Sukses

Tak Ingin Rugi, Pertamina Harus Naikkan Harga BBM Tahun Ini

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, PT Pertamina (Persero) perlu merumuskan harga baru untuk seluruh jenis BBM pada sisa 2021 ini.

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, PT Pertamina (Persero) perlu merumuskan harga BBM baru untuk seluruh jenis BBM pada sisa 2021 ini.

Langkah itu semustinya dilakukan agar Pertamina tidak terus merugi di tengah kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini.

"Kalau bicara untuk membantu kondisi keuangan Pertamina, saya kira tahun ini harus ada penyesuaian untuk semua BBM umum," kata Mamit kepada Liputan6.com, Rabu (27/10/2021).

Sebagai langkah awal, dia menyarankan Pertamina agar mulai mempertimbangkan penyesuaian harga BBM jenis Pertamax. Dengan pertimbangan konsumsi Pertamax yang belum terlalu besar, karena secara harga lebih mahal (Rp 9.000 per liter) dibanding Pertalite (Rp 7.650 per liter).

Selain itu, harga jual Pertamax saat ini juga tidak begitu jauh dari harga normal, yakni sebesar Rp 11.100 per liter. Sementara harga jual Pertalite memiliki selisih hingga Rp 3.350 dibanding harga normal, yang berada pada kisaran Rp 11 ribu per liter.

"Untuk Pertalite saya kira tahun depan bisa disesuaikan, karena memang disparitas harganya sudah cukup jauh. Saya agak khawatir kalau tahun ini kondisi masyarakat belum stabil keuangan pasca covid," ujar Mamit.

Namun, dia enggan menyalahkan pemerintah yang memaksa Pertamina menjual Pertalite dengan harga tekor. Sebab di sisi lain, daya beli masyarakat kini masih belum pulih seutuhnya akibat dampak pandemi Covid-19 berkepanjangan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Pertalite

Sebagai jalan tengah, Mamit usul harga Pertalite di tahun depan mungkin bisa naik antara Rp 1.000-1.500 per liter. Nominal itu menurutnya masih sesuai, baik dari sisi masyarakat maupun Pertamina.

"Saya kira, jalan yang paling agak win-win solusi tanpa memberatkan keuangan negara adalah memberikan keleluasaan kepada Pertamina untuk menyesuaikan harga BBM, umum tapi disesuaikan dengan kemampuan masyarakat juga," tuturnya.

"Tapi jika memang ingin menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, kenaikan Rp 1.000-1.500 (per liter) saya kira sudah cukup membantu Pertamina, dimana sudah mengurangi selisih hampir 50 persen dari saat ini," imbuh Mamit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.