Sukses

Karhutla Belum Kunjung Usai, Swasta Ikut Turun Tangan

Pengendalian karhutla perlu dilakukan bersama-sama, mengingat tahun ini peristiwa tersebut telah terjadi berkepanjangan.

Liputan6.com, Jakarta PT Tania Selatan, Wilmar Group siap mendukung pemerintah provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Salah satunya dengan memberikan bantuan bagi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bumi Sriwijaya itu. Hal ini sejalan dengan arahan pemerintah yang berharap semua pihak dapat terlibat, termasuk perusahaan.

Pejabat Gubernur Sumsel Agus Fathoni mengatakan, semua pihak perlu terlibat aktif dalam pengendalian karhutla. Salah satu pihak yang diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya tersebut adalah perusahaan.

Diantaranya dengan dengan memberikan bantuan dan sumbangan. Dukungan itu akan dimanfaatkan untuk penambahan pasukan dan program lainnya. Dia juga mengapresiasi upaya perusahaan yang selama ini aktif melakukan pencegahan di sekitar wilayah opersionalnya.

“Selama ini juga diketahui, perusahaan sudah bergerak sendiri. Jadi sudah banyak di lingkungannya masing-masing mengamankan dan melakukan penanganan terhadap pengendalian Karhutla. Alhamdulillah responnya cukup baik. Ini juga akan ada bantuan-bantuan sesuai dengan kondisi perusahaan masing-masing,” kata Fathoni dikutip Sabtu (14/10/2023).

Peristiwa Berkepanjangan

Menurut Pangdam II Sriwijaya Mayjend TNI Yanuar Adil, pengendalian karhutla perlu dilakukan bersama-sama, mengingat tahun ini peristiwa tersebut telah terjadi berkepanjangan. Hal itu diduga terkait dengan siklus karhutla empat tahunan yang terjadi di Tanah Air. “Bantuan dari perusahaan diharapkan dapat menambah sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pengendalian,” ujar Yanuar.

Sementara itu, Head Social Security and License Wilmar M Syafei mengatakan, karhutla berdampak terhadap semuluruh aspek kehidupan masyarakat.

Untuk itu pihaknya siap mendukung pemerintah dalam pengendalian karhutla. Pihaknya juga berkomitmen untuk berkontribusi, baik di dalam maupun di wilayah sekitar operasional. “Mencegah lebih baik daripada memadamkan. Kami akan berkontribusi penuh dalam upaya ini,” kata Syafei.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bentuk Tim Satgas Pencegahan Kebakaran

Sebagai bentuk komitmen, Wilmar telah membentuk tim satgas pencegahan kebakaran di setiap unit konsesi. Mereka adalah tim yang terlatih dan dibekali dengan peralatan memadai, termasuk membangun menara pantau setinggi 15 meter dan sumur bor. Perusahaan juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan menetapkan standard operating procedures (SOP) kebakaran di lahan dan hutan di setiap konsesi.

Perusahaan juga telah menetapkan peta risiko kebakaran (fire risk map), yaitu peta untuk menentukan tinggi-rendah risiko saat terjadi kebakaran dengan penyangga (buffer) 5 kilo meter (km) dari konsesi perusahaan.

Sejak Februari 2016, Wilmar telah bergabung dalam Fire Free Alliance (FFA) bersama beberapa perusahaan lainnya, yaitu APRIL, Asian Agri, Musim Mas, Sime Darby, IOI Corporation Berhard serta lembaga sosial masyarakat IDH (The Sustainable Trade Initiative) dan PM Haze. FFA merupakan kelompok multi-stakeholder yang berinisiatif dalam pengendalian masalah kabut asap dan kebakaran yang terjadi di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Penelitian: Kebakaran Hutan dan Lahan Picu Kecemasan atau Anxiety

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang banyak terjadi di Indonesia memiliki kaitan dengan kecemasan atau anxiety. Hal ini diungkap dalam penelitian Monash University, Australia bertajuk “Developing and Validating a Scale for Anxiety Over land and Forest Fire.”

Menurut profesor di Department of Human-Centred Computing, Monash University yang memimpin riset ini, Juliana Sutanto, kecemasan terkait bencana merupakan topik penelitian yang penting.

Literatur menunjukkan bahwa potensi terjadinya bencana dapat memicu perasaan cemas pada individu. Meskipun terdapat skala untuk mengukur kecemasan dan gejala kecemasan secara umum, skala yang mengukur kekhawatiran terkait kebakaran lahan dan hutan belum tersedia dalam literatur bencana dan kebakaran lahan dan hutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengembangkan skala valid atas pemikiran khawatir terkait kebakaran lahan dan hutan.

“Kami memetakan kekhawatiran terkait kebakaran hutan dan lahan ke dalam kecemasan terhadap kebakaran hutan dan lahan. Kami menggunakan kelompok fokus untuk menghasilkan item kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan dan memvalidasi skala kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan,” tulis Juliana dan timnya dalam penelitian tersebut.

Peneliti menggunakan survei daring untuk mengumpulkan data di Indonesia dan menargetkan penduduk yang tinggal di dekat daerah rawan kebakaran hutan di Pulau Kalimantan dan Sumatera di Indonesia sebagai peserta.

4 dari 4 halaman

Tiga Dimensi Kecemasan Akibat Karhutla

Penelitian dilakukan melalui prosedur pengembangan skala yang sistematis meliputi berbagai analisis. Termasuk analisis faktor eksplorasi, analisis faktor konfirmatori, dan analisis faktor konfirmatori untuk validitas eksternal.

Dari analisis tersebut, peneliti mengembangkan skala tiga dimensi untuk kegelisahan atas lahan dan hutan yaitu:

  • Kecemasan terkait hilangnya habitat.
  • Kecemasan terkait ekonomi dan keuangan.
  • Kecemasan terkait kesehatan.

“Skala yang baru kami kembangkan ini terbukti secara psikometrik cukup baik sebagai instrumen yang valid untuk mengukur kecemasan terhadap kebakaran lahan dan hutan,” kata Juliana mengutip abstrak penelitian tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.