Sukses

Pengangguran AS Melonjak, Rupiah Menguat ke 15.531 per Dolar AS

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjadi akibat data pengangguran AS yang meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Penguatan rupiah ini dampak dari data ekonomi AS yang buruk sehingga mempengaruhi kinerja dolar AS.

Pada Jumat (17/11/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat sebesar 0,15 persen atau 24 poin menjadi 15.531 per dolar AS dari sebelumnya 15.555 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan, penguatan rupiah ini terjadi akibat data pengangguran AS yang meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.

“Nilai tukar rupiah hari ini diprediksi menguat terhadap dolar AS pada kisaran 15.490 per dolar AS-15.540 per dolar AS, dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni angka pengangguran Amerika yang naik,” kata dia dikutip dari Antara.

Dia juga melihat ada sentimen dari pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dengan Presiden AS Joe Biden yang memberikan hasil positif.

"Salah satu dari pertemuan tersebut adalah peluang untuk mengurangi sanksi AS terhadap ekspor dan investasi China yang ke depan akan berefek pada peningkatan volume perdagangan global," ungkap Rully.

Namun, selama pekan ini, data-data ekonomi AS yang memburuk, peringkat utang (credit rating) AS oleh Moody’s dari stabil menjadi negatif, dan perkiraan ekonomi AS yang melambat menandai era Paman Sam masuk periode soft landing.

Sentimen Domestik

Melihat sentimen domestik, belum ada terbaru selain neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus ke-42 kali beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2023 mengalami surplus 3,48 miliar dolar AS, atau berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).

2 dari 3 halaman

Bank Indonesia: Penerbitan SVBI dan SUVBI untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 21 November 2023. Penerbitan SVBI dan SUVBI untuk menjaga stabilitas rupiah.

Penerbitan kedua instrumen itu bertujuan menarik masuknya modal asing ke pasar keuangan domestik dan menjadi instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar uang, demikian dikutip dari Antara, Rabu (8/11/2023).

Modal asing yang masuk SVBI dan SUVBI akan menambah likuiditas dan suplai sehingga diharapkan dapat berdampak positif pada sisi permintaan. Penerbitan kedua instrumen itu berperan dalam perbaikan suplai dan permintaan untuk menjaga harga supaya tidak timpang sehingga terjadi penguatan pada rupiah.

SVBI merupakan surat berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek di bawah satu tahun.

Sedangkan SUVBI adalah valuta asing yang mengusung prinsip syariah milik Bank Indonesia.Instrumen itu akan memakai aset surat berharga dalam valuta asing yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying. SVBI akan diterbitkan pada tenor 1,3,6,9 dan 12 bulan.

Sedangkan SUVBI akan diterbitkan dengan tenor 1,3, dan 6 bulan dengan settlement T+2.Sementara itu, BI mencatat kepemilikan asing atas Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah menembus Rp 16,98 triliun hingga 6 November 2023 dari total outstanding Rp 144,31 triliun. Total yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder Rp 27,99 miliar.

 

3 dari 3 halaman

Kepemilikan Asing di SRBI

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menuturkan, kepemilikan asing di SRBI telah mencapai Rp 16,98 triliun per 6 November 2023. Edi menuturkan, SRBI cukup berpengaruh terhadap stabilisasi rupiah. Saat pasar global kondusif, terjadi penguatan rupiah yang cukup besar.

Sebaliknya, rupiah turut tertekan saat pasar global juga lesu.Di sisi lain, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK) BI Donny Hutabarat menuturkan, instrumen itu mampu menambah likuiditas valuta asing atau valas di dalam negeri.

"Secondary market SRBI ini sebetulnya sudah cukup berkembang saat ini, sudah masuk sekitar 1 miliar dolar AS. Pasti ada kaitannya dengan maksudnya offshore dan berkontribusi ke penguatan rupiah," kata Donny.