Sukses

Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Makin Jauh dari USD 100 per Barel

Harga minyak mentah AS akhirnya menetap di USD 77,10 per barel, turun 67 sen atau 0,86%. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak bulan Januari turun 49 sen, atau 0,59%, menjadi USD 81,96 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS turun pada Rabu (Kamis waktu Jakarta). Harga minyak dunia terjun bebas setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunda pertemuan penting mengenai pengurangan produksi yang dijadwalkan pada akhir pekan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Januari turun sekitar 5% menjadi USD 73,85 per barel di pagi hari, namun mampu memulihkan sebagian besar kerugian tersebut.

Harga minyak mentah AS tersebut akhirnya menetap di USD 77,10 per barel, turun 67 sen atau 0,86%. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak bulan Januari turun 49 sen, atau 0,59%, menjadi USD 81,96 per barel.

OPEC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertemuan para menteri energi ditunda hingga Kamis depan. Organisasi tersebut tidak memberikan alasannya, namun Arab Saudi sedang berjuang untuk meyakinkan Angola dan Nigeria agar menerima target produksi yang lebih rendah, kata para delegasi kepada Bloomberg.

Ada peningkatan antisipasi di kalangan pedagang bahwa OPEC dan sekutunya, yang disebut OPEC+, mungkin akan menerapkan pengurangan produksi tambahan, yang mendorong harga lebih tinggi pada akhir pekan lalu dan awal pekan ini.

Analis PVM Oil Associates, Tamas Varga menyatakan, kepatuhan merupakan tantangan besar bagi OPEC+ karena banyak negara memiliki insentif untuk tidak mematuhi kuota produksi mereka.

“Kepatuhan akan lemah di masa depan,” kata Varga. 

Dia menunjuk pada Rusia khususnya, yang perlu membiayai perangnya di Ukraina.

Harga Minyak Anjlok

Harga minyak telah turun drastis dari level tertingginya di bulan September karena rekor produksi non-OPEC bertabrakan dengan kekhawatiran permintaan di Tiongkok, di mana ekspor telah turun selama enam bulan berturut-turut.

“Hal ini melemahkan upaya Saudi untuk mengembalikan harga minyak ke USD 100 per barel lebih,” John Kilduff, analis minyak di Again Capital, mengatakan kepada “Power Lunch” CNBC pada hari Rabu.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Produksi Minyak

Produksi minyak mentah diperkirakan mencapai 13,2 juta barel per hari, sebuah rekor tertinggi dan 1,1 juta barel per hari lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi.

Persediaan minyak mentah dalam negeri, tidak termasuk cadangan strategis, meningkat sebesar 8,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 17 November. Sementara itu, pasokan bensin jadi turun sebesar 469.000 barel dari penurunan sebelumnya, yang menyiratkan melemahnya permintaan di AS.

Kilduff mengatakan minyak mentah AS bisa mencapai USD 70 per barel dan mungkin turun ke kisaran terendah $60 per barel, terutama jika musim dingin sedang berlangsung di belahan bumi utara.

Meskipun gambaran pasokan dan permintaan mungkin mengganggu OPEC, hal ini akan membantu kantong konsumen AS. Harga gas di AS turun dan diperkirakan mencapai rata-rata USD 3,25 per galon pada hari Kamis, menurut GasBuddy. Itu akan menjadi harga bahan bakar termurah pada hari Thanksgiving sejak tahun 2020.

OPEC+ telah mengambil 5,16 juta barel per hari dari pasar sejak tahun 2022. Jumlah ini termasuk 3,66 juta barel per hari dari kelompok tersebut dan 1,5 juta barel per hari dari pemotongan sukarela dari Arab Saudi dan Rusia.

 

3 dari 3 halaman

Harga Minyak Brent Jatuh

Meskipun terjadi pemotongan besar-besaran, harga minyak Brent telah jatuh di bawah USD 80 per barel dalam beberapa pekan terakhir. Goldman Sachs yakin OPEC akan menggunakan kekuatan penetapan harga untuk mempertahankan Brent pada kisaran USD 80 hingga USD 100 per barel.

Sebagian besar analis memandang OPEC+ akan memperpanjang pemotongan produksi mereka hingga tahun 2024 sebagai skenario yang paling mungkin terjadi, meskipun mereka tidak mengesampingkan kemungkinan pemotongan yang lebih besar mengingat kondisi pasar saat ini.

Israel dan Hamas juga menyetujui gencatan senjata empat hari pada hari Rabu untuk memfasilitasi pembebasan puluhan sandera yang ditahan di Gaza.

Harga minyak melonjak pada bulan Oktober di tengah kekhawatiran bahwa perang dapat menyebar ke seluruh Timur Tengah, meskipun para pedagang semakin memandang konflik regional tidak mungkin terjadi.

OPEC menyalahkan spekulan atas penurunan harga minyak mentah baru-baru ini, dengan alasan bahwa fundamental pasar kuat. Namun investor tidak mempercayai narasi OPEC saat ini, kata Varga.

“Investor tidak terlalu percaya bahwa kuartal keempat tahun ini dan satu atau dua kuartal pertama tahun depan akan seketat yang disiratkan OPEC,” kata Varga. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.