Sukses

Hitungan Pengamat Harga BBM Pertamax Layak Dijual Rp 12.500 Seliter

Kenaikan harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax demi mengantisipasi kerugian yang disebabkan lonjakan harga minyak dunia.

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai jika sudah saatnya PT Pertamina menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) nonsubsidi.

Kenaikan demi mengantisipasi kerugian yang disebabkan lonjakan harga minyak dunia.

“Saya kira untuk Pertamax ini harus naik diangka Rp 3.000 hingga Rp 3.500 per liternya,” kata Mamit kepada Liputan6.com, Kamis (10/2/2022).

Menurutnya, kenaikan tersebut masih di bawah harga daripada SPBU swasta sehingga tidak terlalu memberatkan bagi konsumen setia Pertamax.

Selain itu, ke depan Pertamina perlu membuat promo-promo dengan aplikasi MyPertamina, sehingga pengguna tidak lari ke BBM RON lebih rendah.

“Untuk Pertalite, saya kira karena ini akan diberikan kompensasi oleh pemerintah, maka agak berat untuk dinaikan,” ujarnya.

Hanya saja, menurut Mamit, kompensasi yang diberikan tidak sampai 50 persen seperti dalam Peraturan Presiden nomor 117 tahun 2021 tetapi harus 100 persen, karena Premium juga sudah tidak banyak di pasaran lagi.

“Tapi kalau hanya 50 persen, maka Pertalite bisa naik diangka Rp 2.000 hingga Rp 2.500 per liter,” usulnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga BBM Saat Ini

Sementara itu, mengutip laman resmi Pertamina, harga BBM Pertamax yang berlaku per 1 Februari 2022 adalah Rp 9.000 per liter. Jika dihitung secara sederhana berdasarkan kenaikan yang diusulkan Mamit, maka harga Pertamax menjadi Rp 12.500.

Untuk Pertalite harganya saat ini Rp 7.650 per liter, ditambah dengan usulan Mamit menjadi Rp 10.150 per liter.

Sebelumnya, Mamit mengatakan, sepanjang 2021 kemarin, Pertamina harus menanggung selisih harga Rp 2.500 - Rp 3.500 per liter untuk Pertamax dan Pertalite. Sepanjang 2021, jumlah konsumsi Pertalite secara nasional adalah 22.5 juta kilo liter dan Pertamax 5.3 juta kilo liter.

Dengan begitu, jika dihitung secara sederhana, dengan penjualan Pertalite 22,5 juta kilo liter dikalikan selisih tertinggi Rp 3.500 menunjukkan angka yang fantastis. Yakni sekitar Rp 78,7 triliun. Sementara untuk penjualan Pertamax, Pertamina harus menanggung beban sekitar Rp 18,5 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.