Sukses

Sri Mulyani: Kalau Harga Pertamax Naik Lagi Jangan Marah Ya

Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan harga Pertamax turun menjadi Rp 12.800 per liter, pada Selasa 3 Januari 2023, pukul 14.00 WIB.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan harga bahan bakar minyak (Harga BBM) nonsubsidi jenis Pertamax turun menjadi Rp 12.800 per liter, pada Selasa 3 Januari 2023, pukul 14.00 WIB. Penurunan harga pertamax ini merespons pada turunnya harga minyak dunia.

Menanggapi, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dirinya memang memerintahkan kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri ESDM Arifin Tasrif untuk menurunkan harga Pertamax.

Namun, kemungkinan harga Pertamax bisa naik kembali jika harga minyak dunia mengalami kenaikan. Oleh karena itu, Menkeu meminta kepada masyarakat untuk memahami hal tersebut.

"Jadi, naik turunnya itu sebetulnya kalau kita mau konsisten ya kayak Pertamax itu, Pertamax turun ya turun. Saya Sampaikan saja ke Pertamina, Pak Erick, Pak Menteri ESDM, yang pas turun bilang ke konsumen ini harga pas turun, kalau harga (minyak dunia) pas naik jangan marah ya," kata Menkeu dalam acara Apresiasi Media Nagara Dana Rakca 2022, ditulis Sabtu (7/1/2023).

Untuk diketahui, harga minyak dunia sedang mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Artinya, harga jual di sisi hilir seperti harga BBM Pertamax pun ikut terpengaruh.

Sebelumnya Erick Thohir mengatakan, penurunan harga BBM ini terjadi tak hanya untuk Pertamax, tapi juga menyasar seluruh bahan bakar nonsubsidi yang dijual Pertamina. Sebut saja ada Pertamina Dex, Dexlite, hingga Pertamax Turbo.

Erick Thohir menyebut, penurunan harga ini memang tidak secepat SPBU swasta. Alasannya, Pertamina memiliki ekosistem pengolahan bahan bakar yang lebih besar, ditambah banyaknya SPBU yang tersebar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Minyak Dunia Turun

Terbaru, harga minyak dunia susut lebih dari USD 4 per barel. Dengan harga minyak Brent menanggung persentase kerugian terbesar dalam dua hari perdagangan pertama tahun ini sejak 1991.

Penyebab hal itu karena kekhawatiran permintaan terkait dengan ekonomi global dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang kembali menghancurkan harga minyak mentah.

Melansir laman CNBC, Kamis (5/1/2023), harga minyak Brent berjangka menetap di posisi USD 77,84 per barel, turun USD 4,26, atau 5,2 persen. Sementara harga minyak mentah AS menetap di posisi USD 72,84 per barel, turun USD 4,09, atau 5,3 persen.

Harga minyak Brent turun sekitar 9,4 persen, kerugian dua hari terbesarnya di awal tahun sejak Januari 1991, menurut data Refinitiv Eikon.

"Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar COVID-19 China dan The Fed memaksa resesi global... keduanya menuntut peristiwa penghancuran," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York.

3 dari 4 halaman

Harga BBM Pertamax Cs Mau Diumumkan Tiap Pekan, Indonesia Kalah Start Malaysia dan Negara ASEAN Lain

Menteri BUMN Erick Thohir ingin pengumuman harga BBM dikeluarkan setiap pekan. Khususnya BBM Pertamax dan jenis BBM non-subsidi lain, yang evaluasi harganya dilakukan secara berkala tiap satu bulan.

Ternyata, usulan itu sudah diimplementasikan lebih dulu di beberapa negara ASEAN, semisal Malaysia, Thailand dan Filipina yang melakukan evaluasi harga BBM setiap 7 hari.

"Bentuk dan mekanisme kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing negara menentukan tingkat harga BBM di pengguna akhir," tulis Pengamat Energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro dikutip dari laporan yang dikeluarkannya, Kamis (5/1/2023).

Mengutip informasi data yang dihimpun Reforminer Institute, harga BBM di Malaysia dihitung menggunakan Automatic Pricing Mechanism (APM), yang berubah setiap pekan mengikuti harga minyak dunia.

Negeri Jiran sendiri mengelompokkan BBM ke dalam dua jenis, subsidi dan non-subsidi. Bahan bakar yang mendapat subsidi jenis RON 95 dan Diesel (CN), sementara yang tidak yakni RON 97.

Sedangkan untuk Thailand dan Filipina, kedua negara menerapkan skema subsidi terbatas untuk penjualan BBM. Thailand memberikan subsidi terbatas hanya untuk bahan bakar jenis Solar, lewat mekanisme oil fuel fund, pembebasan pajak, dan pembatasan harga.

 

4 dari 4 halaman

Filipina hingga Vietnam

Sementara Filipina hanya memberikan subsidi BBM jenis Solar untuk sektor tertentu, meliputi transportasi umum, nelayan, dan pertanian. Subsidi BBM di sana dilakukan melalui program pantawid pasada, yang mengenakan pajak lebih rendah untuk Solar.

Beda halnya dengan Singapura dan Vietnam, yang melakukan evaluasi harga setiap 10 hari. Penetapan harga jual BBM di Negeri Singa dilakukan setiap 10 hari, meskipun Pemerintah Singapura tidak memberlakukan kebijakan subsidi BBM.

Harga BBM di sana ditentukan sesuai mekanisme pasar. Sehingga pajak dan retribusi dalam komponen harga BBM Singapura relatif tinggi dibanding negara ASEAN lainnya.

Beda halnya dengan Vietnam, yang pemerintahnya memberikan subsidi terbatas saat kondisi sosial dan ekonomi di negara dinilai darurat. Subsidi darurat tersebut berlaku untuk BBM jenis RON 92, RON 95, dan Solar.

Secara kesiapan dana, Pemerintah Vietnam menggunakan dana stabilisasi untuk memberikan subsidi/kompensasi BBM.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.