Sukses

Bos IBC: Bangun Industri Baterai Tak Mudah, tapi Bisa Cuan 40 Kali Lipat

Indonesia Battery Corporation (IBC) mencatat ada peluang keuntungan yang berkali lipat dari pengembangan industri baterai kendaraan listrik.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mencatat ada peluang keuntungan yang berkali lipat dari pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Meski diakuinya proses ini bukan perkara mudah.

Toto mencatat Indonesia bisa mencapai nilai keekonomian yang besar dengan hilirisasi nikel. Nilainya bisa menjadi 11 kali lipat dari nikelnya itu sendiri. Jika dikembangkan lebih lanjut menjadi baterai, nilai ekonominya bisa meningkat 40 kali lipat.

Soal langkah itu, Toto mengakui bukan hal yang mudah. Prosesnya memakan waktu pengolahan dari bijih nikel menjadi konsentrat, lalu diolah lagi menjadi M-sulfat. Lalu, diproses menjadi prekursor, kemudian jadi material katoda hingga dikonversi menjadi baterai ion lithium.

"Di sini perlu kita komunikasikan bahwa membangun industri (baterai) ini tidak mudah, akan membutuhkan waktu yang lama. Tapi akan sangat strategis di Indonesia karena nilai dari baterai itu hampir bisa 11 kali dari nilai nikel, dan bahkan itu kalau sudah sampai baterai precursor dan baterai cell bisa hampir 40 kali lipat dari segi nilainya sendiri," urainya dalam Rapat Panja Komisi VI DPR RI, ditulis Kamis (16/2/2023).

Butuh Waktu Lama

Toto mengatakan, Indonesia bisa menjadi produsen battery cell sendiri. Tapi, prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama pula.

"Walau kita sudah bermitra dengan (perusahaan produsen baterai) nomor 1 dan nomor 2 di dunia, itu kita membutuhkan hampir 4 tahun untuk bisa mendapatkan battery cell kita dari nikel Indonesia," ungkapnya.

Ada dua proyek besar dalam membangun ekosisten baterai kendaraan listrik ini. Yakni, proyek Dragon dan Proyek Titan. Keduanya menggaet perusahaan produsen baterai terbesar dunia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

LGES dan CBL

Sebut saja anak usaha LG, LG Energy Solution (LGES) dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL). LGES akan terlibat dalam proyek Titan dan CBL terlibat di proyek Dragon.

Atas perjanjian kerja sama itu, IBC mendapat komitmen nilai investasi sebesar USD 15 miliar atau setara Rp 215 triliun. Nilai ini bisa diperoleh atas ditandatanganinya Framework Agreement yang dilakukan pada Maret 2022 lalu.

"Angka investasi dari kedua proyek ini sesuai dengan komitmen mereka yang sudah ditandatangani melalui Framework Agreement bulan Maret tahun lalu itu berkisar hampir Rp 200 triliun," ucapnya.

 

3 dari 4 halaman

Proyek Dragon

Lebih lanjut, Toto menerangkan mengenai proyek Dragon antara CBL dengan IBC dan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. Ini berkaitan dengan hilirisasi bijih nikel menjadi baterai kendaraan listrik.

"Ini kami bekerja sama dengan CBL adalah perusahaan EV battery terbesar di dunia, dia menggunakan nikel kita, saat ini sudah digunakan untuk men-support seluruh konsumen mereka, termasuk juga Tesla, BMW, dan banyak lagi," paparnya.

Usai penandatanganan Framework Agreement antara CBL dan Antam serta IBC, CBL menyatakan komitmen bisa bawa hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik dalam kurun waktu 4 tahun.

"Ini sudah dilakukan, terutama dengan Antam (setelah) tandatangan CSPA pada 16 Januari 2023 terkait proyek hilirisasi, setelah mereka tandatangan ini, mereka berkomitmen dalam 4 tahun sudah melakukan hilirisasi sampai ke baterai," urainya.

 

4 dari 4 halaman

Proyek Titan

LG Energy Solution (LGES) dikabarkan telah sepakat terlibat dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia bersama PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. Ini berkaitan dengan pembuatan perusahaan patungan atau joint venture.

Hal ini diungkap Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho. Dia memastikan LGES sepakat menjalin kerja sama dengan Antam sejak diskusi yang berjalan pada 7 Februari 2023 lalu.

Nantinya, LGES akan terlibat dalam proyek yang diberinama Proyek Titan. Sebelumnya, dikabarkan diskusi antara keduanya mengalami kebuntuan.

"Project Titan, projek ini mirip dengan pertama (projek Dragon), ini dilakukan dengan LGES dari Korea, mereka nomor tiga terbesar di dunia, Per 7 Februari mereka sudah datang lagi memberikan komitmen mengenai konsorsium members," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat Panja Komisi VI DPR RI, Rabu (15/2/2023).

Perlu diketahui, Proyek Titan yang dimaksud adlaah salah satu proyek pengembangan baterai kendaraan listrik di dalam negeri. Nantinya, Antam dan LGES bakal melakukan pengolahan nikel hingga menjadi baterai kendaraan listrik. Artinya, ada hilirisasi pemanfaatan bijih nikel menjadi barang jadi.

"Dan ditargetkan mereka berproduksi di 2025 Tau 2026 untuk end to end," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.