih besar dari perjanjian negara lain. Menurutnya, skala perdagangan Indonesia yang besar menjadi salah satu faktornya.

Di sisi lain, jika dibandingkan dengan Vietnam, misalnya, Kasan mengatakan ekonomi Indonesia lebih besar. Asumsinya, keuntungan atas kerja sama juga bisa lebih besar.

"Tentu kita Indonesia dengan ekonomi lebih besar daripada Vietnam dan ktia sudah mempertimbangkan sudah mengkalkulasi bahwa akses pasar kita ke Uni Eropa manakala nanti sudah diimplementasikan, kita berhitung akan mendapatkan benefit yang jauh lebih besar," bebernya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BlackRock: India dan Indonesia Punya Peluang Investasi Menjanjikan

Perusahaan investasi Amerika Serikat (AS) BlackRock menilai India dan Indonesia sebagai dua negara di Asia Pasifik yang menawarkan banyak peluang investasi.

Hal itu disampaikan Head of APAC Credit and Fixed Income Research BlackRock, Manjesh Verma dalam investment forum di Jakarta pada Selasa, 5 Maret 2024 dikutip dari Channel News Asia, Rabu (6/3/2024). Ia menuturkan, kedua negara emerging market atau berkembang itu diuntungkan karena jumlah penduduk yang besar.

“Karena jumlah penduduk yang besar, pasar yang besar, demokrasi yang berkembang, dua negara ini menonjol karena banyak fokus dan perhatian investor yang masuk,” ujar dia.

Namun, ia menambahkan, India dan Indonesia perlu memperdalam pasar keuangan termasuk pasar saham dan pasar uang.

Pertumbuhan Ekonomi India pada 2024Sebelumnya, India prediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai  7,3 persen pada kuartal pertama 2024, tingkat pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara ekonomi utama dunia.

"Ini adalah proyeksi awal untuk tahun 2023/24," kata Kantor Statistik Nasional (NSO) India dalam pernyataannya, dikutip dari CNBC International, Senin, 8 Januari 2024.

Lembaga statistik itu menambahkan, cakupan data yang lebih baik, penerimaan pajak aktual, dan pengeluaran untuk subsidi negara dapat mempengaruhi revisi selanjutnya.

Perkiraan awal pertama mengenai produk domestik bruto (PDB) tahunan India mengikuti peningkatan perkiraan bulan lalu dari Reserve Bank of India (RBI), naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,5 persen.

Para analis mengatakan pertumbuhan yang melebihi 7 persen selama tiga tahun berturut-turut di tengah perlambatan global akan membantu Perdana Menteri India Narendra Modi memenangkan masa jabatan ketiga, untuk memerintah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia.

"Pertumbuhan ini terjadi pada saat kondisi global masih lemah dan hal ini bergantung pada cara pemerintah mengelola perekonomian," kata Rahul Bajoria, ekonom di Barclays Investment Bank.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi S&P Global Ratings

Senada, S&P Global Ratings juga memperkirakan India akan tetap menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat selama tiga tahun ke depan, menjadikannya negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun 2030, melampaui Jepang dan Jerman.

India sendiri telag melihat ekonominya tumbuh sebesar 7,2 persen pada tahun 2022/23 dan 8,7 persen pada tahun 2021/22.

Menteri Keuangan [India](India "") Nirmala Sitharaman akan menyajikan anggaran tahunan interim pada 1 Februari mendatangX dan diperkirakan akan meningkatkan belanja infrastruktur, dibantu oleh peningkatan penerimaan pajak, sekaligus bertujuan untuk menurunkan defisit fiskal dari 5,9 persen PDB pada tahun fiskal mendatang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini