Sukses

Mata Uang Rupiah Jatuh ke 15.000 per Dolar AS, Masih Sanggup Bangkit?

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 0,24 persen atau 36 poin menjadi Rp15.022 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.986 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah melemah pada Jumat pagi. Kurs rupiah amblas 0,24 persen atau 36 poin menjadi 15.022 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.986 per dolar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah akibat tertekan oleh rebound pada dolar Amerika Serikat (AS) pasca data tenaga kerja AS klaim pengangguran (Initial Jobless Claims) yang lebih baik dari ekspektasi.

Klaim pengangguran AS disebut mencapai 228 ribu, lebih baik dari ekspektasi yang sebesar 242 ribu.

"(Hal ini mendorong) peningkatan prospek tingkat suku bunga The Fed. Range (berkisar) Rp14.950-Rp15.050 per dolar AS," ujar Lukman, dikutip dari Antara, Jumat (21/7/2023).

Meninjau dari sentimen Eropa, dia menyatakan tidak akan langsung mempengaruhi rupiah.

Untuk China, saat ini perlambatan ekonomi disebut masih menekan mata uang regional. "Namun, dari waktu ke waktu, ada harapan yang muncul dari usaha-usaha China mendukung ekonomi mereka," kata Lukman pula.

Senada, Kepala Ekonomi Bank Permata Josua Pardede menyatakan dolar AS menguat terhadap mata uang G-10, kecuali dolar Australia, setelah rilis US Initial Jobless Claims yang mencatatkan klaim pengangguran lebih baik dari ekspektasi.

"(Ini) mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja di AS tetap ketat. Pasar tenaga kerja yang lebih ketat mendukung stance kebijakan moneter AS yang ketat, sehingga mendorong penguatan Dollar Index dan kenaikan yield UST," ujar Josua.

Secara keseluruhan, lanjut dia, Dollar Index naik 0,60 persen menjadi 100,88, sementara yield UST naik 10 bps menjadi 3,85 persen.

 

 

2 dari 3 halaman

Rupiah Melemah, Dolar AS Kembali Tembus 15.000 Imbas Sentimen Global

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Jumat, (21/7/2023). Rupiah kembali menembus level 15.000 terhadap dolar AS, yang diprediksi seiring penguatan dolar AS usai data tenaga kerja AS klaim pengangguran lebih baik dari harapan.

Mengutip data RTI, Jumat siang pukul 12.45 WIB, posisi dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.030. Pada Jumat pagi, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,24 persen atau 36 poin menjadi Rp 15.022 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.986 per dolar AS, demikian dikutip dari Antara.

Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menuturkan, rupiah tertekan terhadap dolar AS karena pengaruh eksternal. Hal ini dipengaruhi sentimen bank sentral AS atau the Federal Reserve  (the Fed) yang akan menaikkan suku bunga pada Juli dan September 2023.  Selain itu, kebutuhan impor terutama bahan bakar minyak (BBM) juga meningkat di tengah libur sekolah. David menilai, tekanan rupiah masih wajar.

“Normal saja. Prediksi masih di kisaran 14.900-15.300 dalam jangka pendek,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Dikutip dari Antara, Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong prediksi rupiah merosot akibat tertekan oleh rebound pada dolar AS setelah data tenaga kerja AS klaim pengangguran yang lebih baik dari harapan. Klaim pengangguran AS dikatakan mencapai 228 ribu, lebih baik dari harapan yang sebesar 242 ribu.

"(Hal ini mendorong) peningkatan prospek tingkat suku bunga the Fed. Range (berkisar) Rp 14.950-Rp 15.050 per dolar AS,” kata Lukman.

3 dari 3 halaman

Sentimen Eropa Tak Terlalu Berdampak

Lukman menambahkan, dari sentimen Eropa, ia menuturkan tidak akan langsung berdampak ke rupiah. Untuk China, kini perlambatan ekonomi disebut masih menekan mata uang regional. “Namun, dari waktu ke waktu, ada harapan yang muncul dari usaha-usaha China menduking ekonomi mereka,” tutur dia.

Hal senada dikatakan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Ia menuturkan, dolar AS menguat terhadap mata uang G-10 kecuali dolar AS, setelah rilis US Initial Jobless Claims yang mencatatkan klaim pengangguran lebih baik dari harapan.

“(Ini) mengindikasikan pasar tenaga kerja di AS tetap ketat. Pasar tenaga kerja yang lebih ketat mendukung stance kebijakan moneter AS yang ketat, sehingga mendorong penguatan dollar index dan kenaikan yield UST,” tutur Josua.

Ia menambahkan, indeks dolar AS naik 0,60 persen menjadi 100,88 sedangkan yield UST naik 10 basis poin (bps) menjadi 3,85 persen.