Sukses

Harga Minyak Dunia Naik, Kilang China dan Dolar AS Jadi Pemicu

Dolar yang lebih lemah membuat harga minyak dunia lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan minyak.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik sekitar 3% ke level tertinggi satu minggu. Harga minyak dunia perkasa di tengah melemahnya Dolar AS dan lonjakan kilang yang beroperasi di China, selaku importir minyak mentah utama global.

Melansir laman CNBC, Jumat (16/6/2023), harga minyak dunia berjangka Brent naik USD 2,47, atau 3,4% menjadi USD 75,67 per barel.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,35, atau 3,4%, menjadi USD 70,62. Itu adalah penutupan harga minyak tertinggi untuk Brent dan WTI sejak 8 Juni.

Di Amerika Serikat, crack spread bensin, ukuran margin keuntungan penyulingan naik ke level tertinggi sejak Juli 2022. Sementara itu, diesel berjangka AS naik sekitar 5% ke level tertinggi sejak akhir April.

Pasar minyak mendapat dukungan dari laporan AS yang menunjukkan penjualan ritel secara tak terduga naik di Mei. Klaim pengangguran lebih tinggi dari perkiraan pekan lalu. Hal ini memangkas dolar ke level terendah lima minggu versus sekeranjang mata uang lainnya.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan minyak.

Data juga menunjukkan throughput kilang minyak China naik 15,4% pada bulan Mei dari tahun sebelumnya, mencapai rekor total tertinggi kedua.

Permintaan China memperkirakan akan terus meningkat pada tingkat yang pasti selama paruh kedua tahun ini, kata kepala eksekutif Kuwait Petroleum Corp.

“Jumlah kilang Cina memulai reli harga minyak. Kemudian, tentu saja, Anda memiliki situasi makro dengan dolar (AS) turun sebagian karena jeda Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga, sementara di Eropa mereka masih menaikkan suku bunga, ”kata Phil Flynn, seorang analis di Price. Grup Futures.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suku Bunga Naik

Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga ke level tertinggi 22 tahun seperti yang diharapkan pada hari Kamis. Ini mengisyaratkan pengetatan kebijakan lebih lanjut, karena memerangi inflasi yang tinggi.

"Prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih sangat tidak pasti," kata Presiden ECB Christine Lagarde.

Pada hari Rabu, Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah tetapi mengisyaratkan kenaikan setidaknya setengah poin persentase pada akhir tahun.

Suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

 

3 dari 3 halaman

Pengurangan Produksi..

Di sisi penawaran, analis memperkirakan pengurangan produksi minyak mentah sukarela yang diterapkan pada bulan Mei oleh OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, dan oleh Arab Saudi pada bulan Juli, untuk mendukung harga pada saat permintaan kuat.

UBS memperkirakan defisit pasokan sekitar 1,5 juta barel per hari (bpd) di bulan Juni dan lebih dari 2 juta bpd di bulan Juli.

"Begitu defisit ini terlihat pada persediaan minyak di darat, kami perkirakan harga minyak cenderung lebih tinggi," kata bank dalam sebuah catatan.

Di Irak, delegasi energi Turki akan bertemu dengan pejabat perminyakan Irak di Baghdad pada 19 Juni untuk membahas dimulainya kembali ekspor minyak Irak utara, kata wakil menteri perminyakan Irak untuk urusan hulu, Basim Mohammed, kepada Reuters.

Turki menghentikan 450.000 barel per hari ekspor utara Irak melalui pipa Irak-Turki pada 25 Maret setelah putusan arbitrase oleh Kamar Dagang Internasional (ICC).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.