Sukses

Harga BBM Pertamax Cs Potensi Berubah Maret 2023, Naik atau Turun?

PT Pertamina (Persero) bersiap untuk segala kemungkinan, bila harga BBM non-subsidi semisal Pertamax bisa berubah atau mengalami kenaikan dalam waktu dekat

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) bersiap untuk segala kemungkinan, bila harga BBM non-subsidi semisal Pertamax bisa berubah atau mengalami kenaikan dalam waktu dekat, tergantung situasi.

Namun, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menekankan, Pertamina menjamin harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar tidak akan berubah.

"Kalau yang jelas untuk harga BBM subsidi baik Pertalite maupun Solar itu tidak ada perubahan sampai saat ini, karena itu akan ditentukan oleh regulator," ujar Irto saat dijumpai di sela-sela acara Economic Outlook 2023 di St Regis Hotel, Jakarta, Selasa (28/2/2023).

"Sampai saat ini tidak ada arahan untuk perubahan (harga Pertalite dan Solar). Jadi masyarakat harusnya tidak khawatir untuk harga BBM subsidi," tegasnya.

Di sisi lain, Irto menambahkan, untuk harga BBM umum di luar subsidi semisal Pertamax, tentunya akan disesuaikan secara berkala.

Menurutnya, penyesuaian itu bisa naik atau turun, tergantung harga minyak mentah dunia dan Mean of Plats Singapore (MOPS).

"Kita juga lihat bagamana supply dan demand, begitu juga kurs dolarnya seperti apa. Nah, itu yang mempengaruhi perubahan, apakah naik apakah turun. Jadi, kita tunggu saja nanti di awal Maret," sebutnya.

SPBU Swasta

Untuk harga minyak mentah dunia jenis Brent, Irto melanjutkan, saat ini masih berada di kisaran USD 70-80 per barel. Tak hanya Pertamina, ia menambahkan, harga BBM di SPBU swasta juga akan terus menyesuaikan diri mengikuti tren yang ada.

"Jadi ya kita lihat nantiz karena itu bukan hanya Pertamina, tapi semua perusahaan atau pemain hilir. Dalam hal ini SPBU swasta juga tentunya nanti akan menyesuaikan dengan kriteria tadi, minyak mentahnya, MOPS-nya, pajak, dan lain-lain, termasuk kurs akan menjadi acuan," tuturnya. 

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani: Harga BBM di Indonesia Cuma Naik 30 Persen, di Eropa Sampai 300 Persen

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa negara terus membantu seluruh warga Indonesia di tengah tekanan penurunan ekonomi global termasuk di tengah krisis energi dunia. Hal ini terlihat dari besarnya subsidi energi sehingga kenaikan harga bahan bakar minyak (Harga BBM) di Indonesia tak terlalu besar. 

Sri Mulyani pun bercerita bahwa kenaikan harga BBM subsidi di Indonesia jauh di bawah negara lain. Kenaikan harga BBM subsidi di Indonesia hanya 30 persen. sedangkan negara maju bisa sampai 2 kali lipat kenaikannya.

“Kalau di Eropa ini naiknya bisa 200 persen - 300 persen. Indonesia ini meng-absorb sehingga yang dirasakan rakyat ini kenaikannya hanya 30 persen,” kata Sri Mulyani saat memberikan Kuliah Umum di HUT Media Indonesia Ke-53, Jakarta, Jumat (3/2/2023).

Tak hanya di Eropa, kenaikan harga BBM juga amat dirasakan warga Amerika Serikat. Kenaikan harga BBM mencapai 2 kali lipat, mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang kala itu meroket pasca terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.

“Di Amerika Serikat yang naik tuh harga BBM, naiknya 2 kali lipat untuk rakyat. Makanya rakyat Amerika mengeluh,” kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Di Indonesia

Sementara itu di Indonesia, masyarakat hanya mengalami kenaikan harga BBM subsidi 30 persen. Hanya saja pemerintah yang ‘nombok’ untuk membayar subsidi dan kompensasi kepada Pertamina.

“Subsidi melonjak dan Bu Nicke (Direktur Utama Pertamina) ini ‘penadahnya’ dari Rp 152 triliun menjadi R p550 triliun,” kata bendahara negara ini.

“Jadi kalau di Indonesia BBM naiknya 30 persen tapi subsidinya naik 200 persen,” sambungnya.

Sehingga pada tahun 2022, Pemerintah harus memberikan subsidi dan kompensasi energi kepada Pertamina dan PLN agar masyarakat tidak terkena imbas dari kenaikan harga energi kala itu. “2 BUMN kita, Pertamina dan PLN kita bayar begitu besar supaya rakyat tidak merasakan goncangan dari luar,” katanya.

Alhasil, berkat kebijakan tersebut pemulihan ekonomi berlangsung hingga akhir tahun. Kenaikan harga BBM subsidi yang sempat dikhawatirkan mengganggu tren pemulihan pun tidak berdampak signifikan.

“Pertumbuhan selama jelang akhir tahun ini mobilitas makin tinggi padahal itu sesudah kita menaikkan harga BBM 30 persen,” pungkas Sri Mulyani.