Sukses

Beruntung, Rupiah Hari Ini Perkasa ke 15.365 per USD

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS perkasa pada Rabu pagi. Kurs rupiah menguat sebesar 71 poin atau 0,46 persen menjadi 15.365 per USD dari sebelumnya 15.436 per USD.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS perkasa pada Rabu pagi. Kurs rupiah menguat sebesar 71 poin atau 0,46 persen menjadi 15.365 per USD dari sebelumnya 15.436 per USD.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena peluang pemangkasan suku bunga AS.

“Semalam, petinggi The Fed (Federal Reserve), Christopher Waller mengeluarkan pernyataan yang memberikan indikasi ke pasar mengenai peluang pemangkasan suku bunga acuan AS untuk beberapa bulan ke depan bila inflasi AS lanjut turun,” ujar dia dikutip dari Antara, Rabu (29/11/2023).

Mengingat inflasi AS yang semakin menurun dari posisi pertengahan tahun lalu, yakni Consumer Price Index (CPI) year on year (yoY) 9,1 persen dan posisi saat ini sekitar 3,2 persen, apabila selanjutnya menurun, peluang pemangkasan semakin dekat.

Selain itu, data ekonomi AS semalam juga menunjukkan perekonomian AS mulai surut. Data tingkat keyakinan konsumen AS bulan sebelumnya direvisi menurun dari 102 ke 99.1.

Kurs Dolar AS

Pada pagi ini, kurs dolar AS juga bergerak di kisaran 102.50, sementara Selasa (28/11) pagi di kisaran 103.40.

Meninjau sentimen dalam negeri, fundamental ekonomi dinilai masih solid. Inflasi masih stabil dan neraca perdagangan masih surplus, sehingga memberikan sentimen positif ke rupiah.

“Potensi penguatan rupiah hari ini ke kisaran Rp15.350, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.480,” ucap Ariston.

 

 

2 dari 3 halaman

Rupiah Perkasa Lawan Dolar AS Pagi Ini, Menanti Data Ekonomi Indonesia

Kemarin, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi menguat sebesar 24 poin atau 0,15 persen menjadi 15.470 per dolar AS dari sebelumnya 15.494 per dolar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah setelah data manufaktur dan penjualan rumah AS lebih rendah dari perkiraan.

“Penjualan rumah turun -5,6 persen dibandingkan dengan perkiraan untuk turun -4 persen. Indeks manufacturing Fed Dallas turun -19,9 dibandingkan perkiraan untuk turun -17,” ujar dia dikutip dari Antara, Selasa (28/11/2023).

Faktor Penggerak Rupiah

Menurut dia, sentimen penguatan terhadap rupiah pada hari ini masih berasal dari faktor eksternal menimbang rilis data ekonomi Indonesia pada pekan ini baru akan keluar pada Jumat (1/12), yakni data inflasi yang diperkirakan akan lebih tinggi.

Selain itu, penantian investor terhadap pidato dari sejumlah pejabat Federal Reserve (The Fed) juga turut mempengaruhi penguatan rupiah. Investor mengantisipasi pidato less hawkish atau dovish dari pejabat-pejabat The Fed menyusul serangkaian data ekonomi AS yang lemah.

“Nilai tukar rupiah pada hari ini akan berkisar 15.400-15.550 per dolar AS,” ucap Lukman.

 

3 dari 3 halaman

Peran Bank Indonesia

Sebelumnya, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyampaikan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjaga didukung oleh keberadaan instrumen terbaru yang pro-market dari Bank Indonesia (BI).

Instrumen terbaru yang menarik bagi pasar itu adalah sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta asing Bank Indonesia (SUVBI). Instrumen tersebut ditujukan untuk menarik dana asing masuk ke pasar keuangan domestik di tengah risiko global yang meningkat.

Pada penerbitan perdana, SVBI berhasil meraup dana sebesar 236,5 juta dolar AS dengan penawaran yang masuk sebesar 266,5 juta dolar AS, di atas target Bank Indonesia yang sebesar 200 juta dolar AS. Hal itu mengindikasikan instrumen ini cukup diminati oleh pasar.

BI juga sebelumnya menerbitkan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk menarik dana asing masuk ke pasar domestik. Respons pasar cukup baik dengan kepemilikan asing sebesar 10,8 persen per Oktober 2023. Selanjutnya, lelang SRBI mencapai Rp168,81 triliun per 21 November 2023.